Sebanyak 2258 item atau buku ditemukan

Metode Dakwah Nabi Muhammad Terhadap Makhluk Jin: Bukti Nyata Kerasulan Nabi Muhamad kepada golongan Jin

Mengidolakan Nabi Muhammad adalah wajar bahkan terpuji, karena Allah sendiri memujinya dengan sebutan hamba dan rasul yang memiliki akhlak yang agung, Disisi lain, karena Nabi Muhammad adalah sebagai penyebab Allah menurunkan rahmatnya untuk seluruh alam, Rahmat Allah itu tidak hanya dirasakan oleh ummatnya tetapi dirasakan oleh ummat ummat lain, yaitu seluruh manausia. Bahkan rahmat itu juga dinikmati dan di rasakan oleh golong Jin, karena nabi Muhammadlah, Jin dapat menjadi bagian dari pengikut atau ummatnya yang mendapat risalah dan dakwah dari nabi Muhammad saw. Penciptaan yang berbeda antara nabi Muhammad sebagai manusia (yang merupakan makhulq kasar) dan Jin sebagai makhluq tidak kasap mata, membuat kita bertanya bagaimanakah nabi menyampaikan dakwahnya kepada golongan Jin. Buku yang sedang saudara baca sekarang, menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut bagaiman dakwah nabi kepada makhluq jin, dijawab melalui firman firman Allah yang pasti dan tidak diragukan, fakta fakta tersebut semakin membuktikan tentang kerasulan nabi Muhammad kepada makhluq jin yang mungkin selama ini diragukan. Tulisan ini juga bermaksud untuk mengumandangkan bagaimana mulianya nabi kita Muhammad saw, jin diluar makhluk manusia saja mengimani dan memujinya, inikah pula yang sama sama dari makhluq yang bernama manusia, mari kita sama sama mengidolakan nabi kita dan mengikuti Sunnah sunnahnya. Semoga menjadi suatu jalan keselamatan bagi kita semua. Terima kasih dan selamat membaca.

Mengidolakan Nabi Muhammad adalah wajar bahkan terpuji, karena Allah sendiri memujinya dengan sebutan hamba dan rasul yang memiliki akhlak yang agung, Disisi lain, karena Nabi Muhammad adalah sebagai penyebab Allah menurunkan rahmatnya ...

42 HADITS METODE DAKWAH NABI

Hadits dan Penjelasan

Bagaimana cara berdakwah adalah bentuk keteladanan yang harus ditapaki oleh seorang penyeru. Sebelum ia mengharap kebaikan lebih dari hasil seruannya. Maka, pertama kali ia harus memperbaiki bagaiama ia menyeru. Buku ini diharapkan sedikit memberi gambaran dan faidah kepada pembaca tentang etika Rasulullah dalam berdakwah. Pengambilan hadits-hadits, penulis batasi hanya hadits yang telah disepakati keshahihannya. Hal ini untuk berhati-hati dari berdusta mengatasnamakan Rasulullah ﷺ. Juga, memberikan ketenangan di hati pembaca bahwa apa yang mereka dapatkan adalah benar dari perkataan nabi yang mulia. Tidaklah buku ini kecuali hanya sedikit sekali menggambarkan keindahan pekerti beliau dalam berdakwah. Adanya kesalahan dalam pengambilan kesimpulan merupakan kekurangan penulis sebagai seorang pelajar. Jika dirasa ada kelebihan, maka hal tersebut milik Allah semata.

Bagaimana cara berdakwah adalah bentuk keteladanan yang harus ditapaki oleh seorang penyeru.

MANAJEMEN PEMASARAN

Dalam dunia bisnis yang kompetitif saat ini, pemahaman yang kuat tentang manajemen pemasaran menjadi kunci keberhasilan. Buku “Manajemen Pemasaran” adalah panduan yang komprehensif bagi para praktisi dan pemula yang ingin menguasai strategi dan taktik pemasaran yang efektif. Di dalam buku ini disajikan materi-materi tentang: Konsep Dasar Manajemen Pemasaran Peran Manajemen Pemasaran Bagi Perusahaan Strategi Pemasaran pengambilan Keputusan Analisis Pasar & Perilaku Konsumen Segmentasi Pasar & Targetting Branding & Positioning Produk Riset Pasar dan Pengumpulan Data Konsumen Perencanaan & Pengembangan Produk Baru Manajemen Distribusi dan Penjualan Promosi dan komunikasi pemasaran Manajemen Harga & Penentuan Harga Produk Evaluasi dan Kinerja Pemasaran

Dalam dunia bisnis yang kompetitif saat ini, pemahaman yang kuat tentang manajemen pemasaran menjadi kunci keberhasilan.

Kuliah Al-Qur’an : kajian Al-Qur’an dalam teks dan konteks

Konsekuensi konversi IAIN Mataram menjadi UIN Mataram -sesuai dengan namanya universitas dari kata univers yang berarti jagad raya, artinya, UIN Mataram- dituntut menjadi miniatur alam semesta (horizon) yang di dalamnya membicarakan segala aspek alam dan kehidupannya secara holistic. Berupaya menyelaraskan landasan filososfis bagi fakultas dan program studi yang berada didalamnya, tadinya hanya berfokus pada tekstual agama pada ulūmu al-dīn (usuluddin, syari’ah, tarbiyah, adab dan da’wah) kemudian dituntut memiliki fakultas umum yang identik kontektekstual seminsal Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Psikologi, Fakultas Pertanian dan Peternakan dan fakultas umum lainnya. Merespon dinamika tersebut UIN Mataram harus mampu mengawal perkembangan keilmuan dengan identitas Keislamannya agar tidak terlepas dari sumber pokok yaitu Al-Qur’an yaitu menetapkan Al-Qur’an sebagai mata kuliah Universitas yang menyebar disemua jurusan baik keagamaan mauapun non-keagamaan. Mata Kuliah Al-Qur’an diharapkan menjadi paradigma “Wahyu Memandu Ilmu”. Disini posisi Al-Qur’an tidak saja terkait dengan nilai kesucian (sakralitas-teks), tetapi juga nilai keduniawian (profanitas-konteks). Kajian Al-Qur’an sejatinya menyeimbangkan di antara kedua hal tersebut agar lebih kritis dan objektif sebagai upaya totalitas integrasi yang merubah paradigma dari teosentris menuju teo-antroposentris yang mengimplementasi semangat rahmatan lil’alamin. Dengan paradigma ini Al-Qur’an menjadi sentral relasi pada relasi realitas teologi/ketuahan, realitas kealaman dan realitas kemanusiaan secara menyatu. Yang terealisasi melalui metodologi min al-nāsh ila al-wāqi’ (gerakan dari teks menuju realitas) ataupun min al-wāqi` ila al-nāsh (dari realitas menuju teks). Sebagai respons terhadap kesan diatas maka disusun buku referensi yang berjudul “KULIAH AL-QUR’AN: Kajian Al-Qur’an Dalam Teks Dan Konteks”. Buku ini menyajikan Al-Qur’an seputar teksnya dan menyajikan Al-Qur’an secara konteks yang mengekspresikan praktik dan pemahaman atas ajaran Al-Qur’an. Terdapat sebelas bab dalam buku referensi ini. Secara rinci bab-bab di buku ini menjadi kajian penting yang meliputi; 1) Pendahuluan; 2) Otentitas Al-Qur’an; 3) Wahyu Dan Turunnya Al-Qur’an; 4) Ilmu Qirā`At Al-Qur`Ān; 4) Kemukjizatan Al-Qur’an Dan Lahirnya Sains; 6); Ilmu Makkiyah Dan Madaniyah; 7) Ilmu Nāsikh-Mansūkh; 8) Ilmu Asbabun Nuzul; 9) Ilmu Munasabah Al-Qur’an; 10) Ilmu Muhkam Dan Mutashabih; 11) Gaya Bahasa Al-Qur’an dan 12) Al-Qur’an Sebagai Guide UIN Mataram Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Dalam Paradigma Horizon Keilmuan.

Dengan begitu akan terjadi mengembangkan penggunaan berbagai metode dan teori kajian Islam kontemporer yang melibatkan disiplin ilmu-ilmu humaniora (sosial) dan disiplin ilmu-ilmu alam (natural sains), seperti teori double movement, ...

Penggambaran Nilai Moderasi Beragama dalam Tayangan Kartun Anak Nussa Rara dan Omar Hana

Buku ini membahas tentang bagaimana anak-anak digambarkan dalam dua film Indonesia dan Malaysia (Nusa Rara dan Omar Hana) menyikapi pluralisme. Berbekal CDA, buku ini bercerita bagaimana tim kedua film menyelipkan pesan-pesan kebaikan sekaligus nilai apa yang diselipkan di dalamnya. Pada buku ini kita akan diajak menemukan beberapa persamaan sekaligus juga perbedaan penggambaran nilai-nilai moderasi beragama pada kedua tayangan kartun anak tersebut, serta merefleksikan wacana yang ingin disampaikan pembuat film. Lepas dari nilai-nilai baik menghadapi pluralisme di masyarakat yang nampak dalam toleransi, komitmen kebangsaan, antikekerasan, dan mengakomodir kebudayaan lokal yang dikemas dengan baik, buku ini juga mencoba menemukan agenda apa yang dimasukkan dalam pilihan baik verbal maupun visual pada kedua film.

Buku ini membahas tentang bagaimana anak-anak digambarkan dalam dua film Indonesia dan Malaysia (Nusa Rara dan Omar Hana) menyikapi pluralisme.

MODERASI BERAGAMA DI KALANGAN NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH

Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan, melainkan keharusan. Moderasi beragama harus dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan (inklusif). Keseimbangan atau jalan tengah dalam praktik beragama ini niscaya akan menghindarkan kita dari sikap ekstrem berlebihan, fanatik dan sikap revolusioner dalam beragama. Moderasi beragama merupakan solusi atas hadirnya dua kutub ekstrem dalam beragama, kutub ultra­konservatif atau ekstrem kanan di satu sisi, dan liberal atau ekstrem kiri di sisi lain. Moderasi beragama sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah­tengah, selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama, tentu perlu adanya ukuran, batasan, dan indikator untuk menentukan apakah sebuah cara pandang, sikap, dan perilaku beragama tertentu itu tergolong moderat atau ekstrem. Ukuran tersebut dapat dibuat dengan berlandaskan pada sumber­sumber terpercaya, seperti teks­teks agama, konstitusi negara, kearifan lokal, serta konsensus dan kesepakatan bersama. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki peran strategis dalam mendialogkan faham dan cara beragama yang moderat di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Kedua ormas ini, dinilai sebagai salah satu dari beberapa ormas yang berpandangan moderat dan mengedepankan pendekatan humanis sebagai bagian dari strategi moderasi beragama, di samping keduanya memiliki modal jaringan organisasi yang kuat dan luas yang dapat mencapai akar rumput sehingga strategis dalam upaya mengonter radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.

Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan, melainkan keharusan.

Respons Islam atas Moderasi Beragama dan Multikulturalisme

Satu keniscayaan moderasi dan multukultural menjadi solusi bersama untuk dipertimbangkan dalam membangun keberagamaan di Indonesia. Banyaknya agama, ras, dan suku menjadi pertimbangan penting dalam mengambil dua pola tersebut sebagai pijakan kehidupan beragama di negara Indonesia. Meski tawaran itu menarik untuk terciptanya harmonisasi antaranak bangsa, tetapi belum semuanya mampu menerimanya dengan lapang dada, terutama para agamawan yang masih mempertahankan pola lama, tidak mau bergeser dari tradisi lama menuju tradisi baru. Kajian keilmuan tentang moderasi dan multikulturalisme sebenarnya sudah lama didengungkan, tetapi sampai sejauh ini belum tuntas. Tidak sedikit orang-orang beragama yang memicingkan mata ketika mendengar moderasi beragama, karena dianggap berseberangan dengan agamanya atau jika tidak demikian dianggapnya sebagai bentuk kebablasan dalam beragama. Paling sederhana, jika ada tokoh muslim masuk gereja untuk kepentingan diskusi atau apalah yang tidak berbau ibadah mahdhah dianggap sebagai tindakan yang tidak pantas. Cara pandang demikian berarti menunjukkan bahwa moderasi belum tuntas di kalangan masyarakat muslim. Buku ini merupakan bagian dari diskusi kecil yang diprakarsai oleh DMI Kabupaten Tuban, harapannya buku ini bisa memunculkan sikap dan pemikiran tentang pentingnya moderasi islam untuk bisa dijaga dan dihidupkan dalam kehidupan beragama, bernegera dan berbangsa, agar moderasi islam di Indonesia bisa lebih kuat dan harmonis sebagai bagian dari misi Islam Rahmatan lil ‘Alamiin.

Satu keniscayaan moderasi dan multukultural menjadi solusi bersama untuk dipertimbangkan dalam membangun keberagamaan di Indonesia.

Moderasi Beragama di Tengah Pergumulan Ideologi Ekstremisme

Moderasi beragama menjadi langkah preventif dalam mencegah gerakan ekstremis yang marak dan menjadi ancaman pemecah-belah. Wacana gerakan ekstremisme selalu menjadi perbincangan selama agama dimaknai secara skriptual oleh sekelompok penganut agama. Di fase ini agama mengalami disorentasi teologis, agama yang semestinya mengemban misi kemanusiaan berbalik menjadi hal yang menakutkan. Ditambah lagi aksi-aksi pemberontakan atas nama agama yang menambah ruang menyeramkan bagi agama itu sendiri. Buku ini hadir sebagai respons atas gerakan sempalan ekstremisme tersebut. Berwujud paradigma kontekstual yang moderat, humanis, dan egaliter. Buku ini dengan tegas menolak keberadaan kelompok keagamaan manapun yang merenggut hak minoritas. Sebab, dalam kacamata sosiologis keberadaan agama bukan hanya sebagai nilai spiritual, tetapi juga mengedepankan aspek moral.

Moderasi beragama menjadi langkah preventif dalam mencegah gerakan ekstremis yang marak dan menjadi ancaman pemecah-belah.