Sebanyak 23990 item atau buku ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Menurut Horisin (2007) bimbingan dan konseling sering dimaknai secara tidak tepat oleh sebagian orang bahkan oleh praktisi bimbingan konseling sendiri. Dengan kata lain sering muncul persepsi negatif tentang bimbingan konseling dari sebagian kepala sekolah, pengawas, pegawai, guru-guru, siswa bahkan guru pembimbing sendiri. Beberapa kesalahan itu menurut Prayitno (Tohirin 2007) yaitu : 1. Bimbingan dan koseling disamakan saja dengan pendidikan, sehingga bimbingan konseling tidak diperlukan kerena di sekolah telah tempat diselenggaralannya pendidikan, sehingga dengan sendirinya bimbingan konseling telah masuk kedalam proses pendidikan tersebut. Sekolah tidak perlu melaksanakan pelayanan bimbingan konseling secara mandiri, tetapi mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari usaha pendidikan. 2. Bimbingan konseling dipisahkan dari pendidikan. Pelayanan bimbingan konseling dianggap harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya dan secara nyata harus dibedakan dari praktik pengajaran dan pendidikan. 3. Guru pembimbing atau konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah yang tugasnya menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan sekolah. Anggapan tersebut muncul karena sering muncul fakta-fakta di mana guru pembimbing diberikan tugas mengusut perkelahian antar siswa, pencurian di kelas, mengintrogasi siswa yang bersalah dan menghukum siswa yang melakukan kesalahan. 4. Bimbingan konseling dianggap semata-mata proses pemberian nasihat. Selain pemberian nasihat, umumnya siswa membutuhakan hal lain sesuai dengan masalah yang dihadapinya, yang memerlukan pelayanan lain seperti pemberian informasi, penempatan, penyaluran, bimbingan belajar dan pelayanan khusus. 5. Bimbingan konseling dibatasi hanya menangani masalah yang bersifat insidental (waktu tertentu saja) yaitu pada saat siswa mendapatkan masalah. Padahal bimbingan konseling menjangkau dimensi waktu yang bukan hanya waktu sekarang, namun juga masa lalu dan masa yang akan datang, karena biasanya masalah yang dihadapi siswa sekarang ini berkaitan dengan masa lalu dan akan berdampak pada masa yang akan datang. 6. Bimbingan konseling hanya untuk siswa tertentu saja. Khusus pada anak-anak yang memiliki keistimewaan seperti karena warna kulit, status atau kekayaan. Hakikatnya bimbingan konseling diberikan kepada individu atau kelompok yang memerlukannya. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap siswa dalam pelayanan bimbingan konseling. 7. Bimbingan konseling melayani orang sakit atau orang yang kurang normal adalah merupakan anggapan yang kurang tepat. Bimbingan konseling melayani orang yang normal dan sehat yang mengalami suatu masalah tertentu. Jika ada siswa yang mengalami masalah fisik (sakit) maka yang ia akan menjadi pasien dokter dan jika mengalami masalah psikis seperti gangguan jiwa yang atau stres maka sebaiknya menjadi pasien psikolog. 8. Bimbingan konseling bekerja sendiri. Hal tersebut merupakan anggapan yang keliru karena bimbingan konseling terintegrasi dengan program pendidikan dan pembelajaran lainnya di sekolah. Oleh karena itu guru pembimbing harus bekerja sama dengan orang-orang yang dapat membantu menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sisiwa seperti bekerja sama dengan orang tua, guru, teman di sekolah dan di luar sekolah. 9. Konselor harus aktif dan siswa harus pasif adalah anggapan yang tidak tepat, karena proses pelayan bimbingan konseling bukan hanya menuntut keaktifan dari konselor, namun juga menuntut keaktifan dari siswa. 10. Bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siap saja. Ini merupakan anggapan yang keliru karena pelayanan bimbingan konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan yang mengikuti teori, tujuan, metode dan asas tertentu. Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. 11. Bimbingan konseling berpusat pada keluhan saja, juga merupakan anggapan yang keliru, karena pemberian layanan bimbingan konseling memang diawali dengan melihat gejala atau keluhan awal yang disampaikan oleh siswa. Tetapi seorang konselor apabila pembahasanya dikembangkan, sering kali ternyata masalah yang sebenarnya lebih kompleks dari yang disampaikan oleh keluhan pertama siswa, sehingga pemberian bantuan harus dipusatkan kepada masalah yang sebenarnya. Konselor harus mampu menyelami sedalam-dalamnya masalah siswa yang sebenarnya. 12. Bimbingan konseling harus memiliki hasil yang harus segera dilihat. Anggapan tersebut adalah merupakan anggapan yang keliru, karena pelayanan bimbingan konseling berkenaan dengan aspek-aspek psikis dan tingkah laku, yang tidak semudah membalik telapak tangan, yang kemungkinan hasil bimbingan tidak langsung terlihat. 13. Bimbingan konseling menggunakan pemecahan masalah yang sama kepada semua siswa. Padahal sebenanya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Masalah yang sama dialami oleh dua orang yang berbeda kemungkinan akan menuntut cara pemecahan yang berbeda. 14. Bimbingan konseling memusatkan pada pengunaan instrumen. Ini merupakan anggapan salah karena instrumen hanyalah merupakan alat bantu dalam melakukan bimbingan konseling. Intrumen tersebut tidak boleh mengganggu, menghambat bahkan melumpuhkan usaha pelayanan bimbingan konseling. Artinya dengan instrumen atau tampa instrumen , usaha bimbingan pelayanan bimbingan konseling tetap harus dilakukan.

Bimbingan dan koseling disamakan saja dengan pendidikan, sehingga bimbingan konseling tidak diperlukan kerena di sekolah telah tempat diselenggaralannya pendidikan, sehingga dengan sendirinya bimbingan konseling telah masuk kedalam proses ...

Model Asesmen Pembelajaran Kooperatif: Strategi Menjawab Tantangan

Buku ini memperkenalkan metode baru bagi guru-guru yang menerapkan pembelajaran kooperatif. Landasan pokok terciptanya metode ini adalah prinsip kesesuaian. Harus ada kesesuaian antara metode pembelajaran yang diterapkan di kelas dengan cara menilai hasil metode. Singkat kata, harus ada kesesuaian antara pembelajaran dan cara menilai hasil pembelajaran. Ketika pembelajaran kooperatif yang menekankan kerja kelompok telah diterapkan, penilaian hasil kerja kelompok pun harus menjadikan ‘kelompok’ menjadi kunci penilaian. Pengalaman penulis dan juga hasil penelitian penulis dalam memantapkan metode baru ini menunjukkan ketimpangan yang cukup nyata yang terjadi di dunia pendidikan kita. Ketika preferensi terhadap pembelajaran kooperatif tinggi dan sudah diterapkan di kelas, penilaian terutama pada penilaian hasil kerja kelompok yang bersifat tes formatif masih bersifat konvensional. Penilaian yang diterapkan belum memiliki ‘roh’ kelompok. Karena pada dasarnya metode diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihannya masing-masing, penulis percaya satu hal: di tangan guru yang berwawasan ‘agen perubahan’ serta di tangan guru yang punya identitas dan integritas, kekurangan metode ini akan ‘tinggal diam’ dalam teori. Seperti kata bijak Parker J. Palmer (2007) “Good teaching cannot be reduced to technique; good teaching comes from the identity and integrity of the teacher.” Selamat mencoba metode baru yang tampil dalam beberapa model yang kami persembahkan dalam buku ini.

Buku ini memperkenalkan metode baru bagi guru-guru yang menerapkan pembelajaran kooperatif.

Surat Kabar Guru Belajar 29: Asesmen Formatif sebagai Upaya Merawat Kemerdekaan Belajar

Asesmen sebagai belajar menjadi kunci dalam merawat kemerdekaan belajar. Asesmen sebagai belajar, atau dalam kesehariannya disebut asesmen formatif, menjadi penting karena hasilnya menunjukkan kemajuan belajar bagi guru maupun bagi murid. Dengan pemahaman terhadap kemajuan belajar tersebut, guru dan murid dapat melakukan penyesuaian strategi belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

Praktik Baik Pembelajaran Students' Movie Project: Sarana Asesmen Formatif Guru dan Pameran Karya Murid Menerapkan pembelajaran yang dapat membangun dan mengembangkan kompetensi serta kreativitas murid merupakan tujuan keberlanjutan ...

Panduan Asesmen Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Sekolah Dasar

Pendidikan Anak

Program Magister Pendidikan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, ... Teknik asesmen, instrumen tes, dan prosedur pelaksanaan dapat ...

ASESMEN OLAHRAGA

buku yang berjudul “Asesmen Olahraga” Tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk memudahkan para mahasiswa pendidikan olahraga, pendidikan kepelatihan olahraga, dan pelatih olahraga maupun guru pendidikan jasmani dalam memahami bagaimana cara mengevaluasi dan menganalisis hasil latihan, hasil belajar, dan hasil pertandingan yang kesannya cukup rumit sehingga menjadi lebih mudah.

buku yang berjudul “Asesmen Olahraga” Tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk memudahkan para mahasiswa pendidikan olahraga, pendidikan kepelatihan olahraga, dan pelatih olahraga maupun guru pendidikan jasmani dalam memahami ...

Pembelajaran Berorientasi AKM

Asesmen Kompetensi Minimum

Buku ini ditujukan bagi mahasiswa program kependidikan, guru, serta pemangku kepentingan (stakeholder) dalam bidang pendidikan yang ingin mempelajari tentang pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Asesmen Kompetensi Minimum merupakan salah satu komponen Asesmen Nasional yang dicanangkan sebagai pengganti Ujian Nasional (UN). Pembelajaran untuk meningkatkan AKM harus sejalan dengan pembejaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Buku diorganisasikan dalam 9 bab yang mencakup: Bab 1 Pendahuluan Bab 2 Karakteristik Soal Asesmen Kompetensi Minimum Bab 3 Karakteristik Pembelajaran Berorientasi AKM Bab 4 Meningkatkan Literasi Membaca Bab 5 Meningkatkan Literasi Numerasi Bab 6 Mengembangkan Kreativitas Bab 7 Berpikir Kritis dan Membuat Keputusan Bab 8 Pembelajaran Berbasis Inkuiri Bab 9 Survei Karakter dan Lingkungan Belajar

Buku diorganisasikan dalam 9 bab yang mencakup: Bab 1 Pendahuluan Bab 2 Karakteristik Soal Asesmen Kompetensi Minimum Bab 3 Karakteristik Pembelajaran Berorientasi AKM Bab 4 Meningkatkan Literasi Membaca Bab 5 Meningkatkan Literasi Numerasi ...

Platform Asesmen untuk Pembelajaran Daring: Teori & Praktik

Salah satu komponen pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran. Dewasa ini, evaluasi pembelajaran mengalami perkembangan yang signifikan mengikuti perkembangan Teknologi, Informasi dan Komputer (TIK). Terkait akan hal tersebut, evaluasi pembelajaran juga turut andil dalam mengintegrasikan proses evaluasi menggunakan bantuan TIK. Seperti yang diketahui baik oleh guru maupun calon guru, proses evaluasi pembelajaran melalui berbagai tahapan, salah satunya adalah asesmen. Asesmen berperan penting dalam mengukur kualitas pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru maupun calon guru serta melihat apakah terdapat kebermanfaatan keilmuan yang diperoleh siswa. Proses asesmen ini penting untuk evaluasi lanjutan tidak hanya dalam proses pembelajaran di kelas namun juga evaluasi lanjutan bagi perbaikan Kurikulum pembelajaran. Buku Platform Asesmen untuk Pembelajaran Daring ini akan membahas berbagai macam jenis platform yang direkomendasikan bagi para guru maupun calon guru sebagai platform asesmen pembelajaran daring. Selain itu, buku ini juga membahas secara konsep terkait seperti apa asesmen serta bagaimana perkembangan asesmen pembelajaran hingga bertransformasi seperti saat sekarang ini. Dengan adanya buku ini, diharapkan para guru serta calon guru dapat mengetahui bagaimana konsep dan teori asesmen, hingga cara serta prosedur menggunakan platform asesmen dalam pembelajaran daring.

Sedangkan di Indonesia sendiri, kita telah mengenal platform asesmen seperti TPA (Tes Potensi Akademik) yang diprakarsai oleh BAPPENAS (Badan Perencanaan ...

Asesmen Pembelajaran Berbasis Komputer dan Android

Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada lembaga pendidikan saat ini sudah menjadi keharusan, karena penerapan TIK dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu institusi pendidikan. Tidak sedikit dosen yang memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut. Tren terbaru dalam dunia e-learning saat ini adalah penggunaan komputer dan media portable seperti smartphone untuk mengakses pembelajaran. Penggunaan perangkat pintar smartphone sebagai penunjang proses belajar mengajar ini dirasa bisa menambah fleksibilitas dalam kegiatan belajar mengajar Buku ini diharapkan dapat menjadi pegangan dalam membangun ujian yang berbasis komputer atau handphone untuk penggunaan ujian dan seleksi. Penulis berusaha untuk menuliskan secara detail teori-teori asesmen dalam pembelajaran serta penggunaan aplikasi, teknik dan perangkat-perangkat pendukung lainnya dalam membangun ujian berbasis mobile dan komputer. Pembaca diharapkan dapat secara mandiri mengimplementasikannya sesuai dengan kebutuhannya. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup

Tes pendidikan atau inventori psikologis mencoba untuk memperoleh informasi tentang atribut individu dengan cara yang lebih sistematis.

SKGB 002: ASESMEN OTENTIK

Belajar Tanpa Ujian? Benarkah belajar bisa tanpa ujian? Atau justru ada yang bertanya, buat apa belajar bila tidak ada ujian? Pepatah lama yang sering dilontarkan tentang perbedaan sekolah dan kehidupan. Di sekolah, siswa belajar kemudian ujian. Di kehidupan, siswa ujian kemudian belajar. Pepatah itu adalah sindiran terhadap praktik belajar di sekolah yang mengkeramatkan ujian sebagai segala-galanya. Tanpa ujian, buat apa belajar? Padahal belajar adalah kemauan dan kemampuan alami manusia, yang telah ada sejak kita lahir. Jadi tanpa ada ujian pun, kita secara alami tetap belajar. Justru ketika ujian menjadi motivasi belajar, maka kita kehilangan kenikmatan belajar. Belajar jadi terpaksa semata mengejar nilai ujian. Selesai ujian, semua materi pelajaran dilupakan. Pada edisi ini, para guru berbagi praktik cerdas melakukan asesmen otentik. Proses ujian yang bermakna dan menyenangkan sebagaimana proses belajar itu sendiri. Bila membaca tulisan dan melihat fotonya, anda akan menyaksikan anak-anak yang bergembira mengikuti ujian. Seolah mereka tidak sedang ujian. Seolah mereka belajar tanpa ujian. Pada akhirnya, mari membaca dan belajar. Bila memang ada hal baik dari surat kabar ini, praktikkan dan sebarkan ke rekan guru yang lain.

... dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar . ... Pendidikan mengarahkan pendidik untuk melaksanakan penilaian autentik.