Sebanyak 6 item atau buku ditemukan

Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam Vol. 4

Wacana keislaman hingga saat ini boleh dikatakan masih berkutat pada persoalan bagaimana Islam harus dipandang setelah agama tersebut berjalan lebih dari lima belas abad lamanya semenjak ia dilahirkan, dan sekarang ia sedang dihadapkan pada prestasi “pihak lain” dengan berbagai ke- ajaiban modernitasnya. Pandangan terhadap hal tersebut sangatlah penting, terutama di era belakangan ini. Sebagai sebuah komunitas, umat Islam memiliki keyakinan bahwa mereka adalah umat terbaik (khair al-ummah). Akan tetapi, pada saat yang sama mereka sedang berada dalam posisi “tidak ber- daya” menghadapi apa saja yang diluncurkan dari pihak lain yang oleh sebagian besar di antara mereka dianggap sebagai “musuh” yang tidak boleh didekati, dah bahkan justru harus diperangi dan dimusnahkan.

Buku ini adalah seri terakhir dari 4 jilid buku dari Adonis yang diterjemahkan oleh penerbit. dalam kajiannya yang terakhir ini Adonis menutup penelitiannya terkait interpretasi masyarakat Arab Islam.

Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-Islam, Vol 3 (SC)

Buku seri ke-3 ini memaparkan tentang modernitas yang muncul saat ini merupakan problem mendasar yang dihadapi masyarakat Arab-Islam. Ia merupakan perpanjangan dari apa yang disebut sebagai tahawwul (perubahan), dan perubahan muncul dari asumsi adanya kekurangan atau tidak adanya pengetahuan di masa lampau sehingga untuk menghadapinya diperlukan kreativitas terus-menerus. Sementara itu, salafiyah-konservatif yang merupakan perpanjangan dari apa yang disebut sebagai tsabât (kemapanan) berasumsi bahwa pengetahuan melalui teks dan naql adalah paripurna sehingga kemodernan tidak memiliki makna pentingnya ketika berhadapan dengan suatu bahasa yang telah mewujudkan kreativitas pari­purna­nya yang tidak mungkin dilampaui. Inilah dua konsep yang saling menegasikan antara satu dengan yang lainnya.

Buku seri ke-3 ini memaparkan tentang modernitas yang muncul saat ini merupakan problem mendasar yang dihadapi masyarakat Arab-Islam.

Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam

Hingga kini, wacana keislaman boleh dikatakan masih berkutat pada bagaimana Islam harus dipandang setelah agama tersebut berjalan lebih dari lima belas abad lama- nya semenjak ia dilahirkan, dan sedang dihadapkan dengan prestasi “pihak lain” dengan berbagai keajaiban modernitasnya. Pandangan terhadap hal tersebut sangatlah penting, terutama di era-era belakang- an ini. Sebagai sebuah komunitas, umat Islam memiliki keyakinan bahwa mereka adalah umat terbaik (khair al-ummah). Akan tetapi, pada saat yang sama mereka sedang berada dalam posisi “tidak berdaya” menghadapi apa saja yang diluncurkan dari pihak lain yang oleh sebagian besar di antara mereka dianggap sebagai “musuh” yang tidak boleh didekati, dah bahkan justru harus diperangi dan disingkir- kan. Mengambil begitu saja apa yang datang dari mereka akan ber- akibat lenyapnya jati diri yang sudah mengakar. Akan tetapi, tetap mempertahankan diri dengan bersikap eksklusif juga akan berakibat pada munculnya proses alienasi diri dari kehidupan. Jika demikian masalahnya, lantas bagimana umat Islam harus bersikap terhadap teks dasar keagamaan Islam (Al-Qur’an dan Hadits) dan juga terhadap tradisi Islam, serta bagimana juga umat Islam harus mengambil posisi dalam kancah pertarungan ideologi, politik, pemikiran, dan kebudaya- an modern saat ini? Jika kita harus merujuk pada masa silam Islam, viii Adonis Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam Vol.1 pertanyaannya: Islam mana yang mungkin dapat dirujuk kembali dalam menghadapi situasi seperti itu dan juga bagaimana menarik ulang Islam tersebut ke pentas kehidupan modern? Dalam kaitan ini, paling tidak ada tiga alternatif yang mungkin bisa dipilih dan dijadikan acuan, dan dari salah satu dari ketiganya atau bahkan dari ketiga-tiganya bisa kita terapkan dan hadirkan kembali dalam kehidupan modern sekalipun hal itu juga tidaklah mudah. Ketiga acuan tersebut adalah: pertama, merujuk pada teks dasar Islam, yaitu Al-Qur’an. Kedua, merujuk pada seluruh tradisi yang muncul pada era kenabian sebagai bentuk aplikasi dari yang pertama. Dan, ketiga, merujuk pada keseluruhan produk dari interaksi tripartit antara umat Islam, teks-teks keagamaan (Al-Qur’an, al-hadis, dan riwayat-riwayat sahabat), dan situasi yang melingkupi mereka sepanjang sejarah. Meskipun demikian, menarik kembali apa yang mungkin disebut dengan “islam” ke dalam pentas kehidupan modern tentu tidak dapat dilakukan begitu saja dengan menghadirkan ulang secara apa adanya acuan tersebut. Hal itu karena pada saat kemunculannya, teks dasar Islam melakukan interaksi dengan ruang dan waktu sebelum ke- mudian membentuk tradisi. Artinya, ia sendiri sudah tidak lagi “polos” atau “telanjang”, dan tradisi bentukan teks dasar tersebut muncul dalam kondisi tertentu. Ia unik dan terbatas. Kalau saja tradisi pertama muncul secara demikian maka tradisi-tradisi berikutnya terbentuk dalam situasi yang lebih kompleks. Oleh karena begitu rumitnya persoalan tersebut maka sangat wajar jika umat Islam pada umumnya dan masya- rakat muslim Arab pada khususnya sering mengalami kegamangan di dalam mengambil sikap terhadap kekayaan tradisi yang mereka miliki pada satu sisi, dan juga terhadap munculnya modernitas yang merambah dunia Arab-Islam di sisi yang lain.

Setelah itu, Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dan ternyata ia membiarkan sungai itu seperti apa adanya. ... melakukan hal itu, Umar bin Abd al-Azizi memerintahkan untuk menghapuskan tekanan politik dan sekaligus tekanan ekonomi.

Dampak Perkawinan CampuraTerhadap Tatakrama Daerah Studi Kasus Pada Komuniti Perkotaan di Yogyakarta

Buku ini berisi laporan penelitian tentang pernikahan campuran antara suku jawa dan batak. Laporan ini pada dasarnya membahas masalah pandangan dan sikap satu sukubangsa, dalam buku ini yang dibahas adalah antara Jawa dengan Batak. Penelitiannya dilakukan di kota YogyaKarta dengan mengambil unit analisa mengenai perkawinan campuran (perkawinan antaretnik). Karena penelitian ini bersifat kasus maka sampel yang diambil adalah sebuah keluarga yang melakukan perkawinan campuran, dalam hal ini adalah perkawinan antara etnik Jawa dan etnik Batak. Keluarga perkawinan campuran ini kami jadikan sebagai informan kunci (key informan) di samping keluarga perkawinan campuran lainnya yang kami wawancarai secara sambil lalu.

Pencetakan naskah yang berjudul Dampak Perkawinan Campuran Terhadap Tatakrama ... Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Perguruan Tinggi.

Pemanfaatan sumber daya alam dan pemenuhan kebutuhan pangan pada masyarakat Kampung Dukuh, Jawa Barat

Traditional farming and food supply in Dukuh village, Kabupaten Garut, Jawa Barat Province.

Tidak boleh melanggar syara / syariat atau hukum Islam . Tabu yang berkaitan
dengan mendirikan rumah atau bangunan antara lain : 1 . Tidak boleh membuat
rumah , membuat saung ( dangau ) di kebun atau di sawah , dan membuat pagar
 ...

Pengantar Puitika Arab

Puisi termasuk intisari dari kultur Bangsa Arab. Dalam buku ini, Adonis, salah satu penyair terkemuka di dunia, menafsirkan kembali warisan yang kaya dan kuno itu. Dia meneliti tradisi lisan puisi Arab pra-Islam, serta hubungan antara puisi Arab dan Alquran, lebih luas lagi, antara puisi dan pemikiran. Dia juga menilai tantangan modernisme dan dampak budaya Barat pada tradisi perpuisian Arab. Adonis, lewat buku ini, telah membuka ruang perspektif baru terhadap salah satu sastra terbesar di dunia. *** Pengantar Saya pertama kali tertarik pada aspek-aspek teoretis menulis puisi pada tahun 1950an, dekade yang menyaksikan pendirian berkala Syi’r pada tahun 1957 di Beirut. Dengan segera menjadi jelas bagi saya bahwa pandangan kritis yang berlaku, khususnya di kampus-kampus dan lembaga-lembaga pendidikan yang lain di dunia Arab, merupakan hasil dari pandangan kaum fungsionalis tentang puisi. Sebagai hasilnya, puisi memiliki hubungan semi-organik dengan lembaga itu berikut nilai-nilai keagamaan dan sosialnya. Ini merupakan pendekatan yang membahas puisi—berdasarkan sifatnya, berkaitan dengan puncak kedalaman hal-ihwal—dari luar, terkecuali dalam hal bahwa secara paradoksal pendekatan ini menaruh perhatian lebih terhadap konten sajak daripada terhadap cara ekspresinya; sebagai tambahan, pendekatan ini memenjarakan puisi Arab dalam kerangka yang memiliki kekakuan yang berlebihan, sampai-sampai ia tampak tak memiliki hubungan apa pun yang serupa dengan puisi lainnya. Adonis

Adonis