Sebanyak 595 item atau buku ditemukan

Metro Tempo Dulu

Sejarah Metro era Kolonisasi 1935-1942

Buku Metro Tempo Dulu: Sejarah Metro Era Kolonisasi 1932-1942 ini disusun sebagai upaya eksplanasi sejarah Metro pada periode awal sampai pertengahan abad XX. Metro lahir sebagai dampak pelaksanaan politik etis dan pengaruh kapitalisme modern yang berkembang pada awal abad ke-20. Selain itu secara praktis, buku ini disusun untuk memperkaya literatur mengenai Metro tempo dulu yang oleh banyak pihak dirasa masih terbatas jumlahnya. Buku ini membahas mengenai latar belakang kolonisasi, kebijakan kolonisasi di daerah Lampung, sistem-sistem kolonisasi, perluasan kolonisasi dan sejarah terbentuknya Metro, kehidupan sosial kolonis Jawa di Metro, sistem pemerintahan masa kolonisasi di Metro, aspek keagamaan di Metro tahun 1935-1942. Pada bab akhir menampilkan foto-foto yang ada kaitannya dengan dinamika perkembangan Metro sebagai wilayah penempatan para kolonis dari Jawa.

Buku Metro Tempo Dulu: Sejarah Metro Era Kolonisasi 1932-1942 ini disusun sebagai upaya eksplanasi sejarah Metro pada periode awal sampai pertengahan abad XX. Metro lahir sebagai dampak pelaksanaan politik etis dan pengaruh kapitalisme ...

Laporan hasil

pengembangan dan penyepurnaan kurikulum latihan teknis fungsional bagi tenaga BKKBN pusat dan propinsi tanggal 11 s.d. 24 Mei 1987

MERDEKA BELAJAR

Dalam Mencapai Indonesia Maju 2045

Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Visi Indonesia bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki tugas untuk mewujudkan visi dan misi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (periode ke-II tahun 2019-2024) dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadim Anwar Makarim sebagai nahkoda Kemendikbud telah mengeluarkan dan menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan nasional yaitu “Merdeka Belajar”. Program tersebut meliputi (1) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) diselenggarakan di Sekolah dengan bentuk tes untuk uji kompetensi dan portofolio, (2) Ujian Nasional (UN) diubah menjadi Asessment Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, tes diselenggarakan untuk kelas 4, 8, dan kelas 11, (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang hanya terdiri dari komponen inti yaitu (a) Tujuan Pembelajaran; (b) Kegiatan pembelajaran; dan (c) Asessment, dan kebijakan yang ke (4) terkait Peraturan Penerimaaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi Kemendikbud tetap menggunakan Sistem Zonasi dengan adaptasi yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kulitas diberbagai daerah. Daerah diberikan kewenangan dalam menentukan proporsi dan menetapkan wilayah zonasi. Adapun komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, jalur perpindahan maksimal 5 persen, selebihnya jalur prestasi 0-30 persen. Mendikbud Nadim Makarim berharap pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama dalam mengimplementasikan empat program kebijakan pendidikan nasional melalui pemerataan akses dan kualitas pendidikan. Problemnya bagaimana Merdeka Belajar diterjemahkan dalam proses belajar mengajar? Ini belum ada semacam koridor baku yang merdeka. Kemudian jika praktik Merdeka Belajar dalam proses belajar mengajar tersebut memerlukan kualifikasi tertentu yang harus dimiliki guru, lalu guru seperti apa yang diharapkan mampu menerjemahkan Merdeka Belajar? Untuk menghadirkan guru yang berkualitas agar mampu menghadirkan Merdeka Belajar dan mampu menyiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan yang penuh ketidakpastian itu seperti apa? Di sisi lain kita semua menyadari bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang begitu luas dan sangat bervariasi dari sisi keberadaan guru, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga sangat sulit kita untuk menerapkan 8 standar nasional pendidikan yang seharusnya dicapai oleh semua jenjang dan satuan pendidikan di semua provinsi dan kabupaten kota. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap universitas yang menyiapkan guru-guru masa depan? Model Pendidikan untuk guru yang mampu menghadapi masa depan dengan konsep merdeka belajar itu seperti apa?

Problemnya bagaimana Merdeka Belajar diterjemahkan dalam proses belajar mengajar? Ini belum ada semacam koridor baku yang merdeka.

Daya Seni

Bunga Rampai 25 Tahun Prodi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM

Tidak hanya ditujukan sebagai wujud perayaan 25 tahun (1991-2016) berdirinya Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (PSPSR), Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, inisiatif atas pembuatan buku ini dimaksudkan untuk menstimulasi serta mengembangkan wacana daya seni pada lingkup pembaca yang lebih luas. Buku ini, secara eksplisit dapat menyingkap ketertautan dan keberlindanan seni dengan aspek lain yang telah lebur, dan secara implisit dapat memberikan logika yang taktis dalam membaca, menyikapi, atau menerapkan atas konstelasi seni yang terus berkembang kini. Dengan logika tersebut, pandangan yang kerap kali memosisikan seni hanya sebagai aspek pendukung dari aspek lain, seperti: politik, ekonomi, sosial, hukum, teknik, dan sebagainya, dapat berubah dengan melibatkan kesadaran dan pemahaman atasnya. Buku bunga rampai ini ditulis dari beberapa dosen yang mengajar di prodi PSPSR serta beberapa dosen yang turut membimbing dan menguji tugas akhir, di antaranya adalah: Prof. Dr. R.M. Soedarsono, Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc., Prof. Drs. SP. Gustami, S.U., Prof. M. Dwi Marianto, MFA, Ph.D., Prof. Dr. Victor Ganap, M.Ed., Prof. Dr. Soetarno, DEA., Dr. Rr. Paramtiha Dyah F., M.Hum., Dr. Phil. Vissia Ita Yulianto, Dr. Wiwik Sushartami, M.A., Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A., dan Dr. Kris Budiman. Selain itu, buku daya seni ini turut mengakomodasi beberapa pembicara di seminar The Power of Art yang dihelat setahun silam, yakni: Prof. Dr. Bambang Sugiharto, Prof. Dr. Friedrich von Borries, dan Dr. Paul Rae. Alhasil bertolak dari empatbelas penulis tersebut, pewacanaan akan daya seni dapat mulai tercipta.

Perbedaan vokalisasi yang berasal dari tradisi baca-tulis musik dan tradisi lisan juga menandai perbedaan vokalisasi dalam melantunkan ornamentasi melisma.

Membangun pusat keunggulan studi Islam

sejarah dan profil pimpinan IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1957-2002

Program studi untuk ilmu - ilmu umum seperti teknik informatika , agribisnis , dan ekonomi ( manajemen dan akuntansi ) ... dan penelitiannya pada kebutuhan pasar global , ekonomi Islam , sistem dan manajemen unggulan , dan seterusnya .