Sebanyak 1507 item atau buku ditemukan

ISLAM DAN BUDAYA LOKAL Deskripsi Tradisi Masyarakat Kabupaten Nunukan

Judul : ISLAM DAN BUDAYA LOKAL Deskripsi Tradisi Masyarakat Kabupaten Nunukan Penulis : Eko Nani Fitriono, S.Th.I., M.P.I., Nur Halisa, Mega Kaswajeng, Satriani, Ana, Ade Irma Suryani, Arminda Purnama, Fadhil Edryansyah, Mustainah, Armansyah, Dewi Surya Ningsih, Dini Suryani, Gina Musliyati M., Gunatang, Nira Siti Nurazizah, Hardin, Hariyani, Jumiati, Nur Anisa, Suryani, Nurman Iskandar, Rahmania Safitri, Nurfitriani Ibrahim Ukuran : 15,5 x 23 cm Tebal : 145 Halaman No ISBN : 978-623-6233-73-3 Kabupaten Nunukan terletak di perbatasan paling utara Indonesia. Daerah ini berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. Sebagai tempat transit, Kabupaten Nunukan dihuni oleh penduduk asli dan pendatang yang datang dari berbagai pulau yang ada di Indonesia, seperti pulau Jawa dan Sulawesi, maka tidak heran dari masyarakat yang heterogen tersebut lahirnya budaya yang beragam. Berbagai tradisi dan budaya masyarakat Nunukan, mulai dari tradisi yang berkaitan dengan etika, pernikahan, akulturasi budaya lokal dan Islam, serta ritual lainnya yang dipaparkan dalam bingkai Islam dapat pembaca temukan dalam buku ini. Buku kolaborasi tulisan dosen dan mahasiswa STIT Ibnu Khaldun Nunukan ini menjadi tulisan yang menarik untuk dibaca dalam upaya memahami budaya yang hidup dan berkembang di Kabupaten Nunukan dengan berbagai latar belakang masyarakatnya yang heterogen.

Judul : ISLAM DAN BUDAYA LOKAL Deskripsi Tradisi Masyarakat Kabupaten Nunukan Penulis : Eko Nani Fitriono, S.Th.I., M.P.I., Nur Halisa, Mega Kaswajeng, Satriani, Ana, Ade Irma Suryani, Arminda Purnama, Fadhil Edryansyah, Mustainah, ...

Islam Lokal: Sejarah, Budaya, dan Masyarakat

Buku bunga rampai yang diterbitkan mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga ini menarik untuk dibaca. Pertama, buku ini ditulis oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi baik itu di Jawa, Sumatera, hingga Sulawesi, dan bahkan aktivis LSM. Dari tema tulisan yang sangat bervariasi fokus kajian dan perspektifnya. Hal ini membuktikan bahwa sejarah Islam Indonesia tidak hanya Java-centris karena mencakup banyak aspek dalam kajian sejarah lokal. Buku yang merupakan hasil lomba tulisan di kalangan mahasiswa ini juga bagus dari aspek lokalitasnya. Tema artikel di buku ini berbicara tentang budaya lokal baik Islam maupun umum seperti bagaimana integrasi Islam dengan nilai-nilai lokal di Jawa maupun Sumatera. Etnis Tionghoa sebagai minoritas juga sebuah objek studi yang menarik karena selama ini banyak kajian lebih pada masyarakat mayoritas.

Buku bunga rampai yang diterbitkan mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga ini menarik untuk dibaca.

Demokrasi aja kok repot

retorika politik Gus Dur dalam proses demokrasi di Indonesia

Political communication of Abdurrahman Wahid, a Muslim scholar and the 4th president of Indonesia.

Political communication of Abdurrahman Wahid, a Muslim scholar and the 4th president of Indonesia.

Pandemi Covid-19: Kapitalisme dan Sosialisme

Kemunculan wabah Corona dan wabah lain sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini—yang berbeda dibandingkan empat abad lalu. Kami akan mengulas bagaimana sistem produksi kapitalis saat ini membentuk dan mempersering kedatangan wabah: entah itu yang menjadi endemi, epidemi, ataupun pandemi. Lantas, bagaimanakah cara kita memenuhi kebutuhan hidup selama ini? Bagaimana sistem kapitalisme yang disebut-sebut itu, merusak hubungan sosial dan lingkungan kita? Bagaimanakah ia memproduksi wabah, dan apa yang harus kita lakukan? Buku saku ini dengan ringkas akan mendiskusikannya. ________________________________________________________________________________________________________________ “Buku saku yang ada di tangan pembaca ini memang bukan tulisan yang isinya menjelaskan bagaimana nilai-nilai kultural berbeda terbina di negara-negara eksperimen sosialis dan negara-negara kapitalis. Meski demikian, buku ini bisa menjadi langkah pertama ke arah itu ketika mencoba menautkan realitas sistem ekonomi-politik kapitalistik dengan wabah di satu sisi, dan menawarkan apa yang harus kita perbuat tatkala wabah merajalela. Kerusakan ekologis yang akarnya persis ada di dalam logika kapital untuk menjadikan semua sumber daya, alam maupun manusia, sebagai tunggangan belaka menangguk laba demi akumulasi tiada henti, menurut penulis buku ini, tidak bisa dibereskan dengan sekadar dengan memperbaiki tampilan-tampilan sistem ekonomi eksploitatif ini. kapitalisme itu ibarat bangunan yang tampak kokoh padahal rapuh pondasinya. Perbaikan fasad, warna tembok, jendela, atau bentuk genteng, tidak akan menjadikannya sistem ramah lingkungan dan lebih peduli kemanusiaan. Sistem ini harus dibongkar di pondasinya, dan pembongkaran pondasi berarti meruntuhkan bangunannya sekaligus. Tak ada cara lain.” Dede Mulyanto, Pengajar di Departemen Antropologi FISIP Universitas Padjajaran dan Editor Indoprogress.

Kemunculan wabah Corona dan wabah lain sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini—yang berbeda dibandingkan empat abad lalu.

Kontribusi Landasan Pendidikan dalam Aspek Humas Pendidikan

RINGKASAN Fungsi manajemen humas pendidikan sudah selayaknya di rekonstruksi untuk dapat beradaptasi di era Society 5.0. Di satu sisi untuk merespon persaingan antar lembaga pendidikan sedangkan di sisi lain untuk mempercepat akses teknologi dan informasi dalam menjalankan fungsi strategisnya. Fungsi manajemen humas pendidikan dalam memberikan pelayanan terbaik merupakan wujud perhatian serta responsif terhadap persaingan antar lembaga di era Society 5.0. Fungsi manajemen humas pendidikan tidak optimal apabila informasi melalui teknologi belum tepat sasaran. Sasaran yang dimaksud adalah masyarakat selaku stake holder. Selanjutnya, dukungan pihak eksternal lembaga terhadap program humas pendidikan dapat terjadi apabila informasi yang disampaikan komprehensif berkaitan dengan kemajuan dan prestasi peserta didiknya, baik terkait dengan kurikulum maupun proses pembelajaran. Di sisi lain, fungsi manajemen humas pendidikan memiliki peran penting untuk lembaga pendidikan. Manajemen humas pendidikan hendaknya dapat berkolaborasi dalam membangun hubungan yang harmonis antara lembaga dengan masyarakat. Fungsi manajemen humas pendidikan dalam lembaga adalah untuk mendukung upaya pembinaan hubungan yang selaras dan timbal balik agar diperoleh pemahaman dan penerimaan yang memadai baik lembaga maupun masyarakat. Sudah selayaknya manajemen humas pendidikan tidak dipandang sebagai fungsi teknis dan media hubung melainkan pada fungsi strategis. Teknologi dan informasi yang dikelola humas pendidikan merupakan hal mendasar sejajar dengan manajemen lembaga. Meskipun praktiknya masih ditemukan beragam fungsi humas, yakni government relations, community relations, media relations. Lembaga pendidikan dengan menempatkan fungsi manajemen humasnya sebagai fungsi strategis selanjutnya dapat beradaptasi dan responsif terhadap kebutuhan zaman. Ditengah pesatnya gempuran teknologi dan informasi melahirkan masyarakat baru yakni masyarakat teknologi dan masyarakat informasi. Masyarakat ini dikelompokkan sebagai masyarakat yang kritis terhadap terpaan informasi melalui teknologi yang mudah diakses. Masyarakat ini bukan lagi masyarakat pasif yang mudah dipengaruhi oleh informasi yang tidak berdasarkan data. Perubahan masyarakat ini sudah seharusnya direspon cepat oleh lembaga dalam menempatkan fungsi manajemen humasnya sebagai fungsi strategis. Oleh karena itu, fungsi manajemen humas pendidikan dapat optimal dalam menjalankan perannya di lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai agen perubahan dalam mencetak generasi bangsa memiliki posisi sentral dalam pengembangan kualitas generasi muda. Lembaga pendidikan yang terhubung langsung kepada masyarakat baik internal maupun eksternal merupakan jembatan penghubung antara lembaga pendidikan dengan masyarakatnya. Humas pendidikan merupakan garda depan dalam menjaga reputasi sebuah lembaga pendidikan. Optimalisasi humas pendidikan dalam peran strategisnya akan memberikan dampak signifikan terhadap capaian tujuan. Tentunya tujuan ini dapat terwujud melalui dukungan dari manajemen pendidikan dalam memberikan kesempatan dan wewenang penuh kepada humas pendidikan dalam menjalankan langkah strategisnya. Penempatan humas pendidikan dalam struktur manajemen memberikan deskripsi objektif tentang urgensi dari keberadaan fungsi ini. Penempatan posisi ini juga menentukan keefektifan dalam menerapkan program kerja humas pendidikan ke ranah strategis. Tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat teknologi dan informasi menjadi keniscayaan humas pendidikan untuk dapat beradaptasi dengan cepat. Fungsi manajemen humas tidak dapat berjalan secara optimal diantaranya karena fungsi dan perannya tidak terintegratif ke tingkat pimpinan manajemen puncak atau top management sebagai pengambil keputusan secara strategis. Beberapa fungsi manajemen humas pendidikan telah diuraikan. Pertama, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi manajemen dalam menentukan kebutuhan dan sikap masyarakat, fungsi humas pendidikan sebagai fungsi harmonisasi lembaga pendidikan dengan masyarakat, dan fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi merencanakan serta melaksanakan program kerja untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat. Kedua, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi teknisi komunikasi, fungsi humas pendidikan sebagai fungsi expert prescriber dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi fasilitator komunikasi untuk memastikan berjalannya komunikasi dua arah antara lembaga pendidikan dengan masyarakat, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi fasilitator proses pemecah masalah dengan berkoordinasi dengan manajamen lembaga pendidikan secara strategis. Ketiga, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi internal dalam membangun dan mempertahankan hubungan kondusif antara manajer pendidikan dan masyarakat lembaga pendidikan, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi publisitas yakni ketersediaan informasi humas pendidikan untuk diinformasikan melalui media internal maupun eksternal, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi advertising yakni untuk menjangkau masyarakat luas, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai opini postif, fungsi manajemen humas pendidikan sebagai fungsi public affairs yakni membangun dan mempertahankan hubungan dalam hal kebijakan publik, fungsi humas pendidikan sebagai fungsi lobbying yakni menjalin dan memelihara hubungan dalam hal undang-undang dan regulasi yang sudah ditetapkan, fungsi humas pendidikan sebagai fungsi manajemen isu yakni proaktif dalam mengantisipasi, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespon isu-isu kebijakan publik, dan fungsi humas pendidikan sebagai fungsi hubungan investor yakni membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dengan stake holeder dalam hal optimalisasi minat masyarakat. Rekonstruksi fungsi manajemen humas pendidikan perlu dilakukan terutama dalam merespon era Society 5.0. Konteks rekonstruksi fungsi manajemen humas pendidikan selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan, adaptasi serta akulturasi yang terdapat pada konsepsi Society 5.0. Adapun beberapa definisi tentang Society 5.0 telah diuraikan. Pertama, Society 5.0 menempatkan manusia sebagai pusat inovasi dan pengintegrasian teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup, tanggung jawab sosial yang berkelanjutan. Kedua, Society 5.0 merespon evolusi teknologi, informasi dan komunikasi yang membawa perubahan secara drastis dalam menciptakan nilai-nilai baru dan menjadi pilar kebijakan industry di berbagai Negara. Setidaknya ada lima hal yang ditawarkan dalam konsepsi Society 5.0, yakni (a) transformasi digital, (b) tantangan yang dihadapi, (c) masyarakat 5.0, (d) peningkatan masyarakat 5.0, dan (e) inisiatif industri. Tujuan ditawarkan lima konsepsi dalam Society 5.0 di atas adalah untuk mewujudkan masyarakat yang menikmati hidup sepenuhnya. Fokus utama Society 5.0 yakni kepada masyarakat dalam menggunakan teknologi untuk pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi. Ketiga, Society 5.0 menempatkan masyarakat sebagai pusat keseimbangan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem integrasi dunia maya dan dunia nyata. Tujuan dari Society 5.0 adalah mewujudkan masyarakat dimana manusia benar-benar menikmati hidup dan merasa nyaman. Keempat, Society 5.0 menempatkan masyarakat sebagai fokus kepentingan dan kenyamanan dalam menggunakan teknologi canggih, IoT (Internet of Things), robot, dan kecerdasan buatan (AI), Augmented Reality (AR) secara aktif dalam kehidupan, industry, perawatan kesehatan dan bidang lain. Kelima, Society 5.0 merupakan pengembangan dari konsep 4.0 dengan memerhatikan aspek sosial yang relevan beserta tantangannya dengan fokus kepada masyarakat untuk berinovasi dalam merespon transformasi teknologi berdasarkan kaidah-kaidah kemanusiaan. Uraian definisi Society 5.0 di atas mengarah pada pemanfaatan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan sosial yang dapat dirasakan oleh manusia dan mewujudkan menusia lebih bahagia. Rekonstruksi fungsi manajemen humas pendidikan di era Society 5.0 lebih pada merespon persaingan antar lembaga pendidikan dan untuk mempercepat akses teknologi dan informasi dalam menjalankan fungsi strategisnya. Artikel ini yang kemudian menjadi landas pacu untuk menjelaskan tujuan bagaimana dan apa yang seharusnya dilakukan dalam rekonstruksi fungsi humas pendidikan di era Society 5.0.

RINGKASAN Fungsi manajemen humas pendidikan sudah selayaknya di rekonstruksi untuk dapat beradaptasi di era Society 5.0.

Perencanaan Pembelajaran di Sekolah : Teori dan Implementasi

Buku dengan judul “Perencanaan Pembelajaran di Sekolah: Teori dan Implementasi” merupakan buku ajar yang disusun sebagai media pembelajaran, sumber referensi dan pedoman belajar bagi mahasiswa. Buku ini juga akan memberikan informasi secara lengkap mengenai materi apa saja yang akan mereka pelajari yang berasal dari berbagai sumber terpercaya yang berguna sebagai tambahan wawasan mengenai bab-bab yang dipelajari tersebut. Pokok-pokok bahasan dalam buku ini mencakup: 1) Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran, 2) Model Perencanaan Pembelajaran 1 (Model Assure, Model Kemp, dan Model Arcs), 3) Model Perencanaan Pembelajaran 2 (Model Dick And Carey, Model Addie), 4) Analisis Kurikulum 2013, 5) Analisis Materi Pembelajaran, 6) Program Tahunan dan Program Semester, 7) Pemilihan Model, Strategi, Metode dan Teknik Pembelajaran, 8) Rancangan Penilaian, 9) Pengembangan Media Pembelajaran, 10) Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik, 11) Pengembangan Silabus, 12) Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem 3. ... Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari ...

Teori dan Model Keperawatan

Buku ”Teori dan Model Keperawatan”. Hadir untuk memenuhi sumber referensi bagi para dosen, mahasiswa maupun peneliti. Secara umum teori merupakan landasan ilmiah dalam menyusun suatu perencanaan maupun tindakan. Dalam penelitian teori memberikan kerangka penting dalam menjelasakan hubungan antara kajian teoritis dengan hal-hal yang bersifat empiris. Dalam dunia keperawatan teori memiliki peranan penting, mengingat ilmu kesehatan meruapakn salah satu ilmu terapan yang terus mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan peradaban serta teknologi. Secara umum, buku ini terdiri dari 17 bab, dimana pada bab 1 akan membahas mengenai konsep teori model keperawatan, dan 16 bab berikutnya membahas secara mendalam tentang teorist keperawatan yang telah memberikan sumbangsi yang sangat besar dalam perkembangan ilmu keperawatan. Buku ini membahas: Bab 1 Konsep Teori Model Keperawatan Bab 2 Teori Florence Nightingale Bab 3 Teori Hildegard E. Peplau Bab 4 Teori Keperawatan Virginia Henderson Bab 5 Faye Glenn Abdellah: 21 Masalah Keperawatan Bab 6 Teori Ida Jean Orlando Bab 7 Teori dan Model Konsep Keperawatan Myra Estine Levine Bab 8 Teori Dorothy E. Jhonson Bab 9 Teori Science of Unitary Human Being (SUHB) Martha E. Rogers Bab 10 Teori Dorothea E. Orem Bab 11 Teori Imogene M. King Bab 12 Teori Betty Neuman Bab 13 Teori Madeleine Leininger: Theory of Culture Care Diversity and Universality of Culture Care Theory (CCT) Bab 14 Teori Sister Callista Roy Bab 15 Teori Jean Watson “Human Caring” Bab 16 Teori Kristen M. Swanson Bab 17 Teori Katharine Kolcaba: Comfort Theory

Buku ini membahas: Bab 1 Konsep Teori Model Keperawatan Bab 2 Teori Florence Nightingale Bab 3 Teori Hildegard E. Peplau Bab 4 Teori Keperawatan Virginia Henderson Bab 5 Faye Glenn Abdellah: 21 Masalah Keperawatan Bab 6 Teori Ida Jean ...

Kebijakan Pembangunan Kehutanan dan Lingkungan Teori dan Implementasi

Kerancuan pandangan terhadap ilmu kebijakan kehutanan dan lingkungan terjadi (salah satunya) karena sejauh ini di Indonesia belum ada buku teks yang khusus membahas ilmu kebijakan kehutanan dan lingkungan secara terstruktur. Buku ini adalah buku teks pertama yang membahas kebijakan pembangunan kehutanan dan lingkungan di Indonesia yang tidak hanya mengupas berbagai teori kebijakan secara padat dan runut, tetapi juga sangat relevan dengan realitas permasalahan di lapangan.

Kartel merupakan kelembagaan pemasaran yang merupakan Kartelakan efektif, jika: suatu bentuk monopoli dari ▫ profit yang diperoleh masing-masing suatu kelompok produsen produsen/anggotakarteltinggi, untuk menguasai pangsa pasar ...

Ekonomi Politik Dalam Teori dan Praktek

Ketika membaca ataupun mendengar kata “ekonomi politik”, banyak diantara kita yang mempertanyakan, apa pengertian dari ekonomi politik itu? Hal ini tidaklah mengherankan karena umumnya diantara kita lebih sering mendengar dan membaca istilah ekonomi dan politik itu sebagai suatu yang terpisah (separated). Hal ini juga yang menjadikan banyak orang yang bertanya-tanya tentang apa hubungan antara ekonomi dan politik tersebut? Dalam buku ini akan sedikit dikemukakan beberapa hal yang terkait dengan ekonomi politik, yang kami sadur dari bukunya James E. Alt dan K. Alec Chrystal, “Political Economics”, serta Martin Staniland, What is Political Economy? A Study Of Social Theory And Underdevelopment”, dan kami sadar ini jelas ini tidak akan memuaskan para pembaca. Walaupun demikian, paling tidak buku ini akan memberikan sedikit pemahaman bagi pembaca mengenai kajian “ekonomi politik”. Menurut James E Alt dan K. Alec Chrystal (1983), pertanyaan mendasar dari ekonomi politik adalah “bidang-bidang apakah yang dimainkan pemerintah di dalam ekonomi? Bagian apa dalam bidang yang harus dilakukan oleh pemerintah? Bagaimana sebaiknya pemerinah melakukan bidang tersebut dan bagaimana itu dilakukan?” Pertanyaan ini membutuhkan jawaban panjang lebar, sehingga tidak ada jawaban sederhana yang dapat memuasakan. Pembahasan dalam buku ini hanya mengemukakan beracam-macam gagasan untuk kajian komprehensip mengenai ekonomi politik. Satu hal yang perlu kita pahami, ternyata kajian kebijakan ekonomi telah melintasi wilayah ilmu ekonomi dan ilmu politik itu sendiri, dan terdapat suatu perbedaan yang nyata antara konsep “ekonomi” dan konsep “politik”. Dan di sini kita sedang membicarakan tentang pertanyaan awal mengenai pengertian yang khusus atau pembatasan terhadap kita untuk mendapatkan jawaban yang terbaik tentang pertanyaan dasar dari ekonomi politik. Ada dua hal yang diharapkan dalam kajian ini. Pertama, kami beraharap dapat membantu dengan beberapa teori politik dan ekonomi yang umum untuk menemukan sebuah struktur pada pilihan untuk menjawab pertanyaan di atas. Kedua kami berharap dapat membantu mereka yang hanya terbiasa dalam satu kajian (politik atau ekonomi saja) untuk dapat melihat relevansi dari yang lainnya. Dengan berkembang dan semakin modernnya kehidupan masyarakat di dunia baik dalam kehidupan ekonomi maupun politik, maka banyak para ilmuan yang tidak bisa memahami penomena yang terjadi hanya dalam satu sudut pandang saja. Oleh karena itu banyak teori dan kajian empiris yang sudah semakin menjangkau batasan antara ekonomi dan politik, kami percaya bahwa ini diperlukan sekali pada kedua bagian tersebut. Kami melihat terdapat sejumlah literatur yang sukses dalam menjelaskan atau menarik perhatian pada penomena yang berkembang. Walaupun muncul penelitian di berbagai tempat, namun pada umumnya hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa secara teoritik itu bertalian. Ada banyak hal yang bisa diperoleh dari sebuah upaya untuk menggabungkan persoalan ekonomi dan politik. Tentu saja, dengan sedikit pengertian mensarankan bahwa dengan berkembangnya penomena di dalam masyarakat, maka beberapa penggabungan disiplin ilmu tersebut tidak hanya diharapkan, melainkan tidak dapat dielakan.

Ketika membaca ataupun mendengar kata “ekonomi politik”, banyak diantara kita yang mempertanyakan, apa pengertian dari ekonomi politik itu?