Sebanyak 129 item atau buku ditemukan

MODERASI BERAGAMA DI KALANGAN NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH

Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan, melainkan keharusan. Moderasi beragama harus dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan (inklusif). Keseimbangan atau jalan tengah dalam praktik beragama ini niscaya akan menghindarkan kita dari sikap ekstrem berlebihan, fanatik dan sikap revolusioner dalam beragama. Moderasi beragama merupakan solusi atas hadirnya dua kutub ekstrem dalam beragama, kutub ultra­konservatif atau ekstrem kanan di satu sisi, dan liberal atau ekstrem kiri di sisi lain. Moderasi beragama sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah­tengah, selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama, tentu perlu adanya ukuran, batasan, dan indikator untuk menentukan apakah sebuah cara pandang, sikap, dan perilaku beragama tertentu itu tergolong moderat atau ekstrem. Ukuran tersebut dapat dibuat dengan berlandaskan pada sumber­sumber terpercaya, seperti teks­teks agama, konstitusi negara, kearifan lokal, serta konsensus dan kesepakatan bersama. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki peran strategis dalam mendialogkan faham dan cara beragama yang moderat di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Kedua ormas ini, dinilai sebagai salah satu dari beberapa ormas yang berpandangan moderat dan mengedepankan pendekatan humanis sebagai bagian dari strategi moderasi beragama, di samping keduanya memiliki modal jaringan organisasi yang kuat dan luas yang dapat mencapai akar rumput sehingga strategis dalam upaya mengonter radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.

Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan, melainkan keharusan.

Kompetensi pedagogik dan profesional guru PAI di Perguruan Muhammadiyah Wara Ambon

perspektif Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

On teaching competency and proffesionality of Islamic religion teacher in Perguruan Muhammadiyah Wara Ambon, Indonesia.

On teaching competency and proffesionality of Islamic religion teacher in Perguruan Muhammadiyah Wara Ambon, Indonesia.

KOMPETENSI GURU: Kumpulan Opini Luaran PLP I FKIP Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

Hakikatnya, Guru merupakan agen pembelajaran dan bertanggungjawab penuh dalam mendidik, mengarahkan, membimbing, melatih dan mengevaluasi siswa. Berbicara mengenai guru tentu tidak akan ada habisnya. Betapa tidak, tugas dan tanggung jawab yang besar berada dipundak seorang guru.Bisa dikatakan keberhasilan kurikulum dalam satuan pembelajaranpun ada di tangan guru. Di lingkungan sekolah, guru pasti akan berhadapan dengan para siswa yang memiliki karakteristik yang beragam. Untuk mengembangkan kemampuan dan kualifikasinya, guru perlu menguasai empat kompetensi dasar seperti yang telah dicantumkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) dimana kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kpribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang semuanya diperoleh melalui pendidikan profesi.

Hakikatnya, Guru merupakan agen pembelajaran dan bertanggungjawab penuh dalam mendidik, mengarahkan, membimbing, melatih dan mengevaluasi siswa.

Kebijakan Pendidikan Muhammadiyah: 1911-1942

Semangat Muhammadiyah untuk mencerahkan semesta sejatinya sejalan dengan mimpi besar sang pendiri, KH Ahmad Dahlan. Hal ini dapat dilihat melalui pidato iftitah yang disampaikan M. Junus Anies dalam “Congres (Muktamar) Muhammadiyah Seperempat Abad” yang berlangsung tanggal 21-26 Juli 1936 di Betawi (Jakarta). M. Junus Anies sebagai Sekretaris Hoofdbestuur (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah saat itu mengutip mimpi besar sang pendiri yang menginginkan persyarikatan ke depannya mampu menjadi “Bapa Doenia”, dan ‘Aisyiyah sebagai “Iboe Doenia”. Dalam bahasa saat ini, KH Ahmad Dahlan ingin Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dapat menjadi ikon gerakan Islam berkemajuan yang berpengaruh di dunia. Upaya untuk mewujudkan mimpi besar tersebut tentu saja tidak mudah. Jalan berliku yang terkadang curam, licin, dan mendaki terus dilewati Muhammadiyah. Kontak langsung para tokoh Muhammadiyah dengan umat Islam di luar negeri juga tidak hanya dapat disaksikan pada saat sekarang. M. Junus Anies dalam pidatonya juga menyebut bahwa intensitas komunikasi tokoh-tokoh Muhammadiyah dengan umat Islam di luar negeri telah semakin menguat setelah KH Ahmad Dahlan wafat (23 Februari 1923). Komunikasi tersebut membuahkan hasil yang cukup gemilang, khususnya pada rentang tahun 1927 hingga 1929. Pada rentang tersebut, banyak umat muslim di beberapa negara yang mengajukan diri untuk bergabung dan mendirikan Muhamadiyah di daerahnya masing-masing. Di antara umat muslim itu, sebagaimana dikemukakan oleh M. Junus Anies, berasal dari Kaapstad (sekarang Ibukota Afrika Selatan), Siam (sekarang Thailand) dan Malaysia, tepatnya di Kuala Lumpur, Selangor, serta Kelang. Niat baik umat muslim itu hanya saja belum dapat dipenuhi, sebab Muhammadiyah saat itu masih fokus menyelesaikan masalah-masalah “di dalam negeri”. Selain masih fokus untuk menyelesaikan urusan internal organisasi, Muhammadiyah saat itu juga sedang berupaya manyadarkan dan memajukan masyarakat agar terlepas dari jeratan penjajah. Penggalan pidato M. Junus Anies di atas merupakan bagian dari narasi yang telah disajikan dalam buku berjudul Kebijakan Pendidikan Muhammadiyah: 1911-1942 ini.

Sistem pendidikan modern yang telah didesain dan dikembangkan Kiai Dahlan (selanjutnya dikenal dengan pendidikan Muhammadiyah)45 pada saat itu berada di antara dua arus besar pendidikan yang berkembang: pendidikan Islam tradisional yang ...

Tokoh-tokoh pemikir paham kebangsaan, Haji Agus Salim dan Muhammad Husni Thamrin

Biography and thoughts on nationalism of Agus Salim, 1884-1954 and Muhamad Husni Thamrin, 1894-1941, Indonesian nationalist.

kapitalisme jangan kita bantu , sedapat- dapatnya kita tolong menghancurkan . Kapitalismelah yang menjadi dasar penjajahan Belanda di sini " . 119 Beliau memberikan alternatifnya yaitu dengan sistem sosialisme Islam , sebagaimana yang ...

Addendum To Muhammad Never Ever Was A Prophet Part Two

Al-Quran Is Gnostic

On the question of originality there can hardly be two opinions now that the Koran has been thoroughly compared with the Christian and Jewish traditions of the time; and it is, besides some original Arabian legends, to those only that the book stands in any close relationship. The matter is for the most part borrowed, but the manner is all the prophet's own. This is emphatically a case in which originality consists not so much in the creation of new materials of thought as in the manner in which existing traditions of various kinds are utilised and freshly blended to suit the special exigencies of the occasion. Biblical reminiscences, Rabbinic legends, Christian traditions mostly drawn from distorted apocryphal sources, and native heathen stories, all first pass through the prophet's fervid mind, and thence issue in strange new forms, tinged with poetry and enthusiasm, and well adapted to enforce his own view of life and duty, to serve as an encouragement to his faithful adherents, and to strike terror into the hearts of his opponents.( Rev.J.M.Rodwell ) So wrote Rodwell in his introduction to his translation of the Quran . I agree and insist that the Al-Quran is part of the gnostic scriptures, not a confirmation nor a continuation of the biblical scriptures .

This is emphatically a case in which originality consists not so much in the creation of new materials of thought as in the manner in which existing traditions of various kinds are utilised and freshly blended to suit the special exigencies ...

Sistem Pengobatan Kedokteran Islami Ajaran Nabi Muhammad Saw Bersumberkan Dari Al-Quran Dan Al-Hadist

Agama Islam mengatur kehidupan manusia dalam berbagai aspek termasuk dalam dunia perawatan dan pengobatan. Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang kepada umat manusia, melalui kekasih-Nya Rasulullah SAW, Allah mengajarkan kepada manusia cara merawat dan memelihara kesehatan. Pengobatan ala Nabi biasa dikenal dengan sebutan Thibun Nabawi sekitar abad ke-13 yang diperkenalkan oleh Syekh Ibnu Qoyyim Al Jauziah didalam kitabnya Zaadul Maad. Thibbun nabawi mengacu terhadap semua perkataan, pengajaran, dan tindakan Rasul SAW yang berkaitan dengan pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit.

Agama Islam mengatur kehidupan manusia dalam berbagai aspek termasuk dalam dunia perawatan dan pengobatan.