Sebanyak 35 item atau buku ditemukan

Ekonomi Islam Nusantara

Nusantara yang saat ini bernama Indonesia dibangun di atas kekayaan sejarah yang melimpah. Kekayaan tersebut berupa keragaman suku, agama, adat, dan bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat di masa lalu. Selain itu, terdapat pula aktivitas ekonomi yang menunjukkan keragaman yang dimiliki oleh Nusantara. Aktivitas tersebut pun memiliki karakteristik unik dan berbeda-beda di setiap daerah. Aktivitas ini tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan budaya masyarakat itu sendiri, tetapi juga dibentuk oleh masuknya budaya lain melalui interaksi ekonomi, seperti aktivitas perdagangan. Buku ajar ini tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah, tetapi juga menyuguhkan informasi mengenai praktek ekonomi dan keuangan yang menggunakan prinsip syariah yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kajian buku ini berupaya mengeksplorasi tujuh pembahasan pokok aktivitas ekonomi dan keuangan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam di masa lalu. Tujuh tema tersebut meliputi: Pertama, sektor keuangan publik yang meliputi instrumen zakat, pajak, ghanimah, waris, fa’i (upeti), dan denda. Kedua, sektor keuangan sosial yang meliputi pembahasan praktek wakaf, infak, sedekah, dan hibah/hadiah. Ketiga, sektor ekonomi internasional yang meliputi pembahasan tentang tarif perdagangan, kontrak-kontrak perdagangan intra kerajaan, pengaturan dermaga atau pelabuhan, kontrak-kontrak perdagangan antar kerajaan, dan kontrak-kontrak perdagangan kerajaan dengan pihak asing. Keempat, sektor ekonomi komersial yang terdiri dari praktek pengaturan pasar, utang-piutang, jual-beli, sewa, dan hak kepemilikan. Kelima, ekonomi moneter yang membahas kebijakan mata uang yang digunakan pada masa kerajaan Islam. Keenam, kelembagaan ekonomi masa kerajaan Islam yang menjalankan fungsi pengaturan praktek ekonomi, baik yang dilakukan kerajaan maupun masyarakat. Dan ketujuh, peraturan atau perundangan yang berlaku dan menjadi pedoman dalam pengaturan aktivitas ekonomi. Selain membahas aktivitas ekonomi dan keuangan Islam yang sudah dipraktekkan oleh kerajaan-kerajaan Islam tersebut, buku ajar ini juga akan membubarkan gerakan ekonomi Islam yang dilakukan oleh organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI), Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama (NU) sebelum kemerdekaan. Eksplorasi sejarah terkait aktivitas tujuh sektor ekonomi dan keuangan Islam di kerajaan-kerajaan Islam dan organisasi-organisasi sosial-keagamaan tersebut diharapkan dapat bermanfaat dalam memperkaya khazanah tentang sejarah ekonomi Islam di Nusantara dan menjadi referensi bagi pengembangan aplikasi ekonomi dan keuangan Islam pada masa sekarang ini. Proses asimilasi antara prinsip-prinsip Islam dan aktivitas ekonomi dan keuangan masyarakat Nusantara merupakan informasi yang sangat menarik untuk diketahui dan digali. Praktek ekonomi dan keuangan pada masa kerajaan-kerajaan Islam menjadi topik yang menarik untuk dielaborasi karena keduanya menjadi tolak ukur kemakmuran suatu kerajaan. Catatan praktek ekonomi dan keuangan pada masa kerajan Islam menunjukkan peran penguasa dalam perekonomian. Praktek ekonomi dan keuangan dengan segenap infrastruktur pendukungnya. Praktek tersebut setidaknya dapat ditemukan dalam catatan undang-undang kerajaan. Penjelajahan yang memadukan antara kajian sejarah dan ekonomi Islam yang terwujud dalam Buku Ajar Ekonomi Islam Nusantara ini merupakan langkah awal penulis yang tentu saja sangat jauh dari kesempurnaan. Buku Ajar Ekonomi Islam Nusantara diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur yang selama ini, penulis amati, belum tersedia. Mata kuliah ekonomi Islam adalah mata kuliah yang penulis coba kembangkan.

Buku Ajar Ekonomi Islam Nusantara diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur yang selama ini, penulis amati, belum tersedia. Mata kuliah ekonomi Islam adalah mata kuliah yang penulis coba kembangkan.

Sejarah Islam Nusantara

Dari Analisis Historis hingga Arkeologis tentang Penyebaran Islam di Nusantara

Sejarah dikembalikan, kelahiran agama Islam terjadi di Indonesia. Namun, anehnya di negeri inilah Islam berkembang pesat dan masif. Alhasil, penduduk muslim terbesar di dunia berasal dari Indonesia, bukan dari Arab Saudi yang sejatinya bukan berasal dari muasal Islam. Lantas, bagaimana Islam masuk ke Indonesia, yang pada masa dahulu lebih dikenal dengan nama Nusantara? Dan bagaimana pula Islam berkembang menjadi agama paling populer? Semua pertanyaan ini akan terjawab tuntas melalui buku ini. Buku berjudul Sejarah Islam Nusantara: Analisis Historis dan Arkeologis ini akan mengantarkan pembaca untuk memahami cerita jalan masuk dan mengembangkannya Islam di Nusantara. Bahkan, buku ini akan membawa Anda untuk membahas lebih jauh tentang peninggalan bersejarah yang lahir dari rahim peradaban Islam Nusantara. Secara garis besar, buku ini terdiri dari tiga bagian pokok. Pada bagian pertama, akan dibahas secara lengkap tentang teori masuknya Islam, jalur masuknya Islam, dan alasan balik masuk Islam di Nusantara. Bagian kedua menjelaskan tentang proses penyebaran Islam di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan wilayah lainnya. Kemudian, di bagian terakhir, akan dibahas tentang bukti-bukti peninggalan Islam di Nusantara. Tak pelak, hadirnya buku ini penting untuk menambah informasi dan wawasan tentang sejarah Islam di Nusantara. Jadi, selamat membaca!

Semua pertanyaan ini akan terjawab tuntas melalui buku ini. Buku berjudul Sejarah Islam Nusantara: Analisis Historis dan Arkeologis ini akan mengantarkan pembaca untuk memahami cerita jalan masuk dan mengembangkannya Islam di Nusantara.

RASIONALITAS TRADISI ISLAM NUSANTARA

Islam yang bercampur dengan budaya lokal merupakan gejala normal dari dinamika peradaban umat Islam. Pergumulan dan interaksi umat Islam dengan budaya akan menampilkan Islam yang berkarakter dan lebih toleran. Sebaliknya, semakin minim interaksi umat Islam dengan kebudayaan lokal maka semakin miskin pula budaya lokal. Di sinilah letak wajah Islam Indonesia sangat berbeda dengan Islam Timur Tengah (Saudi Arabia) yang menampilkan Islam puritan. Selama ini, budaya dianggap berada di luar ajaran Islam karena tidak sesuai dengan doktrin Islam. Bagi mereka, budaya merupakan karya manusia yang dapat berubah, sementara Islam adalah kreasi Allah Swt. yang bersifat permanen (asy-Syari’ah al-khalidah). Jika kita menengok isi Al-Qur’an dan sirah nabawi (sejarah nabi) banyak mendeskripsikan akomodasi sub budaya Arab. Oleh karena itu, penolakan tradisi lokal dalam formulasi Islam telah menghilangkan keluwesan Islam. Ulama ushul fiqh telah memperhatikan budaya lokal dengan kaidahnya, al- ‘adat muhakkamah (adat dapat dijadikan pedoman hukum).

Islam yang bercampur dengan budaya lokal merupakan gejala normal dari dinamika peradaban umat Islam.

Buku Induk Fikih Islam Nusantara (Mencakup Fatwa-Fatwa Kontemporer Dan Bab Fikih Lengkap Berdasarkan Kitab-Kitab Mu'tabarah Kalangan Pesantren)

Buku ini bermula dari permintaan diterjemahkannya kitab penulis yang berjudul “al-Fikrah alNahdliyyah fi Ushuli wa Furu’I Ahl al-Sunah wa al-Jamaah” oleh berbagai kalangan ke dalam bahasa Indonesia. Buku ini bukan buku tentang analisis pemikiran tetapi merupakan pilihan-pilihan penulis tentang pendapat para ahli fikih Mazhab Syafi’i dalam berbagai masalah fikih secara lengkap. Di beberapa masalah penulis pula menyisipkan pendapat penulis sendiri berdasarkan keilmuan penulis, baik masalah fikih klasik terlebih dalam masalah kontemporer. Jika ditemukan masalah kemudian tidak penulis cantumkan referensinya, maka kebanyakan dari masalah seperti itu, merupakan kesimpulan dan pendapat penulis sendiri. Buku Induk Fikih Islam Nusantara (Mencakup Fatwa-Fatwa Kontemporer Dan Bab Fikih Lengkap Berdasarkan Kitab-Kitab Mu'tabarah Kalangan Pesantren) ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak.

Buku Induk Fikih Islam Nusantara (Mencakup Fatwa-Fatwa Kontemporer Dan Bab Fikih Lengkap Berdasarkan Kitab-Kitab Mu'tabarah Kalangan Pesantren) ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak.

Paradigma Pendidikan Islam Nusantara

Kajian Nilai-Nilai Pendidikan dalam Serat Wulang Reh

Jika ada pertanyaan, apakah mungkin karya-karya dari leluhur bangsa dapat dijadikan fondasai paradigma pendidikan Islam? Jawabannya iya sangat mungkin. Kita harus punya suara dalam menafsirkan kearifan bangsa sebagaimana negara-negara lain menafsirkan kearifan bangsanya. Bahkan Imam Al-Ghazali, panutan ulama kita, dipengaruhi oleh kultur dan peradaban Persia, karena memang beliau adalah orang Persia. Imam Al-Ghazali mengagumi karakter pemimpin mereka yang adil, yaitu Raja Anusyarwan, yang hidup dan berkuasa di masa Rasulullah Saw terlahir ke dunia. Dalam satu karyanya tentang etika politik berjudul at-Tibru-I-Masbuk fi Nashihati-l-Muluk, menampilkan Raja Persia itu sebagai suri Teladan bagi umat Islam karena keadilannya. Bayangkan, ini adalah ulama selevel Imam Al-Ghazali sendiri yang menampilkan ilmu Persianya, ilmu negerinya, dalam membicarakan etika dan moral politik. Pengalaman Persia yang memiliki pengalaman keadilan dalam politik juga patut disuarakan karena memang sesuai dengan misi Islam di dunia, yakni menyebarkan keadilan dan kebaikan (Islam rahmatan lil’alamin). Nah, dari sini dapat dipahami bahwa mengapa ulama-ulama kita, raja-raja nusantara dulu, menampilkan ilmu nusantara, suara-suara peradaban nusantara untuk diangkat dalam membicarakan berbagai persoalan kehidupan, salah satunya adalah pendidikan.

Jika ada pertanyaan, apakah mungkin karya-karya dari leluhur bangsa dapat dijadikan fondasai paradigma pendidikan Islam?

Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara? Untuk memulai memahami Islam Nusantara, kita harus membedakan antara Islam di Nusantara dan Islam Nusantara. Islam di Nusantara konotasinya penggambaran existing Islam di wilayah Nusantara, termasuk di dalamnya sejarah perkembangan, populasi, dan ciri khas Islam di kawasan Nusantara. Sedangkan Islam Nusantara lebih kepada keunikan sifat dan karakteristik Islam di kawasan Nusantara. Dengan demikian, orang yang ahli tentang Islam di wilayah Nusantara belum tentu memahami konsep Islam Nusantara itu sendiri. Islam Nusantara melibatkan berbagai disiplin keilmuan, seperti ushul fikih, dan penafsiran terhadap nash atau teks agama. Islam Nusantara lebih banyak berhubungan dengan fenomena Islam "as the Islam" ketimbang Islam "as an Islam". Hampir setiap Negara yang berpenduduk mayoritas muslim memiliki istilah khusus untuk mencirikan kekhususan umat Islam di negerinya. Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad, pernah memperkenalkan Islam Hadharah, Pak SBY sering menyebut Islam Rahmatan lil Alamin, Mantan PM Benazir Bhutto memperkenalkan Islam inklusif. Maka, istilah Islam Nusantara juga merujuk pada pola keberagamaan muslim Indonesia yang hidup berdampingan dalam keberagaman berbangsa dan bernegara. Islam memiliki ajaran dasar dan non-dasar. Ajaran dasar bersifat absolut, universal, dan eternal, seperti seperti rukun iman dan rukun Islam. Sedangkan ajaran non-dasar bersifat fleksibel, kontemporer, dan umumnya berbicara tentang hal-hal yang bersifat cabang (furu'iyyah). Wacana Islam Nusantara berada di dalam ranah ajaran non-dasar. Selama Islam Nusantara masih tetap di dalam wacana ajaran non-dasar maka tidak perlu dikhawatirkan akan adanya kerancuan ajaran, karena Islam sebagai agama akhir zaman selalu membuka diri untuk menerima dan diterima oleh nilai-nilai lokal, sepanjang masih sejalan atau tidak bertentangan dengan ajaran dasarnya. Islam Nusantara merupakan gerakan moderasi beragama yang berkelanjutan, terus bergerak menuju bentuk terbaiknya bagi setiap zaman. Untuk setiap zaman dengan ragam tantangan dan problematikanya, Islam Nusantara bergerak menempatkan agama sebagai panduan untuk mengkreasi model kehidupan berbangsa yang penuh dengan nilai-nilai toleransi, gotong royong dan rukun sejahtera.

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara?

Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

Buku ini merupakan buku hasil tugas akhir mata kuliah Filsafat Umum yang diampu Bapak Hamidulloh Ibda. Kami mengucapkan banyak terima kasih pada beliau, karena dari awal sudah membimbing kami dari nol, sehingga kami tahu cara tentang mengutip, menulis, meneliti, dan menyimpulkan hasil riset kami baik itu studi pustaka, maupun lapangan. Hadirnya buku merupakan hasil kerja keras yang dilakukan semua pihak. Bahasa, tata tulis, dan riset sederhana, namun murni dari pikiran, petelitian, dan kajian, maka kami bisa menulis. Semoga ke depan, kami bisa berkarya lagi dengan kerjasama dari semua pihak. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Hamidulloh Ibda dosen pengampu mata kuliah Filsafat Umum yang mengajarkan, membimbing, dan mengarahkan kami mulai dari penulisan, hingga cara mencari data dan pendapat ilmiah sehingga buku dapat tersusun dan terbit dengan baik. Kami atas nama Prodi PAI IA STAINU Temanggung juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. H. Muh Baehaqi, MM Ketua STAINU Temanggung, dan Prodi PAI, serta semua civitas akademika dan penerbit yang telah membantu penerbitan buku karangan kami ini. Meskipun masih sederhana, namun buku ini menjadi membuktikan kami bisa menulis meskipun kami baru semester I yang sudah dapat menulis karya ilmiah berbasis riset. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua masyarakat dan khususnya bagi kalangan akademisi.

Buku ini merupakan buku hasil tugas akhir mata kuliah Filsafat Umum yang diampu Bapak Hamidulloh Ibda.

WACANA PEDAGOGI ISLAM NUSANTARA

Kehadiran media baru membawa perubahan besar bagi perkembangan pemikiran dan wacana Islam di Nusantara. Bagaimana metode penyebaran pemikiran, yang awalnya hanya lewat ruang kelas, disampaikan oleh guru kepada peserta didik melalui ruang-ruang kelas dan bersifat tatap muka, kini telah mengalami perkembangan terbaru, yang tidak hanya tetap mempertahankan cara-cara pengajaran tradisonal seperti di atas, namun dikombinasikan dengan cara modern, yaitu sistem pengajaran melalui media baru. Sistem pengajaran melalui media baru, membutuhkan pola pengajaran yang dinamis, karena terus mengalami perubahan, seiring mengikuti pertumbuhan media baru yang terus meningkat, namun tidak diiringi dengan kepahaman pendidik untuk memahami kearah mana media baru terus bertumbuh. Oleh karena itu, terjadi pro kontra dalam mengiring wacana pemikiran Islam yang tumbuh pesat, dengan berbagai varian pemikirannya, di bumi Indonesia ini. Sebagaimana kita ketahui, penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, dan tumbuh pula bermacam organisasi Islam dengan berbagai ciri khasnya masing-masing. Ciri khas yang dimiliki organisasi Islam tersebut, juga ditopang dengan sistem pengajaran yang bertujuan untuk mentansfer pengetahuan ke-Islaman berdasarkan ciri khas tersebut. Dengan kehadiran media baru, sistem pengajaran tersebut juga ikut masuk, dengan memanfaatkan media baru sebagai sarana pengajaran, sekaligus memperluas penyebaran wacana pemikiran. Namun karena adanya perbedaan yang menjadi ciri khas dari masingmasing, banyak pro dan kontra yang terjadi dari wacana pemikiran tersebut. Permasalahan muncul, karena sifat media baru yang terbuka dan dapat diakses siapa pun, menjadikan pro dan kontra tersebut, seperti arena perang, di mana ada pihak yang melawan, dan menyerang pemikiran yang berseberangan, sekaligus mempertahakan pemikiran sendiri. Buku ini menulis mengenai perang pemikiran mengenai ide Islam Nusantara. Ide Islam Nusantara merupakan ide yang dilahirkan dari prodi Islam Nusantara di STAINU Jakarta, kemudian menjadi wacana kepada publik, karena diangkat menjadi tema besar Muktamar NU ke-33. Sebelum menjadi tema muktamar, dalam kongres alim ulama NU, ide Islam Nusantara ini sudah muncul, dan mendapat dukungan dari Presiden Jokowi. Selain itu dalam teksteks di web resmi NU, juga memproduksi banyak teks yang menjelaskan Islam Nusantara. Dalam media baru, teks tersebut dibaca banyak masyarakat dan tokoh organisasi Islam lain. Dalam pemikiran mereka, ada penjelasan mengenai Islam Nusantara dalam teks tersebut, bertentangan dengan pemikiran yang menjadi ciri khas mereka. Timbulah reaksi untuk membalas teks tersebut dengan teks lain, yang merupakan ciri khas organisasi Islam masing-masing. Diantara sekian banyak, organisasi Islam di Indonesia, HTI adalah organisasi yang bereaksi kontra terhadap Islam Nusantara dalam web resmi mereka, dan melawannya dalam bentuk teks pula. Atas dasar tersebut, penulis mencoba untuk memberikan gambaran dalam buku ini, bahwa ciri khas dari masing-masing organisasi Islam, memberikan perbedaan terhadap cara pandang dan tindak tutur di media baru. Untuk mendapatkan gambaran tersebut, penulis mengumpulkan data dari web resmi NU dan HTI dalam rentang waktu yang dalam tataran wacana melahirkan perang retorika. Di mana perang retorika itu sebagai dinamika proses perjalanan organisasi Islam di Indonesia, yang ikut mengambarkan cermin dari kebudayaan Indonesia, yang menjunjung kalimat bhineka tunggal ika (berbeda-beda tapi tetap satu jua). Insyaallah. Dini Safitri

Teks dua puluh delapan, membahas retorika Islam Nusantara yang berkaitan
dengan NU. Gagasan Islam Nusantara lahir dari pengumulan akademik elit
intelektual NU, tertutama Prof. Dr. K.H. Said Agil Siraj dan para akademisi
STAINU ...

Islam Nusantara as a Promising Response to Religious Intolerance and Radicalism

The Indonesian government has tried to defeat terrorist groups and uproot radicalism, both through military and cultural-ideological approaches.