Tidak akan memulikan perempuan kecuali lelaki mulia dan tidak akan menistakan perempuan kecuali lelaki nista. Ali bin Abi Thalib * Buku kajian Islam kritis ini menggali dengan mendalam dan detail perkara doktrin, tradisi, dan pergulatan paradigma (tafsir) seputar posisi, peran, dan makna strategis para perempun di dalam Islam. Tajam, menghunjam, dan memperkaya perspektif kita tentang relasi Islam dan perempun di antara bentang panjang tradisi dan dinamika tafsirnya yang luar biasa luasnya.
Ali bin Abi Thalib * Buku kajian Islam kritis ini menggali dengan mendalam dan detail perkara doktrin, tradisi, dan pergulatan paradigma (tafsir) seputar posisi, peran, dan makna strategis para perempun di dalam Islam.
Pondok pesantren sendiri merupakan lembaga pendidikan Islam pertama yang banyak tumbuh di daerah pedesaan di pulau Jawa . Sistem pendidikan pesantren diperkirakan merupakan kelanjutan dari sistem asrama yang dipergunakan dalam ...
We live in an over-sexualised culture where sex and sexuality have become part of the public domain. This sexual revolution challenges Judeo-Christian and Islamic norms and boundaries. As such, sexuality education is a sensitive and extremely important issue, and its current implementation in schools has raised public concerns. This book explores the subject, contextualising it within the matrix of Islamic beliefs and practices. Islam binds sexuality and sexual education to a moral grid with rights and obligations, justice and equity. There is a dominant discourse and stereotype around ‘Islamic sexuality’, which presents sex and sexuality as the biggest taboo, fraught with fear and seldom discussed. This book dispels such myths and misconceptions, providing an overview of sexuality education in the modern world and the need for such education.
Integrasi Pendidikan Islam dan sains sebagai sebuah wacana keilmuan dalam mencerahkan pendidikan Islam di era peradaban modern yang terkesan buram. Keburaman tersebut terjadi akibat kuatnya kesenjangan ilmu dan semakin dibenturkan oleh para ilmuan yang sekuler, sehingga muncul paradigma dikotomi (pemisahan) ilmu di dunia yang berimplikasi juga pada dunia pendidikan Islam. Maka di kalangan ilmuan Muslim terpecah menjadi dua kelompok, pertama para pendukung ilmu-ilmu agama hanya menganggap valid sumber Ilahi dalam bentuk kitab suci dan tradisi kenabian dan menolak sumber-sumber non-skriptual sebagai sumber otoritatif untuk menjelaskan kebenaran sejati. Kedua, para pendukung ilmu-ilmu sains sekuler yang hanya menganggap valid informasi yang diperoleh melalui pengamatan indrawi (eksperimentasi) semata.