Sebanyak 26 item atau buku ditemukan

Langkah Demi Langkah Membangun Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

Penjaminan mutu (quality assurance) bagi suatu organisasi adalah merupakan suatu keharusan karena organisasi yang menjamin mutunya merupakan organisasi yang senantiasa memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggannya, sebab pelanggan (Customer) yang puas akan meningkat menjadi pelanggan yang loyal dan hal ini berarti akan memberikan benefit bagi organisasi yang bersangkutan. Sejak dicanangkannya Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada tahun 2005 (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005), maka telah berkembang wacana tentang Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT). Sejak saat itu pula implementasi SPM-PT berkembang dan bervariasi di setiap PT, mengikuti perkembangan organisasi dan ke-khasan lokal masing-masing. Oleh karena itu, SPM-PT di suatu PT tidak dapat diadopsi langsung/penuh untuk diimplementasikan di PT yang lain. Dengan organisasi PT dan organisasi unit penjaminan mutu yang variatif, berkembang pola-pola implementasi SPM-PT yang unik. Keunikan dan kekhas-an lokal tersebut mengandung praktik-praktik baik (good practices) yang perlu disebarluaskan kepada PT lain di Indonesia. Good practices tersebut merupakan ilmu yang dapat digunakan untuk meningkatkan (improving) efektifitas dan efisiensi sistem pengelolaan mutu di PT. Melalui Buku “Langkah demi Langkah Membangun Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi” maka masing-masing PT dapat melihat dan memahami berbagai variasi implementasi SPM-PT, sehingga dapat dipetik pelajaran yang dapat dipraktikkan pada PT yang di kelola. Banyak PT mengalami kendala yang beragam dalam mengimplementasikan SPM-PT, mulai dari komitmen manajemen, pendanaan, keterbatasan SDM, keterbatasan sarana-prasarana dan juga budaya lokal. Selain juga, beberapa PT melakukan terobosan atau inovasi dalam menjalankan SPM-PT yang patut mendapatkan perhatian dan apresiasi. Hal ini merupakan pengetahuan yang dapat menambah vi wawasan dalam menjalankan SPM-PT. Agar pembaca dapat mengikuti aplikasi Langkah demi Langkah Membangun Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi.

Hal ini merupakan pengetahuan yang dapat menambah vi wawasan dalam menjalankan SPM-PT. Agar pembaca dapat mengikuti aplikasi Langkah demi Langkah Membangun Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi.

Penguatan Karakter PROFIL PELAJAR PANCASILA Berbasis Integratif Moral Di Sekolah Dasar

Penguatan Karakter Profil Pelajar Pancasila Berbasis Integratif Moral dalam Kegiatan Kampus Mengajar Di Sekolah Dasar” telah dapat diselesaikan. Pendidikan karakter yang dikonstruksi di sekolah masih membutuhkan penguatan di tingkatan sekolah dasar sebagai pondasi penanaman pendidikan karakter. Sehingga model penguatan pendidikan karakter bisa dikembangkan dalam di proses pembelajaran di sekolah dasar adalah model yang bisa menyatukan moral culture, habitus, action, sinverbal, feeling dan knowing sebagai kesatuan yang integratif, bukan hanya dikonstruksi oleh guru, namun secara kolektif dikonstruksi oleh semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di suatu sekolah. Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam buku ini untuk itu kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Dan semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi Dosen Pembimbing, Mahasiswa Kampus Mengajar, Guru Pamong, Siswa, Orang Tua dan Pemerintah dalam membangun Karakter Profil Pelajar Pancasila di Negara Indonesia Tercinta.

Penguatan Karakter Profil Pelajar Pancasila Berbasis Integratif Moral dalam Kegiatan Kampus Mengajar Di Sekolah Dasar” telah dapat diselesaikan.

Teori dan Aplikasi Pendidikan Kewarganegaran

Pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan terencana mencerdaskan warganegara (khususnya generasi muda). Caranya dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsaagar mampu berpartisipasi aktif dalam pembelaan negara. Dalam sejarah timbulnya istilah Civics di Indonesia dapat dilukiskan secara kronologis. Sejak tahun 1957 dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas terdapat istilah kewarganegaraan yaitu pelajaran yang ditempelkan dalam pelajaran tatanegara. Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkandan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari paramahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan ciptaanTuhan Yang Maha Esa.

B. Karakteristik Identitas Nasional Karakter tersebut berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharassein”, dan “kharax.” yang berarti “alat untuk membuat”, mengukir “, dan” tiang runcing “yang dalam bahasa Prancis menjadi” caractere “ ...

Menyempurnakan Setengah Agama: Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Perkawinan Masyarakat Sulawesi Utara dan Gorontalo

Dalam buku ini, tim penulis akan memberikan pencerahan, serta menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca tentang adat perkawinan yang ada di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Walau sekarang dua provinsi, sebelumnya merupakan satu wilayah administrasi. Hanya saja, dalam perkembangan tata kelola pemerintahan, Gorontalo dibentuk menjadi wilayah provinsi tersendiri. Dengan dua provinsi seperti sekarang menggambarkan dua etnisitas yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri.Buku ini memberikan pemahaman secara holistik dan komprehensif tentang akulturasi Islam dengan budaya lokal melalui adat perkawinan. Sistem sosial dan kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Indonesia menjadi kekuatan dalam mengelaborasi interaksi sosial dalam masyarakat Sulawesi Utara yang heterogen dan multikultural. Berbeda dengan model kekerabatan masyarakat Gorontalo dimana masyarakatnya homogen dari aspek agama, budaya, dan adat istiadat. Adat istiadat masyarakat Gorontalo terjadi akulturasi agama Islam ke budaya lokal yang dikenal sebagai kota serambi Madinah dengan semboyan “Adat bersendikan syariat-syariat, bersendikan Kitabullah” artinya sistem sosial dan kekerabatan pada masyarakat Gorontalo agama Islam menjadi dasar dalam melakukan interaksi sosial.

Dalam buku ini, tim penulis akan memberikan pencerahan, serta menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca tentang adat perkawinan yang ada di Sulawesi Utara dan Gorontalo.

MODEL PEMBELAJARAN KOGNITIF UNTUK KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Judul : MODEL PEMBELAJARAN KOGNITIF UNTUK KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA Penulis : Siddin, Hamzah, Ismail Suardi Wekke Ukuran : 15,5 x 23 cm Tebal : 132 Halaman No ISBN : 978-623-56871-2-4 Guru dalam memilah dan memilih model pembelajaran hendaknya sejalan dengan semangat reformasi yang sedang bergulir. Semangat reformasi menghendaki adanya perubahan-perubahan dalam sistem pembelajaran. Model pembelajaran yang disuguhkan penulis adalah untuk melihat bagaimana kemampuan dari asing-masing siswa dalam menerima dan mengorganisasi informasi dari sekitarnya, Oleh karena itu seorang guru harus mampu mengidentifikasi perbedaan karakteristik individual siswa setelah membaca buku ini.

Judul : MODEL PEMBELAJARAN KOGNITIF UNTUK KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA Penulis : Siddin, Hamzah, Ismail Suardi Wekke Ukuran : 15,5 x 23 cm Tebal : 132 Halaman No ISBN : 978-623-56871-2-4 Guru dalam memilah dan memilih model ...

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

BERBASIS INTEGRATIF MORAL DI PERGURUAN TINGGI

Pendidikan karakter di lingkup satuan pendidikan perguruan tinggi dilaksanakan melalui tridharma perguruan tinggi berbasis karakter (Eva, 2015).

Konsep Dasar IPS

Secara ringkas buku ini membahas mengenai konsep dasar IPS. Bagian awal buku ini secara runtut mengupas konsep dan ruang lingkup kajian IPS. Pembahasan selanjutnya meliputi kurikulum dan pembelajaran. Kemudian, pembahasan secara terstruktur analogis mengenai stuktur pranata dan proses sosial, prinsip dasar hukum dan pemerintahan, manusia dan lingkungan, pengaruh budaya asing terhadap kebudayaan sejarah perjuangan bangsa, perekonomian, dan pembangunan nasional Indonesia.

Dasar-dasar Ilmu Sosial. (Modul). Yogyakarta: UNY. Mulyana, H.A., Suwanto, Kamaludin, Kosmara, U. (2017). Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan. Jawa Barat: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan PP PAUD dan Dikmas. Muslich, Ahmad. 2019.

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik pada kurikulum tingkat satuan ...

"Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Minoritas Muslim "

Agama menjadi sumbu penggerak kehidupan manusia. Sehingga tradisi keberagamaan melintasi aspek-aspek aktivitas manusia. Tidak saja ketika berada di ruang shalat tetapi menjangkau aspek yang sesungguhnya bukan merupakan ritual shalat itu sendiri. Bahkan dapat saja agama kemudian menjadi bagian dari gerakan politik praktis (Abbas J. Ali, 2009 : 50-65). Pengalaman Australia menunjukkan bisa juga terjadi dimana sekolah menjadi bagian dari gerakan politik dalam artian moral untuk mencapai tujuan yang lebih luas (Neil Cranston, et all, 2010:182-195). Sehingga jikalau faktor agama, politik, dan sekolah bergabung menjadi sebuah kekuatan, maka ini sebuah potensi untuk mengantar para peserta didik untuk menjadi warga dunia untuk kemajuan umat manusia. Buku Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Minoritas Muslim ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

Aturan yang diberlakukan adalah adanya ketentuan bahwa tidak boleh berbahasa daerah dan bahasa Indonesia, demikian pula praktik berbahasa harus sesuai dengan hari yang ditentukan. Kalaupun peraturan ini ditetapkan tetapi tidak diawasi, ...