Sebanyak 1764 item atau buku ditemukan

42 HADITS METODE DAKWAH NABI

Hadits dan Penjelasan

Bagaimana cara berdakwah adalah bentuk keteladanan yang harus ditapaki oleh seorang penyeru. Sebelum ia mengharap kebaikan lebih dari hasil seruannya. Maka, pertama kali ia harus memperbaiki bagaiama ia menyeru. Buku ini diharapkan sedikit memberi gambaran dan faidah kepada pembaca tentang etika Rasulullah dalam berdakwah. Pengambilan hadits-hadits, penulis batasi hanya hadits yang telah disepakati keshahihannya. Hal ini untuk berhati-hati dari berdusta mengatasnamakan Rasulullah ﷺ. Juga, memberikan ketenangan di hati pembaca bahwa apa yang mereka dapatkan adalah benar dari perkataan nabi yang mulia. Tidaklah buku ini kecuali hanya sedikit sekali menggambarkan keindahan pekerti beliau dalam berdakwah. Adanya kesalahan dalam pengambilan kesimpulan merupakan kekurangan penulis sebagai seorang pelajar. Jika dirasa ada kelebihan, maka hal tersebut milik Allah semata.

Bagaimana cara berdakwah adalah bentuk keteladanan yang harus ditapaki oleh seorang penyeru.

Pengembangan Bahan Ajar

Konsep Bahan Ajar, Peran Bahan Ajar Dalam Pembelajaran, Jenis Jenis Bahan Ajar, Hubungan Antara Alat Peraga, Media Pembelajaran, Sumber Belajar, Dan Bahan Ajar, Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar, Langkah-Langkah Pengembangan Bahan Ajar, Model-Model Pengembangan Bahan Ajar, Isi Bahan Ajar, Prinsip Merancang Bahan Ajar Cetak, Prinsip Merancang Bahan Ajar Audio, Prinsip Merancang Bahan Ajar Video Dan Tes Formatif Dan Tes Sumatif Bahan Ajar

Pada Tahun 2021 mulai menempuh pendidikan S-3 program studi Pendidikan Agama Islam di universitas yang sama. Selain menempuh studi, Ia juga sedang mengemban amanah sebagai dosen tetap dengan memberikan mata kuliah Pendidikan Agama Islam ...

Kuliah Al-Qur’an : kajian Al-Qur’an dalam teks dan konteks

Konsekuensi konversi IAIN Mataram menjadi UIN Mataram -sesuai dengan namanya universitas dari kata univers yang berarti jagad raya, artinya, UIN Mataram- dituntut menjadi miniatur alam semesta (horizon) yang di dalamnya membicarakan segala aspek alam dan kehidupannya secara holistic. Berupaya menyelaraskan landasan filososfis bagi fakultas dan program studi yang berada didalamnya, tadinya hanya berfokus pada tekstual agama pada ulūmu al-dīn (usuluddin, syari’ah, tarbiyah, adab dan da’wah) kemudian dituntut memiliki fakultas umum yang identik kontektekstual seminsal Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Psikologi, Fakultas Pertanian dan Peternakan dan fakultas umum lainnya. Merespon dinamika tersebut UIN Mataram harus mampu mengawal perkembangan keilmuan dengan identitas Keislamannya agar tidak terlepas dari sumber pokok yaitu Al-Qur’an yaitu menetapkan Al-Qur’an sebagai mata kuliah Universitas yang menyebar disemua jurusan baik keagamaan mauapun non-keagamaan. Mata Kuliah Al-Qur’an diharapkan menjadi paradigma “Wahyu Memandu Ilmu”. Disini posisi Al-Qur’an tidak saja terkait dengan nilai kesucian (sakralitas-teks), tetapi juga nilai keduniawian (profanitas-konteks). Kajian Al-Qur’an sejatinya menyeimbangkan di antara kedua hal tersebut agar lebih kritis dan objektif sebagai upaya totalitas integrasi yang merubah paradigma dari teosentris menuju teo-antroposentris yang mengimplementasi semangat rahmatan lil’alamin. Dengan paradigma ini Al-Qur’an menjadi sentral relasi pada relasi realitas teologi/ketuahan, realitas kealaman dan realitas kemanusiaan secara menyatu. Yang terealisasi melalui metodologi min al-nāsh ila al-wāqi’ (gerakan dari teks menuju realitas) ataupun min al-wāqi` ila al-nāsh (dari realitas menuju teks). Sebagai respons terhadap kesan diatas maka disusun buku referensi yang berjudul “KULIAH AL-QUR’AN: Kajian Al-Qur’an Dalam Teks Dan Konteks”. Buku ini menyajikan Al-Qur’an seputar teksnya dan menyajikan Al-Qur’an secara konteks yang mengekspresikan praktik dan pemahaman atas ajaran Al-Qur’an. Terdapat sebelas bab dalam buku referensi ini. Secara rinci bab-bab di buku ini menjadi kajian penting yang meliputi; 1) Pendahuluan; 2) Otentitas Al-Qur’an; 3) Wahyu Dan Turunnya Al-Qur’an; 4) Ilmu Qirā`At Al-Qur`Ān; 4) Kemukjizatan Al-Qur’an Dan Lahirnya Sains; 6); Ilmu Makkiyah Dan Madaniyah; 7) Ilmu Nāsikh-Mansūkh; 8) Ilmu Asbabun Nuzul; 9) Ilmu Munasabah Al-Qur’an; 10) Ilmu Muhkam Dan Mutashabih; 11) Gaya Bahasa Al-Qur’an dan 12) Al-Qur’an Sebagai Guide UIN Mataram Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Dalam Paradigma Horizon Keilmuan.

Dengan begitu akan terjadi mengembangkan penggunaan berbagai metode dan teori kajian Islam kontemporer yang melibatkan disiplin ilmu-ilmu humaniora (sosial) dan disiplin ilmu-ilmu alam (natural sains), seperti teori double movement, ...

Hukum Ekonomi Syariah: Sebuah Kajian Komprehensif

Buku Hukum Ekonomi Syariah: Sebuah Kajian Komprehensif ini merupakan pengetahuan mendasar dan fundamental bagi pembelajar di bidang Hukum Ekonomi Syariah, disusun dengan memasukkan tiga kompetensi dasar, yaituhukum, ekonomi, dan ilmu-ilmu syariah. Untuk memudahkan pembaca, buku ini disusun dengan singkat dan padat sehingga bisa dimanfaatkan sebagai batu loncatan bagi pembelajar pemula atau sebagai ringkasan bagi pembelajar tingkat lanjut. Buku ini juga dilengkapi dengan serangkaian soal pada setiap babnya.

Menyoroti Produk Pemikiran Hukum Islam Di Indonesia : Kajian Metodologis Penetapan dan Penerapan Fatwa Ulama . ( Ringkasan Disertasi ) . PPs UIN Alauddin Makassar . Mustofa , & Wahid , A. ( 2009 ) . Hukum Islam Kontemporer .

Respons Islam atas Moderasi Beragama dan Multikulturalisme

Satu keniscayaan moderasi dan multukultural menjadi solusi bersama untuk dipertimbangkan dalam membangun keberagamaan di Indonesia. Banyaknya agama, ras, dan suku menjadi pertimbangan penting dalam mengambil dua pola tersebut sebagai pijakan kehidupan beragama di negara Indonesia. Meski tawaran itu menarik untuk terciptanya harmonisasi antaranak bangsa, tetapi belum semuanya mampu menerimanya dengan lapang dada, terutama para agamawan yang masih mempertahankan pola lama, tidak mau bergeser dari tradisi lama menuju tradisi baru. Kajian keilmuan tentang moderasi dan multikulturalisme sebenarnya sudah lama didengungkan, tetapi sampai sejauh ini belum tuntas. Tidak sedikit orang-orang beragama yang memicingkan mata ketika mendengar moderasi beragama, karena dianggap berseberangan dengan agamanya atau jika tidak demikian dianggapnya sebagai bentuk kebablasan dalam beragama. Paling sederhana, jika ada tokoh muslim masuk gereja untuk kepentingan diskusi atau apalah yang tidak berbau ibadah mahdhah dianggap sebagai tindakan yang tidak pantas. Cara pandang demikian berarti menunjukkan bahwa moderasi belum tuntas di kalangan masyarakat muslim. Buku ini merupakan bagian dari diskusi kecil yang diprakarsai oleh DMI Kabupaten Tuban, harapannya buku ini bisa memunculkan sikap dan pemikiran tentang pentingnya moderasi islam untuk bisa dijaga dan dihidupkan dalam kehidupan beragama, bernegera dan berbangsa, agar moderasi islam di Indonesia bisa lebih kuat dan harmonis sebagai bagian dari misi Islam Rahmatan lil ‘Alamiin.

Satu keniscayaan moderasi dan multukultural menjadi solusi bersama untuk dipertimbangkan dalam membangun keberagamaan di Indonesia.

Dimensi Islam dan Moderasi Beragama: Mewujudkan Islam yang Damai, Toleran dan Inklusif

Naskah buku ini sebagian besar materinya berasal dari sejumlah referensi yang dikombinasikan dengan resultan kontemplasi penulis untuk menggapai wajah Islam yang damai, toleran, dan inklusif. Semangat moderasi beragama adalah untuk mencari titik temu dua kutub ekstrem dalam beragama. Di satu sisi, ada pemeluk agama yang ekstrem meyakini mutlak kebenaran satu tafsir teks agama, seraya menganggap sesat penafsir selainnya. Kelompok ini biasa disebut ultra-konservatif. Di sisi lain, ada juga umat beragama yang esktrem mendewakan akal hingga mengabaikan kesucian agama, atau mengorbankan kepercayaan dasar ajaran agamanya demi toleransi yang tidak pada tempatnya kepada pemeluk agama lain. Mereka biasa disebut ekstrem liberal. Keduanya perlu dimoderasi. Karenanya, untuk menjadikan moderasi beragama sebagai solusi, kita perlu memiliki pemahaman yang benar tentang makna kata tersebut, dan untuk keperluan itulah buku Islam dan moderasi beragama ini disusun. Moderasi telah lama menjadi aspek yang menonjol dalam sejarah peradaban dan tradisi semua agama di dunia. Masing-masing agama niscaya memiliki kecenderungan ajaran yang mengacu pada satu titik makna yang sama, yakni bahwa memilih jalan tengah di antara dua kutub ekstrem, dan tidak berlebih-lebihan, merupakan sikap beragama yang paling ideal.

Naskah buku ini sebagian besar materinya berasal dari sejumlah referensi yang dikombinasikan dengan resultan kontemplasi penulis untuk menggapai wajah Islam yang damai, toleran, dan inklusif.

Moderasi Beragama di Tengah Pergumulan Ideologi Ekstremisme

Moderasi beragama menjadi langkah preventif dalam mencegah gerakan ekstremis yang marak dan menjadi ancaman pemecah-belah. Wacana gerakan ekstremisme selalu menjadi perbincangan selama agama dimaknai secara skriptual oleh sekelompok penganut agama. Di fase ini agama mengalami disorentasi teologis, agama yang semestinya mengemban misi kemanusiaan berbalik menjadi hal yang menakutkan. Ditambah lagi aksi-aksi pemberontakan atas nama agama yang menambah ruang menyeramkan bagi agama itu sendiri. Buku ini hadir sebagai respons atas gerakan sempalan ekstremisme tersebut. Berwujud paradigma kontekstual yang moderat, humanis, dan egaliter. Buku ini dengan tegas menolak keberadaan kelompok keagamaan manapun yang merenggut hak minoritas. Sebab, dalam kacamata sosiologis keberadaan agama bukan hanya sebagai nilai spiritual, tetapi juga mengedepankan aspek moral.

Moderasi beragama menjadi langkah preventif dalam mencegah gerakan ekstremis yang marak dan menjadi ancaman pemecah-belah.

MODERASI BERAGAMA DALAM MEWUJUDKAN NILAI-NILAI MUBADALAH

buku modersi beragama ini dapat terselesaikan denganbaik, walaupun masih terdapat beberapa koreksi, saran dan kritikan yang membangun tentunya agar karya nyata ini dapat lebih bernanfaat. Shalawat dan salam senantisa terlimpahkan kepada baginda Rasulullah saw., yang telah memberikan suri tauladan kepada kita dalam menyampaikan risalah Islamiyyah bil hanifati samhah (dengan cara yang baik), sehingga menjadi sebuah perdamaian dan bukan sebaliknya yaitu permusuhan. Buku yang hadir dihadapan pembaca ini adalah buku hasil bunga rampai dari berbagai kalangan disiplin keilmuan yang tidak sama tentunya, hal ini yang merupakan sebuah keunikan dari anugrah yang Allah swt., berikan kepada kita semua. Dengan akal sehat dan menghasilkan sebuah karya nyata. Ucapan terimaksih kami ucapkan kepada semua pihak demi terwujudnya karya ini, khusunya kepada Ketua MUI Provinsi Lampung Bapak Kyai Dr. H. Kairuddin, M.H. yang telah sudi kiranya memberikan motivasi berupa kata pengantar, sebuah anugrah besar bagi kami demi mewujudkan karya nyata ini. Moderasi beragama adalah sebuah prinsip dalam nilainilai yang harus ditanamkan dalam berfikir, sehingga pemikiran moderat inilah yang akan menghantarkan kita pada perdamaian, ketentraman dan tentunya menjadi Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Agama merupakan nasehat bagi kita, sehingga bagaimana kita dapat berfikir yang moderat, atau beragama dengan cara yang moderat, sehingga tidak cenderung ke kiri atau ke kanan, tapi lebih pada apa yang diajarkan baginda Rasulullah saw., (khairul umuuri ausathuha) sebaik-baiknya perkara adalah berada di tengahnya.

Ucapan terimaksih kami ucapkan kepada semua pihak demi terwujudnya karya ini, khusunya kepada Ketua MUI Provinsi Lampung Bapak Kyai Dr. H. Kairuddin, M.H. yang telah sudi kiranya memberikan motivasi berupa kata pengantar, sebuah anugrah ...

Moderasi Beragama

Konsep, Nilai, dan Strategi Pengembangannya di Pesantren

Pembumian nilai-nilai moderasi beragama menjadi bagian penting dari eksistensi kelembagaan pesantren. Sebagai lembaga pendidikan Islam asli Indonesia (indegenious), pesantren telah memberikan kontribusi nyata dalam membentuk peradaban Islam (ats-saqofah al-Islamiyah) melalui bangunan pemahaman keislaman yang komprehensip dan kontekstual dalam mewujudkan prinsip ummatan wasat- han bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai keis laman yang dibangun dan dikembangkan pesantren menjadi dasar dalam pembentukan karakter bangsa yang tidak bisa dipisahkan dari misi kerasulan yaitu untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (liutammima makarimal akhlaq). Kehadiran pesantren selain memiliki tujuan utama dalam pengembangan dakwah Islam yang ramah dan toleran, juga memiliki tujuan untuk menjaga kehidupan sosialbudaya (tradisi) yang seimbang, terutama dalam melakukan transformasi sosial bagi masyarakat yang berada di sekitar pesantren.

Pembumian nilai-nilai moderasi beragama menjadi bagian penting dari eksistensi kelembagaan pesantren.