Sebanyak 3598 item atau buku ditemukan

Pendidikan Dasar Inklusif : Teori dan Implementasi: Bintang Pustaka

Buku ini diberi judul “Pendidikan Inklusif (Teori & Implementasi)”. Sebagaimana, yang telah ditulis diatas pendidikan inklusif dalam penyelenggaraannya menempatkan anak-anak normal pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus didalam lingkup sekolah yang sama (reguler) untuk mendapatkan kesetaraan pendidikan. Sebagai bentuk perhatian dari pemerintah telah ditunjukkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 70 tahun 2009 pasal 2 mengenai pendidikan inklusif dengan tujuan “setiap warga negara Indonesia mempunyai berkesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sama dan bermutu disetiap jenjang pendidikan tanpa membeda-bedakan latar-belakang, kondisi fisik/mental, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi”.

99 Muhammad Idrus, “Layanan Pendidikan Bagi Anak Gifted,” PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 2013, https://doi.org/. Nur'aeni, Buku Ajar Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus........, hlm. 100.

Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Pendidikan Guru Sekolah Dasar

KONTRIBUTOR: Dr. Ina Magdalena, M.Pd. Aditya Dwi Nokhriyana Alifah Oktania Alim Aqil Nasrulah Annisa Dwi Pratiiwi Asika Fauziah Della Destiana Febri Yanti Fitri Ramadanti Firsta Azzahra pasyah Hadana Nur Fauzi Sipayung Lusy Nur Rahmayani Novia Permata Sari Nurmanita Yuniawan Nurul Hasanah Nurul Rossatia Putri Indah Sari Raafiza Putri Rachmah Nurfitriah Rideva Az-zahra Rizka Surya Putri Syamsul Arief Sekartini Rikawan Syaputri Nandito Heriyana Hani Melly Mayanti Hasanah Fitria Hilda Firliyansyah Irwan Kurniawan Isnaini Nurfadila Sholikhatu Tsania Siti Santi Milawati Sri Wulandari Pamungkas Tika Yuliyani Yulia Septina Kristin Novita Sari

... teori-teori baru, menyempurnakan metode, dan menciptakan teknik dan pendekatan psikologi terhadap permasalahan upaya pendidikan, seperti belajar-mengajar, pelatihan, konseling, psikoterapi, bimbingan manusia yang lebih efektif.

Dasar-dasar Penelitian Pendidikan

Buku ini masih bersifat dasar-dasar penelitian pendidikan karena belum memberikan gambaran yang detail mengenai pelaksanan kegiatan penelitian pendidikan, diharapkan para pembaca mulai tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai apa, mengapa, dan bagaimana melakukan penelitian pendidikan, oleh karena itu penulis merasa penting untuk membuat suatu karya ilmiah yang secara praktis untuk melakukan penelitian di bidang pendidikan.

Buku ini masih bersifat dasar-dasar penelitian pendidikan karena belum memberikan gambaran yang detail mengenai pelaksanan kegiatan penelitian pendidikan, diharapkan para pembaca mulai tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai apa, ...

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik pada kurikulum tingkat satuan ...

Evaluasi Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Buku ini terdiri dari sembilan pembahasan, yaitu pertama Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum PAI, kedua Peran Guru dan Tenaga Kependidikan, ketiga Peran Kepala Sekolah/Madrasah dalam Pengembangan Kurikulum PAI, keempat Media Pembelajaran PAI, kelima Perkembangan Kurikulum Madrasah dan Pesantren Di Indonesia, keenam Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, ketujuh Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia, kedelapan Pengembangan Alat Evaluasi Jenis Tes dan Non Tes PAI, dan kesembilan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Karakter PAI. Sesuai dengan tema yang diusung, hampir semua naskah masih bersifat normatif dan berada dalam aspek tatanan konseptual. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kendala yang paling sering ditemukan dalam metode pembelajaran di masa pendemi adalah menghadirkan dimensi baru yang inovatif dalam wilayah garapan pengkajiannya. Meskipun demikian secara keseluruhan tulisan tersebut dapat dinikmati oleh pembaca sebagai referensi yang bisa didiskusikan kembali kapanpun.

Buku ini terdiri dari sembilan pembahasan, yaitu pertama Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum PAI, kedua Peran Guru dan Tenaga Kependidikan, ketiga Peran Kepala Sekolah/Madrasah dalam Pengembangan Kurikulum PAI, keempat Media Pembelajaran ...

Pengukuran Dan Evaluasi Olahraga (Prosedur Pelaksanaan Tes Dan Pengukuran Dalam Olahraga Pendidikan Dan Prestasi)

Buku ini disusun dengan tujuan untuk memberikan kemudahan dan gambaran kepada para mahasiswa (calon guru), guru, pelatih dan pembina Pendidikan Jasmani dan Olahraga tentang prosedur pengukuran dan evaluasi olahraga. Buku ini berisi konten-konten tentang tes, pengukuran dan evaluasi berbagai komponen kondisi fisik, tes keterampilan cabang-cabang olahraga dan tes psikologi seorang atlet atau olahragawan. Pengukuran Dan Evaluasi Olahraga (Prosedur Pelaksanaan Tes Dan Pengukuran Dalam Olahraga Pendidikan Dan Prestasi) ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak*

Pengukuran Dan Evaluasi Olahraga (Prosedur Pelaksanaan Tes Dan Pengukuran Dalam Olahraga Pendidikan Dan Prestasi) ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak*

MODEL PENDIDIKAN ISLAM

Teknik Mendidik Anak dengan Treatment di Era 4.0

Nusantara sedang merasakan berbagai permasalahan yang tidak kunjung berhenti. Masalah ini bagaikan pohon yang dipotong setengah dan setengahnya lagi tinggal menunggu kapan akan tumbuh. Kurangnya kajian yang matang sering kali memunculkan kebijakan dan Undang-Undang yang kurang tepat sasaran. Alih-alih mencegah, namun malah muncul masalah baru. Salah satunya Undang-Undang Perlindungan Anak yang terus disosialisasikan dua institusi negara, yakni Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Komnas HAM. Berdasarkan beberapa pengamatan dua lembaga institusi ini, keduanya menyimpulkan bahwa kekerasan anak di negara ini semakin mengkhawatirkan. Dari pihak lain–terutama para pendidik–merasa terkekang dengan segala aktivitas pendidikannya. Bagaimana tidak!, memarahi anak saja dapat di meja hijaukan. Apalagi mencubit atau menampar, sudah pasti tinggal menunggu panggilan dari pihak yang berwajib. Kerap kali pendidik melakukan tindakan yang dianggap mendidik justru malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Buku ini hadir untuk mengurai problematika di atas. Penulis berusaha menjelaskan secara ilmiah keberadaan sanksi atau ta`zîr yang ada di lembaga pendidikan, terutama pondok pesantren. Kemudian merumuskannya dalam bentuk temuan berupa konsep model sanksi dalam prespektif pendidikan Islam secara lebih tepat.

Kemudian merumuskannya dalam bentuk temuan berupa konsep model sanksi dalam prespektif pendidikan Islam secara lebih tepat.

Empati dan Komunikasi (Dilengkapi Modul Pengajaran dengan Model Pendidikan Berbasis Komunitas)

Konseling Orang tua ingin penjelasan yang mudah diterima mengenai diagnosis dan penyebab sakit anaknya. Demikian pula dengan hal-hal yang terkait dengan tata laksana. Memberikan nasihat dan konseling yang terkait dengan sakitnya pasien ...

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA; KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS DALAM PENDIDIKAN

Buku ini merupakan karya kolaboratif dosen lintas perguruan tinggi. Hadirnya buku ini merupakan bentuk perhatian para akademisi mengenai pendidikan di Indonesia yang ditinjau dari sudut padang Sumber Daya Manusia (SDM). Diharapkan dengan adanya buku ini, bisa berkontribusi dalam memajukan pendidikan di negeri tercinta ini melalui pandangan-pandangan kritis dan solutif.

Buku ini merupakan karya kolaboratif dosen lintas perguruan tinggi.

Teori dan Aplikasi Manajemen Pendidikan

Buku Manajemen Pendidikan ini penting dipelajari karenamanajemen sebagai ilmu pengetahuan itu sendiri telah dipelajari sejaklama dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Manajemen juga sebagai suatu seni, karena di dalam mencapai suatu tujuan diperlukankerja sama dengan orang lain, bagaimana cara memerintahkan oranglain agar mau bekerja sama. Pada hakikatnya kegiatan manusiaumumnya adalah managing (mengatur). Untuk mengatur di sinidiperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaanuntuk mencapai tujuan bersama.

Buku Manajemen Pendidikan ini penting dipelajari karenamanajemen sebagai ilmu pengetahuan itu sendiri telah dipelajari sejaklama dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori.