Sebanyak 18 item atau buku ditemukan

MEMBANGUN PENDIDIKAN INDONESIA BERKELAS DUNIA

“Buku ini sebagai salah satu referensi bagi dunia pendidikan di Indonesia dalam rangka memajukan dan meningkatkan kualitas layanan, sistem, manajemen dan sumber daya manusia di lingkungan lembaga pendidikan guna menjawab tantangan global di Era Industri 4.0 yang semakin ketat dan dinamis ini.” - Prof. Dr. KH. Said Aqil Husin al Munawwar, Lc, MA (Guru Besar UIN Jakarta) “Integrasi antar bidang ilmu pengetahuan perlu dilakukan sebagai konsekuensi dari tanggung jawab untuk mensejahterakan umat manusia. Seluruh komponen pendidikan harus berbasis integrasi antar ilmu pengetahuan. Buku ini layak dibaca karena akan membantu pembaca untuk memahami bagaimana integrasi antar ilmu itu dilakukan.” - Prof. Dr. Abuddin Nata, MA (Guru Besar UIN Jakarta) “Pendidikan harus berorientasi pada berbagai aspek, baik aspek intelektual, emosional, moral, sosial maupun spiritual. Harmonisasi aspek tersebut dimungkinkan terwujudnya wajah pendidikan yang integral dan mampu menjawab tantangan global. Buku ini sangat cocok untuk bahan renungan bagi kita dalam rangka memperbaiki dan memajukan pendidikan yang lebih baik.” - Prof. Dr. Samsul Nizar, M.Ag (Guru Besar dan Ketua STAIN Bengkalis Riau) “Dalam memperbaiki sistem pendidikan diperlukan berbagai strategi yang tepat; mapan berbasis integratif dan bernuansa holistik untuk membentuk paradigma yang seimbang, moderat, dan berbudaya. Sebagaimana yang telah dikaji dalam buku ini.” Selamat membaca..! - Prof. M. Mas’ud Said, Ph.D (Direktur Pascasarjana Univ. Islam Malang) “Buku ini penting untuk dibaca terutama bagi para pengelola pendidikan di Indonesia.” - Prof. Dr. Zumrotul Mukaffa, M.Ag (Guru Besar UIN Surabaya)

telah dengan sadar dikondisikan sebuah pendidikan karakter melalui pendidikan karakter yag ditranformasikan ke dalam silabus pembelajaran di sekolah (Dalyono & Lestariningsih, 2016). Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) telah masuk dan ...

EKSISTENSI PERGURUAN TINGGI DI ERA SOCIETY 5.0: PERAN DAN TANTANGAN

Buku ini di susun atas keinginan dan kesadaran secara bersama untuk ikut serta menuangkan sedikit gagasan bagi perbaikan dan kemajuan perguruan tinggi indonesia di era yang serba cepat ini yang tidak bisa di pungkiri bahwa kebutuhan - tuntunan masyarakat abad global pun akan lebih bermacam lagi, sehingga apabila tidak di respon secara cepat maka perguruan tinggi akan kehilangan eksitensinta

E-Commerce di Era Industri 4.0 dan Society 5.0. Iqtishaduna Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita Vol.8 No.2, 171-184. Puspita, Yenny dkk. (2020). Selamat Tinggal Revolusi Industri 4.0 Selamat Datang Revolusi Industri 5.0.

TASAWUF DAN COVID-19

Pandemi virus corona (Covid 19) telah “menghantui” masyarakat global, khususnya warga negara Indonesia. Wabah corona ini menjadikan kehidupan masyarakat tergoncang, terombang-ambing, sehingga mereka mengalami kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan dan kepanikan yang luar biasa sampai-sampai “mengalahi” ketakutannya kepada Tuhan. Memang tidak bisa dipungkiri wabah ini sangat cepat menyebar dan efek yang ditimbulkan tidak hanya flu, demam, batuk biasah tapi sampai pada kematian. Mungkin efek “kematian” inilah yang menjadi “momok” masyarakat global. Kepanikan dan ketakutan yang berlebih inilah yang menyebabkan mereka melupakan kekuatan, kekuasaan Allah Swt Zat yang maha segala-galanya. Sehingga, berbagai upaya lahir dilakukan dengan “memborong” berbagai bahan alami (rempah-rempah), masker, dan bahan-bahan yang dianggap mampu menangkal virus ini. Mereka dilupakan oleh situasi dan kondisi, bahwa ada upaya ruhani yang tidak kalah “jitu”nya dengan usaha-usaha lahir tersebut. Upaya ruhani ini sebagai langkah untuk membangun kembali hubungan kedekatan dengan sang Kuasa, memupuk keyakinan yang “mantap” kepada-Nya, bahwa Dia sebaik-baik Penolong, Dia Maha Pengasih, Penyayang, dan Dia tidak akan membiarkan hamba-Nya berada di dalam jurang “kesedihan” selamanya. Untuk itu, melalui ajaran tasawuf, penulis ingin menyampaikan bahwa dalam menghadapi wabah ini diperlukan juga usaha batin yang itu diajarkan dalam ilmu tasawuf untuk mengontrol hati, mensucikan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah Swt, serta menenangkan ruhani agar tidak menjadi “budak” ketakutan makhluk-Nya yang kecil yang tak kasat mata ini (Covid 19).

Pandemi virus corona (Covid 19) telah “menghantui” masyarakat global, khususnya warga negara Indonesia.

Buku Manajemen Tasawuf

Buku ini yang berjudul “Manajemen Tasawuf” bisa diselesaikan dengan baik. Buku ini hadir untuk menjadi solusi bagi kegersangan spiritual, moral, dan sosial umat manusia di abad global. Tasawuf akhir-akhir ini dilirik oleh kebanyakan masyarakat global karena dianggap sebagai jalan alternatif yang tepat dalam mengatasi problematika kehidupan yang oleh dunia sains, kedokteran dan teknologi tidak bisa diselesaikan. Manajemen tasawuf hadir sebagai kepanjangan dari disiplin ilmu tasawuf untuk memberikan edukasi dan petunjuk kepada masyarakat modern tentang bagaimana mengolah hati, pikiran dan jiwa agar senantiasa stabil, tenang, dan selalu terkoneksi kepada Allah swt. Hati dan jiwa yang tidak bisa terkoneksi dengan Allah menunjukkan hati dan jiwa tersebut mati (padam) sehingga petunjuk Allah tidak bisa menembus kepada dirinya. Metode untuk mengaktifkan kembali hati dan jiwa agar konek dengan Allah swt salah satunya adalah dengan menata, mengatur dan mengolah ulang hati dan jiwa tersebut dengan butiran-butiran asma Allah, tafakkur kepada penciptaan dan kekuasaan-Nya serta senantiasa muhasabah, bertaubat kepada-Nya.

Buku ini yang berjudul “Manajemen Tasawuf” bisa diselesaikan dengan baik.

Tasawuf Kontemporer

Masyarakat abad global kebanyakan telah kehilangan visi keilahian, krisis spiritual, intelektual, sosial dan dekadensi moral, akibat pola hidup yang cenderung rasional, hedonis, pragmatis, materialis, sekuler dan individualis yang menjauhi nilai-nilai agama bahkan meninggalkan agama untuk mendewakan dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka beranggapan bahwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memenuhi segala kebutuhannya, dan dunia sebagai tempat untuk melampiaskan segala hasrat dan segala keinginan tak terkontrol. Sehingga lama-kelamaan mereka mengalami kekeringan spiritual, jiwa mereka gersang, rohani mereka layu dan hati mereka mati. Akibatnya, berdampak pada cara pikir (paradigma), moral, sosial mereka yang cenderung menurun. Untuk itu, diperlukan solusi yang konkret untuk mengatasi permasalahan rohaniah tersebut. Di antara solusi yang mengarah kepada aspek rohani dalam ajaran Islam yang paling mendekati adalah tasawuf, melalui siraman ajaran tasawuf ini diharapkan masyarakat abad global ‘kembali’ kepada pengkuan ilahi dengan tetap eksis mengarungi kehidupan dunia. Sehingga akan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat secara seimbang (tawazun). Inilah yang dinamakan dengan “Tasawuf Kontemporer”, yang mengedepankan nilai-nilai keselarasan, sinergitas, integrasi dan keseimbangan antara rohani-jasadi, individu-sosial, dunia-akhirat, syari’at-hakikat, fiqih-tasawuf, vertikal-horizontal dan dzhahir–batin yang dapat mengantarkan manusia hidup secara seimbang, toleran, aktif, solutif, reaktif, optimistis, agamis, humanis dan berbudi luhur.

Masyarakat abad global kebanyakan telah kehilangan visi keilahian, krisis spiritual, intelektual, sosial dan dekadensi moral, akibat pola hidup yang cenderung rasional, hedonis, pragmatis, materialis, sekuler dan individualis yang menjauhi ...

INTERKONEKSI FILSAFAT AGAMA, ILMU KALAM DAN TASAWUF DALAM DUNIA ISLAM

Filsafat agama sebagai alat untuk bagaimana akal ini berperan dalam memahami agama beserta seluk beluknya, ilmu kalam hadir sebagai disiplin keilmuan Islam yang “terinspirasi” oleh ilmu filsafat untuk mengoptimalkan peran akal, rasionalitas dan pikiran untuk mendalami secara totalitas akan masalah-masalah tauhid, aqidah dan keimanan. Antara filsafat agama dan ilmu kalam sepertinya mempunyai hubungan yang signifikan dalam hal penggunaan; pendayagunaan fungsi-peran akal. Rasanya tidak adil jika hanya akal saja yang di “agungkan” diperlukan media; alat lain yang juga merupakan anugerah Allah yakni hati (qalb), keilmuan Islam yang oreintasinya pada hati, rasa dan spiritual ialah ilmu tasawuf. Tasawuf 6 INTERKONEKSI FILSAFAT AGAMA, ILMU KALAM DAN TASAWUF DALAM DUNIA ISLAM dipahami sebagai ilmu yang mendidik ruhani menjadi bersih untuk mengenal; bertemu dengan zat Allah.

Tasawuf 6 INTERKONEKSI FILSAFAT AGAMA, ILMU KALAM DAN TASAWUF DALAM DUNIA ISLAM dipahami sebagai ilmu yang mendidik ruhani menjadi bersih untuk mengenal; bertemu dengan zat Allah.

ISLAM SUFISTIK

MEMBUMIKAN AJARAN TASAWUF YANG HUMANIS, SPIRITUALIS DAN ETIS

Tasawuf sebagai suatu disiplin ilmu yang mengandung banyak hikmah dan uswah serta qudwah yang dicontohkan para kaum sufi sehingga ilmu ini mampu mengantarkan seseorang kepada tingkatan kedekatan kepada Allah Swt. Berbagai macam amaliah dan ajaran yang telah disusun-dipraktikkan kaum sufi dalam dunia tasawuf memberikan sebuah jalan bagi manusia untuk bisa meraih kedekatan sepenuhnya dengan Allah, untuk bisa mensucikan jiwanya, sehingga bisa meraih kebahagiaan sejati, kedamaian dan ketenangan yang kontinu. Akhirnya, menjadi manusia yang senantiasa berada di bawah ketataan dan kepatuhan kepada-Nya. Ketaatan dan kepatuhan inilah yang nantinya bisa ‘menggiring’ umat Islam kepada jalan yang lurus, sikap moderat, kebijaksanaan, mencintai kedamaian, keharmonisan dan perdamaian serta kepekaan sosial yang tinggi. Islam sufistik ingin menorehkan sebuah paradigma yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, moraliras di samping nilai spiritualitas. Tiga nilai inilah yang ingin disebarkan, disosialisasikan dan diaktualisasikan ke dalam kehidupan masyarakat khususnya umat Islam, agar menjadi umat yang wasathiyah, tasamuh, tawazun, i’tidal, ta’awun di samping istiqamah dalam berzikir, beribadah dan bermunajah. Islam sufistik juga ingin menghapus “kesan” negatif terhadap dunia sufi yang “dituduh” anti terhadap aspek sosial, fokus pada aspek ruhani semata dan sejenisnya. Melalui gagasan Islam sufistik inilah wajah tasawuf akan dikembalikan dan dikuatkan bahwa dalam tasawuf tidak hanya mengajarkan pada satu aspek saja, melainkan mensinergikan-mengintegrasikan satu aspek kepada aspek lain dalam menuju Zat yang Maha Satu. Untuk itu, buku ini hadir dalam rangka membumikan ajaran-ajaran tasawuf yang humanis, spiritualis dan etis di tengah-tengah masyarakat post modern abad 21 M ini dengan wajah Islam sufistik.

Islam sufistik ingin menorehkan sebuah paradigma yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, moraliras di samping nilai spiritualitas.

TASAWUF SEBAGAI REVOLUSI SPIRITUAL DI ABAD GLOBAL

Tasawuf sebagai suatu disiplin ilmu yang mengandung banyak hikmah dan uswah serta qudwah yang dicontohkan para kaum sufi sehingga ilmu ini mampu mengantarkan seseorang kepada tingkatan kedekatan kepada Allah swt. Berbagai macam amaliah dan ajaran yang telah disusun-dipraktikkan kaum sufi dalam dunia tasawuf memberikan sebuah jalan bagi manusia untuk bisa meraih kedekatan sepenuhnya dengan Allah, untuk bisa mensucikan jiwanya, sehingga bisa meraih kebahagiaan sejati, kedamaian dan ketenangan yang kontinu. Akhirnya, menjadi manusia yang senantiasa berada di bawah ketataan dan kepatuhan kepada-Nya. Ini menjadi indikator bahwa tasawuf layak menyandang gelar sebagai ‘Revolusi Spiritual’ bagi manusia modern yang telah kehilangan ruh spiritualnya, mengalami krisis moral dan sosial yang membuatnya cenderung melakukan banyak penyimpangan. Untuk itu, penulis menyuguhkan sebuah karya agar bisa dijadikan masyarakat abad global sebagai referensi dalam menyelesaikan problematika kehidupannya, yang itu tidak bisa dipecahkan dengan akal, teknologi, dan sains. Oleh karenanya buku ini: “Tasawuf Sebagai Revolusi Spiritual di Abad Global”, dapat dijadikan referensi bagi para mahasiswa, kaum milenial, dan masyarakat post modern pada umumnya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah sebagai langkah memupuk keimanan dan ketakwaan. Bila ini senantiasa dipupuk maka ruh spiritual tidak akan kering, dan manusia sebagai seorang hamba tidak akan jauh dengan sang Penciptanya. Cara memupuk keimanan dan ketakwaan inilah yang penulis ulas dalam bingkai tasawuf, untuk mengenalkan bahwa dunia tasawuf mampu menjadi garda terdepan dalam meningkatkan dan menghidupan ruh spiritual seorang Muslim.. Akhirnya, mengantarkan manusia menjadi manusia yang utuh secara spiritual, moral dan sosial. Selamat membaca.

Tasawuf sebagai suatu disiplin ilmu yang mengandung banyak hikmah dan uswah serta qudwah yang dicontohkan para kaum sufi sehingga ilmu ini mampu mengantarkan seseorang kepada tingkatan kedekatan kepada Allah swt.

PENDIDIKAN TASAWUF

Sebuah Kerangka Proses Pembelajaran Sufistik Ideal Di Era Milenial

Tasawuf hadir dalam wajah baru ‘hasil’ integrasi dengan ilmu pendidikan. Maksudnya, kerangkanya bernuansa seperti kerangka pendidikan pada umumnya yang berisi tentang konsep dasar, proses pembelajaran, model, metode, strategi, media, materi, evaluasi, tahapan dan capaian dan lain sebagainya. Namun, substansinya berisi tentang ajaran dan nilai-nilai tasawuf yang kemudian ditutup dengan kerangka lembaga pendidikan tasawuf yang dikenal dengan istilah tarekat. Kolaborasi antara ilmu tasawuf dan ilmu pendidikan inilah yang melahirkan istilah pendidikan tasawuf yang dijadikan sebagai sebuah kerangka pembelajaran sufistik. Pendidikan tasawuf ini merepresentasikan sebuah proses pembelajaran berbau sufistik yang ideal bagi para salik khususnya, dan masyarakat modern pada umumnya. Artinya, ketika seseorang ingin mendalami pemahamannya tentang sufi, ingin meniti jalan spiritual agar bisa ‘wushul’ dengan Allah, selain memperbaiki budi dan mensucikan hati, maka mau tidak mau harus melalui proses dan prosedur yang benar. Untuk itulah, dalam buku ini disusun proses dan prosedur tersebut secara sistematis sehingga dapat memudahkan seseorang untuk bertaqarrub kepada Allah swt.

Pendidikan tasawuf ini merepresentasikan sebuah proses pembelajaran berbau sufistik yang ideal bagi para salik khususnya, dan masyarakat modern pada umumnya.

Politik Kenegaraan dan Hukum Kemanusiaan

Rezim Orde Baru (Orba) merupakan pemerintahan yang meninggalkan traumatik dalam sejarah bernegara Indonesia. Arbi Sanit menulis, selama masa Orba, rezim dibangun dalam bentuk negara patrimonial-birokratik-otoriterisme dengan pemusatan kekuasaan berlapis (dari rakyar ke negara, dari kekuatan-kekuatan masyarakat ke militer, birokrasi sipil dan teknokrat, dari yudikatif dan legislatif ke eksekutif dan berujung pada presiden), elit penguasa tersaring secara ketat, terpimpin secara pribadi oleh presiden, melakukan berbagai mobilisasi politik dan kooptasi kekuasan masyarakat sebagai pembentuk legitimasi rakyat terhadap penguasa politik.1 Singkat kata, demokrasi terkesampingkan. Partisipasi publik semu. Hukum menjadi alat legitimasi kekuasaan politik. Semua diabdikan agar mencapai stabilitas politik yang dibutuhkan bagi prakondisi pembangunan, pemerintahan bekerja efektif dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akhirnya, meski pertumbuhan ekonomi tercapai namun bangunannya rapuh karena ditebus oleh minimnya partisipasi, represi serta kesenjangan ekonomi yang menguat.2 Kondisi kelam ini, yang kemudian didek

Rezim Orde Baru (Orba) merupakan pemerintahan yang meninggalkan traumatik dalam sejarah bernegara Indonesia.