Sebanyak 116 item atau buku ditemukan

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik pada kurikulum tingkat satuan ...

Evaluasi Pembelajaran

Buku ini terdiri atas 14 Bab yang dibahas secara rinci dalam pembahasan, diantaranya: Konsep Evalusi Pembelajaran, Pengukuran, Penilaian, Tes, dan Evaluasi, Penilaian Kognitif, Penilaian Afektif, Penilaian Psikomotor, Penilaian Berbasis ...

Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Mewujudkan Masyarakat Mandiri: Bintang Pustaka

Islam adalah agama yang komperehensif mengatur seluruh sendi kehidupan manusia, termasuk dalam hal berbuat baik kepada orang lain (filantropi). Adanya syariat zakat, infaq, shadaqah dan wakaf menunjukkan Islam sangat peduli dengan masyarakat, membantu kepada yang miskin dan memperdayakan mereka agar terpenuhi kebutuhannya dan menjadi seorang mustahiq atau wakif.

Islam adalah agama yang komperehensif mengatur seluruh sendi kehidupan manusia, termasuk dalam hal berbuat baik kepada orang lain (filantropi).

Mencandra Metodologi Buku Sumber Ajar Mata Kuliah Pengantar Studi Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam

Fokus utama yang menjadi permasalahan utama atau mayor dalam buku ini adalah bagaimana metodologi buku sumber ajar mata kuliah Pengantar Studi Islam. Hal tersebut ditengarai dari adanya ketidaktepatan kajian dalam Buku Pengantar Studi Islam yang dijadikan pegangan oleh beberapa Perguruan Tinggi Islam. Adapun pertanyaan turunan atau permasalahan minor dari pertanyaan utama tersebut adalah bagaimana kecenderungan paradigma metodologi pada pengajaran agama Islam, bagaimana kecenderungan paradigma metodologi pada pendidikan agama Islam dan bagaimana ketidaktepatan pada kajian Bahan Ajar pengantar Studi Islam Kontemporer.

Fokus utama yang menjadi permasalahan utama atau mayor dalam buku ini adalah bagaimana metodologi buku sumber ajar mata kuliah Pengantar Studi Islam.

Manajemen Sumberdaya Manusia

Etika dan Standar Profesional Sektor Publik

Buku bacaan tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, Etika dan Standar Profesional Sektor Publik ini bertujuan mengungkap pemahaman-pemahaman dasar tentang manajemen sumberdaya manusia, etika dan standar profesional beserta latar belakangnya dikaitkan dengan kontek organisasi publik yakni birokrasi pemerintahan. Oleh karena itu pengertian ”publik” dalam tulisan ini lebih diartikan sebagai bidang (birokrasi) pemerintahan, yakni menyangkut aspek-aspek pengelolaan bidang pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya yang secara teknis tidak dapat ditangani oleh sektor swasta (private), sekaligus sebagai artikulasi kepentingan masyarakat yang dirumuskan dalam kebijakan publik. Dengan sistematika pembahasan yang ada, diharapkan buku ini mampu memberikan pengertian, pemahaman dan ilustrasi secara utuh mengenai fenomena manajemen sumberdaya manusia, etika dan standar profesional dalam teori maupun praktek. Penulis berharap dengan informasi pengetahuan semacam ini akan sangat bermanfaat bagi para mahasiswa di perguruan tinggi maupun para praktisi, khususnya bagi caloncalon pemimpin bangsa yang ingin menekuni bidang studi pembangunan sumberdaya manusia, etika, dan profesionalisme. Bukankah diantara kita semua ini adalah pemimpin, dan setiap pemimpin pasti akan di mintai pertanggungjawaban-Nya atas kepemimpinannya?

Buku bacaan tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, Etika dan Standar Profesional Sektor Publik ini bertujuan mengungkap pemahaman-pemahaman dasar tentang manajemen sumberdaya manusia, etika dan standar profesional beserta latar belakangnya ...

Information Technology Outlook 2000 ICTs, E-commerce and the Information Economy

ICTs, E-commerce and the Information Economy

The OECD Information Technology Outlook 2000 describes the rapid growth in the supply and demand for information technology goods and services and their role in the expanding Internet economy and looks at emerging uses of information technology.

Three modes of payment are considered: electronic payment, electronic banking and electronic billing. ... online banking (use of dedicated software to access banks' computer servers) as well as the emerging Internet banking.

Preparing for Blended E-learning

Blended and online learning skills are rapidly becoming essential for effective teaching and learning in universities and colleges. Covering theory where useful but maintaining an emphasis on practice, this book provides teachers and lecturers with an accessible introduction to e-learning. Beginning by exploring the meaning of 'e-learning', it supports tutors in identifying how they plan to use technology to support courses that blend online and face-to-face interactions. Illustrated by a range of case of studies, the book covers: designing quality, appropriate effective and online learning efficient and sustainable e-learning activity providing appropriate feedback to learners devising student activities and sourcing learning resources managing online and offline interactions Packed with practical advice and ideas, this book provides the core skills and knowledge that teachers in HE and FE need when starting out and further developing their teaching course design for blended and online learning.

Illustrated by a range of case of studies, the book covers: designing quality, appropriate effective and online learning efficient and sustainable e-learning activity providing appropriate feedback to learners devising student activities ...