Sebanyak 97 item atau buku ditemukan

Masjid Ramah Difabel

Dari Fikih ke Praktik Aksesibilitas

Buku ini ditulis melalui proses yang panjang, bersumber dari pengalaman tinggal negara lain, lalu pengalaman itu menginspirasi riset pada tahun 2013 di Yogyakarta, dan dilanjutkan riset sejenis pada tahun 2018 di Arab Saudi. Awalnya, sebagai produk riset, buku ini lebih bersifat argumentatif deskriptif. Tetapi kemudian, ketika akhirnya saya tulis kembali dalam bentuk buku, saya juga memilih pendekatan advokasi: menulis untuk mendorong perubahan. Mengingat bahwa saya tidak hanya ingin mendorong perubahan, buku ini juga berfungsi sebagai ‘pedoman’ bagi siapa saja yang telah terdorong untuk mengubah masjidnya. Dengan demikian, tidak berlebihan jika saya menyebut buku ini memiliki banyak dimensi dan misi terkait masjid aksesibel atau masjid yang ramah bagi difabel.

Dengan demikian, tidak berlebihan jika saya menyebut buku ini memiliki banyak dimensi dan misi terkait masjid aksesibel atau masjid yang ramah bagi difabel.

FIQH MINORITAS ; Fiqh Al-Aqalliyyât dan Evolusi Maqâshid al-Syarî‘ah dari Konsep ke Pendekatan

Buku ini ingin menjabarkan bahwa FIQH MINORITAS (fiqh al-aqalliyât) sebenarnya bukanlah suatu bentuk fiqh yang seratus persen baru dan terpisah dari fiqh tradisional. Fiqh minoritas hanyalah salah satu cabang dari disiplin ilmu fiqh yang luas dalam Islam (fiqh makro). Ia merujuk pada sumber yang sama, yaitu al-Qur'ân, sunnah, ijmâ', dan qiyâs. Ia juga menggunakan metodologi ushûl fiqh yang sama dengan fiqh lainnya. Karena itulah, fiqh minoritas ini tidak perlu ditakuti atau dicurigai. Kalau dalam fiqh pada umumnya, produk hukum didasarkan pada hujjiyah al-nash (otoritas nash), maka produk hukum dalam fiqh al-aqalliyât didasarkan pada hujjiyah al-maqâshid (kekuatan nilai-nilai tujuan syara'), yaitu untuk mendapatkan kemaslahatan dan menghilangkan kemadharatan.

Buku ini ingin menjabarkan bahwa FIQH MINORITAS (fiqh al-aqalliyât) sebenarnya bukanlah suatu bentuk fiqh yang seratus persen baru dan terpisah dari fiqh tradisional.

Disiplin Tubuh ; Bengkel Individu Modern

Memamah berita hari ini tubuh kita remuk redam oleh jiwa meradang penuh sudah lambung kita oleh kitab dan sejarah sebagai ganja kita hidup dalam ruang para penjarah hingga tak ada sisa juga jiwa dan kematian pun tak ada ("Tubuh Kita Remuk", dalam Mathori A. Elwa, Yang Maha Syahwat, LKiS, 1997)

korektifnya, penjara mengenakan praktek kerja bagi narapidana. Kerja yang penuh alternatif, makanan yang bervariasi, istirahat teratur, dan segala bentuk keteraturan yang lain membawa narapidana —yang ketika masuk penjara dikuasai oleh ...

Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam Vol. 4

Wacana keislaman hingga saat ini boleh dikatakan masih berkutat pada persoalan bagaimana Islam harus dipandang setelah agama tersebut berjalan lebih dari lima belas abad lamanya semenjak ia dilahirkan, dan sekarang ia sedang dihadapkan pada prestasi “pihak lain” dengan berbagai ke- ajaiban modernitasnya. Pandangan terhadap hal tersebut sangatlah penting, terutama di era belakangan ini. Sebagai sebuah komunitas, umat Islam memiliki keyakinan bahwa mereka adalah umat terbaik (khair al-ummah). Akan tetapi, pada saat yang sama mereka sedang berada dalam posisi “tidak ber- daya” menghadapi apa saja yang diluncurkan dari pihak lain yang oleh sebagian besar di antara mereka dianggap sebagai “musuh” yang tidak boleh didekati, dah bahkan justru harus diperangi dan dimusnahkan.

Buku ini adalah seri terakhir dari 4 jilid buku dari Adonis yang diterjemahkan oleh penerbit. dalam kajiannya yang terakhir ini Adonis menutup penelitiannya terkait interpretasi masyarakat Arab Islam.

Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-Islam, Vol 3 (SC)

Buku seri ke-3 ini memaparkan tentang modernitas yang muncul saat ini merupakan problem mendasar yang dihadapi masyarakat Arab-Islam. Ia merupakan perpanjangan dari apa yang disebut sebagai tahawwul (perubahan), dan perubahan muncul dari asumsi adanya kekurangan atau tidak adanya pengetahuan di masa lampau sehingga untuk menghadapinya diperlukan kreativitas terus-menerus. Sementara itu, salafiyah-konservatif yang merupakan perpanjangan dari apa yang disebut sebagai tsabât (kemapanan) berasumsi bahwa pengetahuan melalui teks dan naql adalah paripurna sehingga kemodernan tidak memiliki makna pentingnya ketika berhadapan dengan suatu bahasa yang telah mewujudkan kreativitas pari­purna­nya yang tidak mungkin dilampaui. Inilah dua konsep yang saling menegasikan antara satu dengan yang lainnya.

Buku seri ke-3 ini memaparkan tentang modernitas yang muncul saat ini merupakan problem mendasar yang dihadapi masyarakat Arab-Islam.

Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam

Hingga kini, wacana keislaman boleh dikatakan masih berkutat pada bagaimana Islam harus dipandang setelah agama tersebut berjalan lebih dari lima belas abad lama- nya semenjak ia dilahirkan, dan sedang dihadapkan dengan prestasi “pihak lain” dengan berbagai keajaiban modernitasnya. Pandangan terhadap hal tersebut sangatlah penting, terutama di era-era belakang- an ini. Sebagai sebuah komunitas, umat Islam memiliki keyakinan bahwa mereka adalah umat terbaik (khair al-ummah). Akan tetapi, pada saat yang sama mereka sedang berada dalam posisi “tidak berdaya” menghadapi apa saja yang diluncurkan dari pihak lain yang oleh sebagian besar di antara mereka dianggap sebagai “musuh” yang tidak boleh didekati, dah bahkan justru harus diperangi dan disingkir- kan. Mengambil begitu saja apa yang datang dari mereka akan ber- akibat lenyapnya jati diri yang sudah mengakar. Akan tetapi, tetap mempertahankan diri dengan bersikap eksklusif juga akan berakibat pada munculnya proses alienasi diri dari kehidupan. Jika demikian masalahnya, lantas bagimana umat Islam harus bersikap terhadap teks dasar keagamaan Islam (Al-Qur’an dan Hadits) dan juga terhadap tradisi Islam, serta bagimana juga umat Islam harus mengambil posisi dalam kancah pertarungan ideologi, politik, pemikiran, dan kebudaya- an modern saat ini? Jika kita harus merujuk pada masa silam Islam, viii Adonis Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam Vol.1 pertanyaannya: Islam mana yang mungkin dapat dirujuk kembali dalam menghadapi situasi seperti itu dan juga bagaimana menarik ulang Islam tersebut ke pentas kehidupan modern? Dalam kaitan ini, paling tidak ada tiga alternatif yang mungkin bisa dipilih dan dijadikan acuan, dan dari salah satu dari ketiganya atau bahkan dari ketiga-tiganya bisa kita terapkan dan hadirkan kembali dalam kehidupan modern sekalipun hal itu juga tidaklah mudah. Ketiga acuan tersebut adalah: pertama, merujuk pada teks dasar Islam, yaitu Al-Qur’an. Kedua, merujuk pada seluruh tradisi yang muncul pada era kenabian sebagai bentuk aplikasi dari yang pertama. Dan, ketiga, merujuk pada keseluruhan produk dari interaksi tripartit antara umat Islam, teks-teks keagamaan (Al-Qur’an, al-hadis, dan riwayat-riwayat sahabat), dan situasi yang melingkupi mereka sepanjang sejarah. Meskipun demikian, menarik kembali apa yang mungkin disebut dengan “islam” ke dalam pentas kehidupan modern tentu tidak dapat dilakukan begitu saja dengan menghadirkan ulang secara apa adanya acuan tersebut. Hal itu karena pada saat kemunculannya, teks dasar Islam melakukan interaksi dengan ruang dan waktu sebelum ke- mudian membentuk tradisi. Artinya, ia sendiri sudah tidak lagi “polos” atau “telanjang”, dan tradisi bentukan teks dasar tersebut muncul dalam kondisi tertentu. Ia unik dan terbatas. Kalau saja tradisi pertama muncul secara demikian maka tradisi-tradisi berikutnya terbentuk dalam situasi yang lebih kompleks. Oleh karena begitu rumitnya persoalan tersebut maka sangat wajar jika umat Islam pada umumnya dan masya- rakat muslim Arab pada khususnya sering mengalami kegamangan di dalam mengambil sikap terhadap kekayaan tradisi yang mereka miliki pada satu sisi, dan juga terhadap munculnya modernitas yang merambah dunia Arab-Islam di sisi yang lain.

Setelah itu, Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dan ternyata ia membiarkan sungai itu seperti apa adanya. ... melakukan hal itu, Umar bin Abd al-Azizi memerintahkan untuk menghapuskan tekanan politik dan sekaligus tekanan ekonomi.

Mendamaikan sejarah

analisis wacana pencabutan TAP MPRS/XXV/1966

Controversy of involvement of the Indonesian Communist Party in 1965 coup.

Hal ini juga dialami pada peradaban Islam . Era kejayaan peradaban Islam pada abad ke - 7 sampai dengan Masehi juga diwarnai oleh lahirnya kaum intelegensia muslim , yang tidak saja melahirkan pemikiran - pemikiran besar dalam dunia ...

STUDI FILSAFAT 1

Pembacaan Atas Tradisi Islam Kontemporer

Dalam hal ini, masuklah etika, sosial, politik dan sejarah. ... dan telanjang sedangkan problematika kita berada di dalam komunikasi-komunikasi, perumahan, ...

Kiai mengaji santri acungkan jari

refleksi kritis atas tradisi dan pemikiran pesantren

Criticism on the thoughts of Islamic scholars in Islamic religious training center in Indonesia.

Criticism on the thoughts of Islamic scholars in Islamic religious training center in Indonesia.

Aksesibilitas Penyandang Disabilitas terhadap Perguruan Tinggi ; Studi Kasus di Empat Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta

Kemudahan untuk mengenyam pendidikan tinggi banyak mengalami hambatan.2 ... berdasarkan naskah kesepakatan peserta workshop yang diselenggarakan oleh ...