"Barangkali beberapa hal memang perlu istirahat sejenak, menjeda sedikitnya beberapa hal untuk menepi. Disaat seperti hal ini, aku memutuskan rehat, tanpa pamit ataupun mengabarkan sebab akibatnya. Meninggalkan beberapa hal kecewa dihati orang-orang tersayang. Meninggalkan rasa benci untuk menyelami kasih sayang tanpa rasa ingin dibalaskan.Terimakasih telah menemani sampai sejauh ini, menyumbang semangat untuk aku yg selalu ingin menyerah dan pasrah. Terimkasih telah ada menjadi tameng untuk aku yang lemah dan selalu ingin mengeluh akan segala macam keadaan. Terimakasih telah menjadi paham untuk aku yang tak pernah menjadi apa yg selalu diharapkan. Sekali lagi, aku pamit sejenak. Maaf dan terimakasih. SampaI jumpa lain waktu rain."
Seperti layaknya dalam surah Al-Ikhlas. Tak ada kata Ikhlas di dalamnya, tetapi selalu disebut ikhlas. Begitu juga dengan Vika. Seorang gadis sederhana yang pindah ke Kota Kuningan, kota di mana gadis itu dilahirkan. Bagaimana rasanya jika hubungan yang telah terjalin beberapa tahun, mendadak menjadi hambar bahkan ternyata sudah dikhianati? Bahkan dihadirkan seseorang hingga membuat Vika dan sang pacar harus berpisah karena sang ayah memintanya untuk menikah dengan sosok pemuda agamis tersebut. Apakah hubungannya dengan sang pacar bisa berlanjut? Apakah pengkhianatan sang pacar bisa dimaafkan? Apakah rencana pernikahan yang sudah dijanjikan akan terwujud? Apakah Ikhlas bisa hadir dalam hidupnya, atau malah sebaliknya? Apakah ia bisa menerima keputusan sang ayah dan takdir dari Sang Kuasa? Semuanya akan terjawab di dalam kisah Ikhlas dengan bingkai penuh kisah kasih asmara.
Kisah-kisah singkat beraneka genre dalam buku ini adalah proyek kolaborasi kedua kami sebagai 32 penulis pemula yang berasal dari seluruh Indonesia. Sebagian murni fiksi, sebagian diinspirasi oleh kisah nyata. Walau masih jauh dari sempurna, kami berharap semua kata-kata dari hati yang terangkum dalam buku ini bisa memberi warna baru dalam dunia literasi Indonesia sekaligus inspirasi segar bagi kita semua.
Buku ini berjudul “CD Interaktif Berbudaya Sehat untuk Meningkatkan Kosa Kata Anak Usia 4-5 Tahun”. Buku monograf ini diharapkan bisa menjadi tambahan referensi bagi para akademisi dan masyarakat pada umumnya dalam rangka menambah khasanah pengetahuan tentang media pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini.
Inisiatif “Kata Bersama” (Kalimat Sawa’, Common Word) disuarakan oleh para intelektual dan ulama Islam terkemuka yang ditujukan kepada kalangan Kristiani, menyusul pidato-kontroversial Paus Benediktus XVI di Universitas Regensburg, Jerman, 12 September 2006. Isu utamanya adalah bisakah umat Muslim mencapai titik kesepakatan bahwa mencintai Tuhan dan mencintai sesama adalah keyakinan bersama? Buku “Kata Bersama”—mencakup teori dan aplikasi—mengangkat isu-isu seputar teologi komparatif Islam/Kristen dan pelbagai pandangan tentang bagaimana kedua pemeluk agama ini menjawab tantangan global bersama semisal lingkungan, pembangunan, perempuan, dan hak asasi manusia. Dialog Muslim-Kristen ini sedemikian penting bagi perdamaian global karena kedua komunitas ini meliputi lebih dari separuh penduduk bumi. Tidak akan ada perdamaian dan keadilan dunia tanpa melibatkan pengikut Muhammad dan Isa ini. Apalagi di tengah krisis kemanusiaan global akibat, salah satunya, gejala radikalisme, ekstremisme, dan kekerasan bernuansa keagamaan yang kian menonjol di pelbagai belahan dunia.
Pluralisme dalam konteks negara-bangsa yang majemuk perlu dipahami sebagai kesadaran politis yang memberi “ruang dan kebijakan publik” secara setara kepada semua agama tanpa perlu terjebak dalam relativisme agama.
Buku yang berada di tangan pembaca sekalian ini merupakan sekumpulan catatan kreatif dari para pendidik yang dengan serius dan suntuk memilih ide serta gagasan, lantas mengupayakannya menjadi sekumpulan tulisan
Seperti kita ketahui, kondisi masyarakat di Nusantara, khususnya sejak permulaan hidup bernegara adalah serba majemuk: bersifat multietnik, multiagama, dan multi ideologis. Kemajemukan tersebut menunjukkan adanya berbagai unsur yang ...
Negara kita, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tiap suku memiliki bahasa yang berbeda-beda. Kita sebagai anak bangsa harus menjunjung tinggi Bahasa Indonesia, dikarenakan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan sebagai Bahasa Nasional yang mempersatukan beragam suku bangsa. Seiring dengan perkembangan zaman, lambat laun Bahasa Indonesia sedikit demi sedikit tergantikan. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan Ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928 yang berbunyi : “Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Dari pemikiran seperti itulah akhirnya kami menyusun buku “Sari Kata Bahasa Indonesia Lengkap”, untuk mengingatkan kita akan ikrar pada Sumpah Pemuda, yaitu agar kita terus menjunjung tinggi Bahasa Indonesia. Buku Sari Kata ini juga berfungsi sebagai pendamping buku mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ada. Dikata-kan lengkap karena buku ini berisi semua pembahasan dasar mengenai pelajaran Bahasa Indonesia, yang dilengkapi pula dengan beberapa pengetahuan umum.