Sebanyak 1402 item atau buku ditemukan

Memahami Metodologi Studi Kasus, Grounded Theory, dan Mixed-Method

Untuk Penelitian Komunikasi, Psikologi, Sosiologi, dan Pendidikan

Buku yang ada di tangan Anda ini memberikan penjelasan keilmuan untuk mengurangi kegelisahan akademik di kalangan mahasiswa dan peneliti pemula dalam menyiapkan laporan karya ilmiahnya. Buku ini juga menampilkan model dan pendekatan yang komprehensif dalam bidang penelitian di mana memadukan antara konstruksi penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif melalui metode campuran (mixed-method). Pada sisi lain, buku ini juga mampu menampilkan aspek teoretis dan praktis dalam pernik-pernik penelitian ilmu sosial yang secara spesifik dalam bidang komunikasi, psikologi, sosiologi, dan pendidikan. Dalam buku ini penulis memadukan skill dan seni dalam memaparkan isi mendalam melalui sentuhan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan, baik mahasiswa Strata Satu (S-1), Strata Dua (S-2) dan Strata Tiga (S-3), bahkan kalangan non-akademik sekalipun. Kehadiran buku ini telah membuka tabir baru untuk memahami metodologi penelitian dalam disiplin ilmu sosial, sehingga membantu mereka memilih metode sesuai untuk karya-karya akademik; skripsi, tesis, dan disertasi. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup

Buku yang ada di tangan Anda ini memberikan penjelasan keilmuan untuk mengurangi kegelisahan akademik di kalangan mahasiswa dan peneliti pemula dalam menyiapkan laporan karya ilmiahnya.

Buku khutbah Jumat

menebar perdamaian, membumikan Islam rahmatan lil alamin

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Tahukah Kamu? Tingkat penyerapan dalam belajar 20% dari yang kita baca, 30% dari yang kita dengar, 40% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita katakan, 60% dari yang kita kerjakan, 90% dari yang kita lihat, kita dengar, kita katakan dan sekaligus kita kerjakan Ungkapan Seorang Filosopher, Khong Fu Tse “Yang saya dengar, maka saya lupa, yang saya lihat, maka saya ingat, yang saya lakukan, maka saya mengerti/memahami” Dalam Creating The Future, tujuan terpenting pendidikan adalah “belajar bagaimana belajar” (Luis Alberto Machado, Ph.D). Problematika pembelajaran pada umumnya bersifat komplek, sedangkan kompleksitas belajar dan pembelajaran itu dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya: pengaruh budaya , pengaruh sejarah, hambatan praktis, karakteristik guru sebagai pembelajar, karakteristik siswa, dan proses belajar. Secara umum, buku Problematika Pembelajaran di SD ini diterbitkan dengan membahas pengaruh budaya, pengaruh sejarah, dan hambatan praktis dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

Bimbingan Konseling : Edisi Ketujuh, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2011) Rochaety, Eti dkk. 2006. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sardjan Kadir dan Umar Ma'sum. 1982. Pendidikan di Negara Sedang ...

IMPLEMENTASI KURIKULUM PAI DI SEKOLAH DASAR

Buku ini disusun berdasarkan teori-teori kurikulum Pendidikan Agama Islam dan praktik di lapangan sebagai guru Pendidikan Agama Islam di berbagai sekolah baik di tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, menengah maupun pada tingkat perguruan tinggi, juga dikombinasikan dengan pengalaman penulis sebagai kepala sekolah serta sebagai timnas revisi kurikulum dan KMA 183 Pendidikan Agama Islam pada madrasah. Metode penulisan dan gaya bahasa yang disajikan dalam buku ini mudah untuk dipahami dan dimengerti. Buku ini dilengkapi dengan contoh kasus yang disajikan secara sederhana dengan maksud agar pembaca mudah untuk memahami, namun isi dari buku ini tetap terjaga sesuai dengan yang telah dipersyaratkan. Diharapkan dengan hadirnya buku ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan guru Pendidikan Agama Islam baik pada tingkat sekolah dasar, lanjutan pertama dan menengah maupun pada perguruan tinggi Islam, mahasiswa serta praktisi khususnya para tim revisi kurikulum Pendidikan Agama Islam atau siapa saja yang yang berminat terhadap kurikulum Pendidikan Agama Islam dan implementasinya. Juga, diharapkan kehadiran buku ini akan memudahkan pembaca untuk menganalisis dan memahami apa, siapa, mengapa, dan bagaimana implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam.

Buku ini disusun berdasarkan teori-teori kurikulum Pendidikan Agama Islam dan praktik di lapangan sebagai guru Pendidikan Agama Islam di berbagai sekolah baik di tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, menengah maupun pada tingkat ...

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik pada kurikulum tingkat satuan ...

Evaluasi Pembelajaran

Buku ini terdiri atas 14 Bab yang dibahas secara rinci dalam pembahasan, diantaranya: Konsep Evalusi Pembelajaran, Pengukuran, Penilaian, Tes, dan Evaluasi, Penilaian Kognitif, Penilaian Afektif, Penilaian Psikomotor, Penilaian Berbasis ...

Evaluasi Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Buku ini terdiri dari sembilan pembahasan, yaitu pertama Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum PAI, kedua Peran Guru dan Tenaga Kependidikan, ketiga Peran Kepala Sekolah/Madrasah dalam Pengembangan Kurikulum PAI, keempat Media Pembelajaran PAI, kelima Perkembangan Kurikulum Madrasah dan Pesantren Di Indonesia, keenam Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, ketujuh Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia, kedelapan Pengembangan Alat Evaluasi Jenis Tes dan Non Tes PAI, dan kesembilan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Karakter PAI. Sesuai dengan tema yang diusung, hampir semua naskah masih bersifat normatif dan berada dalam aspek tatanan konseptual. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kendala yang paling sering ditemukan dalam metode pembelajaran di masa pendemi adalah menghadirkan dimensi baru yang inovatif dalam wilayah garapan pengkajiannya. Meskipun demikian secara keseluruhan tulisan tersebut dapat dinikmati oleh pembaca sebagai referensi yang bisa didiskusikan kembali kapanpun.

Buku ini terdiri dari sembilan pembahasan, yaitu pertama Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum PAI, kedua Peran Guru dan Tenaga Kependidikan, ketiga Peran Kepala Sekolah/Madrasah dalam Pengembangan Kurikulum PAI, keempat Media Pembelajaran ...

ILMU FIQIH

Suatu Pengantar Komprehensif kepada Hukum Islam

Ilmu fiqih sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri sebagaimana ilmu akhlak dan akidah. Buku ini akan mengantarkan pembaca pada pendalaman yang utuh tentang ilmu fiqih yang dimaksud dan membantu sesorang untuk memahami "wujud nyata makhluk" bernama ilmu fiqih

Ilmu fiqih sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri sebagaimana ilmu akhlak dan akidah.