Sebanyak 80 item atau buku ditemukan

Berislam Secara Moderat (Ajaran dan Praktik Moderasi Beragama dalam Islam)

Perbincangan tentang Islam moderat mengemuka bersamaan dengan perkembangan kelompok-kelompok Islam radikal. Tema ini mencapai puncaknya sejak terjadi serangan bom bunuh diri di Amerika Serikat pada 11 September 2001 yang dilakukan kelompok militan Islam Al-Qaeeda. Di Indonesia sendiri perbincangan tentang Islam moderat sudah lama dilakukan, setidaknya sejak pasca reformasi 1998 seiring dengan perkembangan kelompok-kelompok Islam radikal yang selama orde baru terkekang dan tidak mendapatkan ruang di dalam konstelasi politik.

Perbincangan tentang Islam moderat mengemuka bersamaan dengan perkembangan kelompok-kelompok Islam radikal.

Kesadaran Moderasi Beragama dalam Dunia Pendidikan Islam

Kesadaran Moderasi Beragama dalam Dunia Pendidikan Islam Penulis : Ririn Kamilatul Farihah, Dra. Hj. Denna Ritonga, M. Si., Dr. Masykur, M. Hum. Ukuran : 14 x 21 cm ISBN : 978-623-294-643-9 Terbit : Oktober 2020 www.guepedia.com Sinopsis : Tentang istilah moderasi beragama jadi memang perlu dipahami bahwa yang di moderasi itu bukan agamanya, ini seringkali ada pandangan muncul pertanyaan mengapa agama di moderasi? Bukankah agama itu sesuatu yang sempurna yang datang dari dzat yang Maha Segala dan yang Maha Sempurna Tuhan yang Maha Kuasa. Jangan sampai manusia yang terbatas berani untuk memoderasi agama yang sempurna itu. Itulah kenapa istilahnya bukan moderasi agama tapi moderasi baragama. Cara kita beragama itulah yang harus di moderasi, cara memahami, cara mengamalkan ajaran-ajaran agama. Ada pertanyaan, mengapa harus di moderasi? Sebelum menjawab mengapa, jadi yang dimoderasi itu adalah semua agama, semua pemahaman dan pengamalan keagamaan kita dan karena dalam konteks Indonesia tidak hanya Islam yang dipeluk oleh warga bangsa ini maka tidak hanya Islam, tidak hanya cara kita ber-Islam yang harus dimoderasi tapi juga cara kita ber-Kristen, ber-Hindu, ber-Katholik, dan seterusnya. Jadi semua agama yang dianut oleh seluruh warga bangsa. Moderat sebagai generasi millenial, kita dapat mengimplementasikan moderasi beragama melalui banyak cara. Salah satunya adalah dengan dunia literasi dalam penyerapan informasi yang kita dapat dari berabagai macam sumber. Selain itu kita juga harus bijak menggunakan media sosial sebagaimana nilai-nilai Islam yang moderat. www.guepedia.com Email : [email protected] WA di 081287602508 Happy shopping & reading Enjoy your day, guys #penerbitan#penerbitanonline#bikinbuku#penulis#menjadipenulis#novel#buku#bukuonline#bikinbukugratis#writer#percetakan#percetakanonline#percetakanmurah#penerbitanmurah#puisi #sajak #quotes#poem#poetry

Kesadaran Moderasi Beragama dalam Dunia Pendidikan Islam Penulis : Ririn Kamilatul Farihah, Dra. Hj. Denna Ritonga, M. Si., Dr. Masykur, M. Hum.

Transformasi paradigmatik UIN Raden Mas Said : integrasi kajian Islam dan sains, kearifan lokal, dan moderasi beragama

Buku yang berjudul “TRANSFORMASI PARADIGMATIK UIN RADEN MAS SAID: Integrasi Kajian Islam dan Sains, Kearifan Lokal dan Moderasi Beragama” ini dilatarbelakangi oleh transformasi kelembagaan dari IAIN Surakarta menjadi UIN Raden Mas Said Surakarta pada tahun 2021. Transformasi tersebut tentunya membawa berkah bagi seluruh keluarga besar civitas akademik UIN Raden Mas Said Surakarta untuk lebih memberi kontribusi bagi masyarakat, bangsa dan negara. Buku adalah bagian dari catatan refleksi perjalanan kampus ketika berstatus Institut yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta dengan segala mandat yang diembannya sebagai kelanjutan dari kelembagaan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Surakarta dan IAIN Walisongo di Surakarta. Capaian-capaian ketika menjadi IAIN Surakarta adalah capaian-capaian yang uar bisa. Banyak prestasi yang diraih selama rentang waktu 10 tahun sejak tahun 2011. Prestasi-prestasi itulah yang kemudian mengantarkan transformasi kelembagaan menjadi UIN Raden Mas Said Surakarta. Hal terpenting dari catatan refleksi itu adalah refleksi terkait dengan pemantapan paradigma integrasi keilmuan yang dikembangkan di kampus kita yaitu integrasi ilmu-ilmu keislaman dengan sains dan teknologi (ilmu-ilmu sosial-humaniora dan ilmu-ilmu alam) dengan mempertimbangkan aspek-aspek kearifan lokal. Sejak era STAIN dan kemudian dilanjutkan di era IAIN, upaya perumusan integrasi keilmuan ini telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga melahirkan kekayaan khazanah keilmuan. Inilah di antara hal penting yang dieksplor oleh para penulis dalam buku. Dengan ulasan berdasarkan pembidangan tridharma perguruan yaitu bidang Pendidikan-pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, buku ini mencakup pembahasan yang komprehensif untuk memahami perkembangan UIN Raden Mas Said Surakarta. Buku ini juga merefleksikan bagaimana membangun moderasi beragama di kampus melalui kegiatan tridharma perguruan tinggi. Moderasi beragama adalah tema yang sangat penting untuk membangun civitas akademika yang moderat dalam rangka menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang toleran, menghargai keragaman, menghargai kebudayaan lokal, dan budaya anti kekerasan. Dengan selesainya buku, kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag. M.Pd. yang telah memberi motivasi dan dorongan kepada LPPM baik secara kebijakan maupun dukungan anggaran sehingga buku ini dapat diterbitkan. Begitu juga kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para wakil rektor yang senantiasa mensupport program-program LPPM sehingga bisa memberi kontribusi positif bagi kampus dan civitas akademika.

Dr. H. Mudofir, S.Ag. M.Pd. yang telah memberi motivasi dan dorongan kepada LPPM baik secara kebijakan maupun dukungan anggaran sehingga buku ini dapat diterbitkan.

Analisis Maqashid Syari’ah terhadap Moderasi Beragama dan Preferensi Politik Warga Nahdliyin (Studi Empiris terhadap Pilkada Serentak 2020)

Pengarusutamaan moderasi beragama terhadap pilkada serentak 2020 sangat dibutuhkan. Sebab Pilkada yang dirancang sebagai demokrasi elektoral, justru menjadi ajang baru timbulnya konflik kekerasan dan benturan-benturan fisik antar pendukung calon kepala daerah menjadi pemandangan jamak yang ditemui. Singkatnya, mekanisme demokrasi yang ada seolah justru melegitimasi munculnya kekerasan akibat perbedaan yang sulit ditolerir antara pihak-pihak berkepentingan di arena demokrasi. Dengan kata lain, desain demokrasi di Indonesia dalam konteks penyelenggaraan pilkada telah gagal sebagai cara mentransformasikan konflik. Sepanjang perhelatan pilkada di Indonesia, salah satu penyebab konflik adalah sentimen keagamaan. Hal ini tentunya bisa menyebabkan disitegrasi bangsa.

Pengarusutamaan moderasi beragama terhadap pilkada serentak 2020 sangat dibutuhkan.

Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara? Untuk memulai memahami Islam Nusantara, kita harus membedakan antara Islam di Nusantara dan Islam Nusantara. Islam di Nusantara konotasinya penggambaran existing Islam di wilayah Nusantara, termasuk di dalamnya sejarah perkembangan, populasi, dan ciri khas Islam di kawasan Nusantara. Sedangkan Islam Nusantara lebih kepada keunikan sifat dan karakteristik Islam di kawasan Nusantara. Dengan demikian, orang yang ahli tentang Islam di wilayah Nusantara belum tentu memahami konsep Islam Nusantara itu sendiri. Islam Nusantara melibatkan berbagai disiplin keilmuan, seperti ushul fikih, dan penafsiran terhadap nash atau teks agama. Islam Nusantara lebih banyak berhubungan dengan fenomena Islam "as the Islam" ketimbang Islam "as an Islam". Hampir setiap Negara yang berpenduduk mayoritas muslim memiliki istilah khusus untuk mencirikan kekhususan umat Islam di negerinya. Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad, pernah memperkenalkan Islam Hadharah, Pak SBY sering menyebut Islam Rahmatan lil Alamin, Mantan PM Benazir Bhutto memperkenalkan Islam inklusif. Maka, istilah Islam Nusantara juga merujuk pada pola keberagamaan muslim Indonesia yang hidup berdampingan dalam keberagaman berbangsa dan bernegara. Islam memiliki ajaran dasar dan non-dasar. Ajaran dasar bersifat absolut, universal, dan eternal, seperti seperti rukun iman dan rukun Islam. Sedangkan ajaran non-dasar bersifat fleksibel, kontemporer, dan umumnya berbicara tentang hal-hal yang bersifat cabang (furu'iyyah). Wacana Islam Nusantara berada di dalam ranah ajaran non-dasar. Selama Islam Nusantara masih tetap di dalam wacana ajaran non-dasar maka tidak perlu dikhawatirkan akan adanya kerancuan ajaran, karena Islam sebagai agama akhir zaman selalu membuka diri untuk menerima dan diterima oleh nilai-nilai lokal, sepanjang masih sejalan atau tidak bertentangan dengan ajaran dasarnya. Islam Nusantara merupakan gerakan moderasi beragama yang berkelanjutan, terus bergerak menuju bentuk terbaiknya bagi setiap zaman. Untuk setiap zaman dengan ragam tantangan dan problematikanya, Islam Nusantara bergerak menempatkan agama sebagai panduan untuk mengkreasi model kehidupan berbangsa yang penuh dengan nilai-nilai toleransi, gotong royong dan rukun sejahtera.

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara?

Wasathiyyah, Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama

Persoalan wasathiyyah (moderasi) bukan sekadar urusan atau kepentingan orang per orang, melainkan juga urusan dan kepentingan setiap kelompok, masyarakat, dan negara. Lebih-lebih dewasa ini ketika aneka ide telah masuk ke rumah kita tanpa izin dan aneka kelompok—ekstrem atau lawannya—telah menampakkan wajahnya disertai dengan dalih-dalih agama yang penafsirannya sangat jauh dari hakikat Islam. Memang semua pihak mengakui pentingnya moderasi, tetapi apa makna, tujuan, dan bagaimana menerapkan serta mewujudkannya tidak jarang kabur bagi sementara kita. Moderasi atau wasathiyyah bukanlah sikap yang bersifat tidak jelas atau tidak tegas terhadap sesuatu bagaikan sikap netral yang pasif, bukan juga pertengahan matematis. Bukan juga sebagaimana dikesankan oleh kata “wasath”, yakni “pertengahan” yang mengantar pada dugaan bahwa wasathiyyah tidak menganjurkan manusia berusaha mencapai puncak sesuatu yang baik dan positif—seperti ibadah, ilmu, kekayaan, dan sebagainya. Akibat kekaburan makna wasathiyyah (moderasi) maka yang ekstrem maupunyang menggampangkan sama-sama menilai diri mereka telah menerapkan moderasi, padahal kedua sikap itu jauh dari pertengahan yang menjadi salah satu indikator moderasi. Wasathiyyah/moderasi sangat luas maknanya. Ia memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang syariat Islam dan kondisi objektif yang dihadapi sekaligus cara dan kadar menerapkannya. Melalui buku ini, Anda akan mendapatkan penjelasan wasathiyyah dari penulis yang kompeten dan otoritatif.

Persoalan wasathiyyah (moderasi) bukan sekadar urusan atau kepentingan orang per orang, melainkan juga urusan dan kepentingan setiap kelompok, masyarakat, dan negara.

MODERASI BERAGAMA Perspektif Yusuf al-Qaradawi

Kajian Interdisipliner tentang Wacana Penyatuan Hari Raya

“Gagasan Menyatukan Umat Islam Indonesia Melalui Kalender Islam”, AHKAM:
Jurnal Ilmu Syariah 15, no. 2 (Juli 2015): 5. . “Karakteristik Hubungan
Muhammadiyah dan NU Dalam Menggunakan Hisab dan Rukyat,” Al-Jami‟ah
44, no.

Mainstreaming Moderasi Beragama dalam Dinamika Kebangsaan

Buku kajian antologi ini berusaha meng-eksplorasi model-model konteks keagamaan dalam perspektif moderasi yang beragam. Para penulis merupakan dosen muda yang energik dan produktif, yang memiliki semangat literasi yang baik. Khususnya dalam pembangunan khazanah keilmuan, kontribusi para penulis muda dibutuhkan sebagai penyegaran kembali kajian-kajian teks berbasis realita kekinian. Disamping itu, isi buku ini menyajikan antologi kajian dari lintas rumpun keilmuan berbasis kajian teks yang sarat dengan konteks historis, filosofis dan kontekstual. Artinya narasi buku ini signifikan dalam mengurai kajian keagamaan dan kebangsaan yang integratif, dengan bahasa sederhana, mendalam serta lugas. Buku ini juga merupakan khasanah penting, khususnya yang terbit dari ranah akademik PTKIN di bawah Lingkungan Kementerian Agama RI, yang aktif mengarusutamakan moderasi beragama dalam dinamika kebangsaan masyarakat Indonesia. Disisi lain buku ini memunculkan pesan-pesan konstruktif bagi terwujudnya kehidupan keagamaan yang damai dan sejuk.

Buku kajian antologi ini berusaha meng-eksplorasi model-model konteks keagamaan dalam perspektif moderasi yang beragam.