Sebanyak 103 item atau buku ditemukan

Model(ing) Justice

Perfecting the Promise of International Criminal Law

Considers the ICTY to demonstrate illiberal practices of international criminal tribunals, and proposes a return to process to protect the rule of law.

Considers the ICTY to demonstrate illiberal practices of international criminal tribunals, and proposes a return to process to protect the rule of law.

PENGEMBANGAN ORGANISASI: DIAGNOSIS DAN INTERVENSI

Buku ini adalah mengenai pengembangan organisasi (OD) yang mencakup mengenai keseluruhan proses pengembangan organisasi, yang dimulai dari berbagai pendekatan pengembangan organisasi; entri dan pembuatan kontrak, diagnosis, pengumpulan data, sampai dengan rencana tindakan intervensi, perubahan organisasi dan evaluasi. Buku ini disusun berdasarkan berbagai literatur mengenai OD dan penelitian yang telah dilakukan penulis, maupun pengalaman penulis sebagai konsultan pengembangan organisasi di berbagai jenis organisasi. Buku ini diperuntukkan untuk berbagai golongan, baik bagi peneliti, praktisi di lapangan maupun kalangan profesional, khususnya mereka yang berminat di bidang perubahan organisasi, dan utamanya di peruntukkan bagi mahasiwa yang mengambil mata kuliah Diagnosis dan Intervensi Organisasi maupun Pengembangan Organisasi.

Buku ini adalah mengenai pengembangan organisasi (OD) yang mencakup mengenai keseluruhan proses pengembangan organisasi, yang dimulai dari berbagai pendekatan pengembangan organisasi; entri dan pembuatan kontrak, diagnosis, pengumpulan data ...

SKS Pendalaman Materi Fisika SMA Kelas 10, 11, 12

Pedoman Guru dan Murid

Satu buku yang diterbitkan oleh OZ PRODUCTION ini saja sudah cukup membantu kamu semua untuk mendapatkan hasil maksimal di seluruh Ulangan dan Ujian di kelasmu. Bahkan kamu juga dipastikan mampu dan sanggup untuk mengikuti seluruh ajang Cerdas Cermat di level apa pun. Termasuk level OLIMPIADE di berbagai tingkat kompetisinya. -Lembar Langit Indonesia Group-

Satu buku yang diterbitkan oleh OZ PRODUCTION ini saja sudah cukup membantu kamu semua untuk mendapatkan hasil maksimal di seluruh Ulangan dan Ujian di kelasmu.

Pengertian sejarah

beberapa perbahasan mengenai teori dan kaedah

Kadangkala sains sosial itu dipanggil pula sebagai “ sains ketabiatan ” , ( behavorial science ) , iaitu suatu langkah yang seolah - olah ingin mengaitkannya secara terus dengan sains yang tepat atas hakikat adanya ilmu seperti geografi ...

The Ataxia-telangiectasia Gene Product

Expression, Purification, and Characterization of Recombinant ATM and a Diagnostic Discussion of the ATM ELISA and Disease Pathogenesis

Antologi seni 2003

panorama dan isu dominan seni Indonesia, 1960-2003 : seni musik, seni rupa, seni tari, seni teater, seni prosa, seni lucu, seni puisi

Modern arts and performing arts in Indonesia, 1960-2003; collection of articles.

panorama dan isu dominan seni Indonesia, 1960-2003 : seni musik, seni rupa, seni tari, seni teater, seni prosa, seni lucu, ... enteng bicara soal seks yang dia lakukan sejak masih usia sangat dini , sembilan tahun , tak lagi perawan .

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik pada kurikulum tingkat satuan ...

Evaluasi Pembelajaran

Buku ini terdiri atas 14 Bab yang dibahas secara rinci dalam pembahasan, diantaranya: Konsep Evalusi Pembelajaran, Pengukuran, Penilaian, Tes, dan Evaluasi, Penilaian Kognitif, Penilaian Afektif, Penilaian Psikomotor, Penilaian Berbasis ...