Sebanyak 38289 item atau buku ditemukan

DONGENG KARAKTER POSITIF PAUD : BAWANG MERAH MENCARI BAWANG PUTIH

Harta Bawang Putih sudah habis. Karena itu, Bawang Merah dan ibunya mengusir Bawang Putih dari rumah. Namun, kepergian Bawang Putih sangat merugikan keduanya. Bawang Merah dan ibunya menyesal. Mereka mencari Bawang Putih hingga ke tengah hutan. Akankah Bawang Putih ditemukan?

Harta Bawang Putih sudah habis.

Dongeng Karakter Positif Paud : Malin Kundang Dan Mande Rubayah

Sudah berbulan-bulan sejak Malin Kundang dikutuk menjadi batu. Ibunya, Mande Rubayah, merasa sangat kesepian. Dia berdoa dan berharap anaknya bisa hidup kembali. Akhirnya, Mande Rubayah memutuskan pergi mencari Malin Kundang di hutan. Akankah dia menemukan anaknya kembali? Dongeng Karakter Positif PAUD : Malin Kundang dan Mande Rubayah merupakan cerita lanjutan dari legenda klasik Malin Kundang. Cerita ini cocok untuk dibaca anak pembaca pemula (early reader) karena jumlah teksnya yang telah disesuaikan.

Akhirnya, Mande Rubayah memutuskan pergi mencari Malin Kundang di hutan. Akankah dia menemukan anaknya kembali? Dongeng Karakter Positif PAUD : Malin Kundang dan Mande Rubayah merupakan cerita lanjutan dari legenda klasik Malin Kundang.

URGENSI MODAL SOSIAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER WIRAUSAHA

Pencapaian output pendidikan kewirausahaan diantaranya adalah karakter kewirausahaan yang bertujuan untuk menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan sejak dini dikalangan peserta didik. Rasio kewirausahaan Indonesia masih rendah dibandingkan dengan sesama negara ASEAN. Melihat fenomena ini, penting bagi penyelenggaraan pendidikan untuk secara serius memperhatikan masalah kewirausahaan. Peran modal sosial dalam pengembangan wirausaha telah menjadi bahasan dalam berbagai literature. Modal sosial mendorong aktivitas kewirausahaan untuk mendapatkan peluang, meningkatkan kreatifitas, inovasi dan kinerja. Kebijakan berbasis modal sosial diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan dalam penyelenggaraan pendidikan. Namun dalam prakteknya, modal sosial belum dinilai sebagai aspek penting dalam proses perbaikan kualitas Pendidikan. Pendidikan kewirausahaan bertujuan mengembangkan keterampilan kewirausahaan seperti kreatif dan inovatif, berani mengambil risiko, mengidentifikasi peluang, kepemimpinan, motivasi berprestasi, percaya diri, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Pendidikan kewirausahaan akhir-akhir ini menjadi kajian di berbagai kesempatan, baik melalui diskusi, seminar, lokakarya, dan bahkan dijadikan lesson learn dengan menghadirkan sosok keberhasilan dalam berwirausaha dan sekaligus sebagai bench marking. Hal ini merupakan investasi dari peran modal sosial dengan parameter kepercayaan, norma-norma, dan jaringan-jaringan dalam membangun karakter wirausaha peserta didik. Pembelajaran kewirausahaan tidak hanya sebatas di kelas, akan tetapi langsung kepada dunia nyata dengan mengembangkan jaringan pembelajaran, keterlibatan komunitas publik dan swasta. Peningkatkan karakter kewirausahaan peserta didik dapat dilakukan dengan mendorong akumulasi modal sosial internal dan berbagi pengetahuan untuk membentuk aset kompetitif bagi lembaga Pendidikan. Buku ini hadir untuk memberikan alternatif solusi bagi para guru, dosen maupun peneliti dalam mengembangkan karakter kewirausahaan. Dalam buku ini telah diuraikan secara jelas dalam melaksanakan dan mengintegrasikan pendidikan enterpreneurship kedalam kurikulum yang berorientasi pada pembentukan karakter wirausaha peserta didik. Selain itu menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi lembaga pendidikan, dan praktisi pendidikan dalam menentukan kebijakan tentang implementasi dalam pembentukan karakter wirausaha.

Pencapaian output pendidikan kewirausahaan diantaranya adalah karakter kewirausahaan yang bertujuan untuk menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan sejak dini dikalangan peserta didik.

Cerpen Berbasis Nilai Karakter

Pendidikan karakter yang telah dicanangkan pemerintah dan ditanamkan dalam kurikulum berbasis kompetensi. Hal itu merupakan upaya sistematis internalisasi nilai-nilai keagamaan, moral, budaya, dan pola prilaku positif pada diri siswa agar para siswa dapat hidup dalam lingkungannya sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Nilai-nilai keagamaan, nilai sosial, dan budaya terdapat dalam cerpen, karena cerpen merupakan perwujudan dari gagasan sang pengarang tentang nilai yang ada dan yang seharusnya ada dalam kehidupan manusia. Penguatan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui penyediaan fasilitas sumber belajar yang berupa bahan ajar. Bahan ajar bisa dijadikan sarana untuk internalisasi nilai-nilai karakter yang dapat membentuk prilaku para siswa menjadi insan yang baik. Berlandaskan hal itu, Buku tentang “Cerpen Berbasis Karakter” hadir sebagai pengembangan bahan ajar khususnya materi teks cerpen dilakukan. Pengembangan bahan ajar teks cerpen yang diberi label khusus Internalisasi Nilai memberikan ruang kepada para siswa untuk menyerap informasi nilai dalam bahan ajar atau bahan bacaan tersebut kemudian dilakukan proses internalisasi melalui diskusi dengan kelompoknya, refleksi pada dirinya, dan akhirnya mencoba menginternalisasikan nilai tersebut pada kehidupannya.

Pendidikan karakter yang telah dicanangkan pemerintah dan ditanamkan dalam kurikulum berbasis kompetensi.

Akhlak Muslim Modern

Membangun Karakter Generasi Muda

Sebuah buku yang ditulis secara khusus untuk menyarikan karakter etika/akhlak hidup Nabi Muhamad Saw. Intisari dari budi pekerti nabi yang mulia tersebut kemudian dihubungkan dengan keadaan kehidupan modern di Indonesia. Dari penyusunan itulah kemudian kita mendapatkan jawaban atas pertanyaan “bagaimana generasi Muslim dan Muslimah Indonesia seharusnya hidup sesuai ajaran Islam.” Meneladani pola hidup Rasulullah Saw Adab pergaulan, menghormati orangtua, ramah lingkungan, etika berlalu-lintas Memahami makna jihad secara benar Anti narkoba, terorisme, korupsi, kekerasan Membangun sumberdaya generasi Indonesia yang Islami, toleran, humanis dan nasionalis

Sebuah buku yang ditulis secara khusus untuk menyarikan karakter etika/akhlak hidup Nabi Muhamad Saw.