Sebanyak 1421 item atau buku ditemukan

Wacana Bahasa dan Sastra

Dua entitas, bahasa dan sastra Indonesia, bukanlah merupakan dualitas. Akan tetapi, merupakan satu-kesatuan jalinan terkait yang tidak terpisahkan. Ini analog dengan penyakit kulit dan kelamin, yang juga tidak dapat dipisahkan. Untuk mempelajari bahasa apa pun secara ideal, sebaiknya memang harus sampai pada mempelajari sastranya. Demikian sebaliknya, mempelajari sastra, tidaklah mungkin tanpa menguasai wahana sastra itu sendiri, yakni bahasanya. Seorang pengarang yang baik, tentunya juga mestinya adalah seorang yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Dengan demikian, bagi seorang pengarang, bahasa sangatlah vital karena merupakan modal utama untuk bersastra. Seorang yang tidak memiliki infrastruktur berbahasa, tidaklah mungkin menjadi pengarang. Secara geneologis, buku ini sebenarnya dirajut dari tulisan-tulisan yang tercerai-berai, yang pernah ditulis pada berbagai forum pertemuan. Sebelum menjadi buku, tulisan-tulisan yang terhimpun dalam buku ini pernah diseminasi dalam berbagai pertemuan ilmiah di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Tulisan ini kemudian dielaborasi dan dijadikan dalam satu buku agar wacana pemikiran bahasa dan sastra ini tersatukan dalam sebuah buku yang utuh.

Sejak masa awal kesusastraan Indonesia tahun 1920-an (masa Balai Pustaka)
hingga perkembangannya yang paling mutakhir menjelang dua dasawarsa
tahun 2000-an, sudah ada berbagai eksplorasi yang tak terkira mengenai
penciptaan ...

Problematika & Solusi Amandemen UUD 1945

"""Amandemen UUD 1945 sungguh problematik, terutama menyangkut keputusan MPR untuk melakukan Amandemen dan implementasi dari keputusan MPR yang tidak konsisten karena menggunakan pendekatan yang sangat praktis, pragmatis, simplistis, dan parsial dalam memahami dan melakukan perubahan terhadap UUD 1945. Buku ini membahas problematik amandemen UUD 1945 dan solusinya secara lugas. Rekomendasinya adalah melakukan lagi perubahan terhadap hasil amandemen dengan dasar, landasan tujuan yang jelas sesuai jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan memberlakukan kembali secara utuh seluruh naskah UUD 1945 maupun penjelasannya, sedangkan dinamika dan tuntutan kebutuhan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara disusun dalam bentuk adendum. Semuanya tertuang dalam konsepsi nasional yang utuh sekaligus menyusun tata naskah konstitusi yang baru."""

Bahasa-bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang
hidup. PERUBAHAN UNDANG-UNDANG D ig BAB ita Pasal lpub lis XVIhin 37 g
/K G - 3 /G C DASAR Telah jelas Catatan: Naskah disalin dari Berita Republik ...

Pengantar Studi Islam Interdisipliner

Islam merupakan agama samawi yang bukan sekedar berisikan ajaran keagamaan yang menjurus pada ritual persembahan serta menuntut penegakan syari‘at. Tetapi menurut fakta sejarah peradaban Islam telah lama mengalami perkembangan menjadi sebuah disiplin ilmu. Karena segala hal yang berhubungan dengan Islam ini sangat menarik untuk dijadikan objek studi, dunia Barat sejak lama menyimpan hasrat besar untuk memahami eksistensi, kecenderungan, gejolak dan arah agama besar yang sejak lama telah menunjukkan pesonanya ini melalui kajian-kajian serius yang dilakukan para Islamolog, orientalis dan belakangan Islamisis baik yang jujur maupun tendesius, yang agak obyektif atau subyektif, yang agak netral maupun yang bertujuan mendistrosi dan mengaburkan pengertian Islam atau yang ―murni demi kepentingan ilmu.‖ Dalam kajiannya itu, dunia Barat kemudian menyebutnya Islamic Studies. H.A.R Gibb menyatakan “Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization ungkapan Gibb ini tercatat dalam bukunya Wither Islam? A Survey of Modern Movements in the Moslem World. Dengan demikian, pesatnya perkembangan studi Islam disebabkan agama ini tidak hanya memainkan perannya sebagai ajaran teologi dan spiritual belaka namun juga yang terkenal adalah peradaban yang lengkap. Dan Gerhard Endress menulis bahwasanya selain penelitian sejarah, studi Islam telah mantap sebagai disiplin keilmuan. Sebuah disiplin ilmu adalah sebuah perkembangan yang tak mungkin dihindari sebagai kekuatan sejarah. Melalui tradisi kesarjanaan yang panjang di Barat, menurut Edward Said, studi Islam, tradisi akademik tentang ketimuran atau gambaran tentang Timur telah direkonstruksi dan didominasi oleh konsepsi-konsepsi Barat yang ia sebut orientalism. Melaui orientalisme, Barat telah mengukuhkan dominasi sosial, politik dan kebudayaan selama berabad-abad atas dunia Timur. Karenanya, Timur dianggap ada karena usaha-usaha kesarjanaan Barat. ―The Orient was almost a European invetions, and had been since antiquity a place of romance, exotic being, haunting memories and landscape, remarkable experiences.” Dominasi ini baik di Amerika maupun di Eropa tampak pada perhatian Barat yang menaruh minatnya yang tinggi tentang keislaman dan ketimuran. Pada abad ke-20, minat dan dominasi itu ditunjukkan oleh pendirian Departement of Islamic Studies, Religious Studies atau Asian Studies di berbagai universitas di Barat baik di Amerika Serikat, Eropa dan Australia. Universitas-universitas seperti University of California of Los Angelos (UCLA), Chicago University, Princeton University, Columbia University, Harvard University, Yale University, Temple University, Ohio State University di Amerika Serikat; Faculty of Islamic Studies University of McGill di Kanada; SOAS London University di Inggris; Sorbone University di Perancis; Flinders University, Monash University dan Autsralian National Universtiy di Australia, menyediakan dan menyelenggarakan kajian-kajian keislaman dalam berbagai aspeknya atau studi kawasan dunia Islam dengan segala fasilitas perpustakaan yang lengkap dan metodologi yang lebih maju dibanding di negara-negara Muslim sendiri. Studi Islam (Islamic Studies), terlepas dari kecurigaan yang muncul, Buku ini akan mengulas secara lebih sistematis tentang studi Islam, agama, urgensi, tujuan, ruang lingkup, pembidangannya, dan bertujuan melakukan pendekatan atau kajian-kajian keislaman secara metodologis-akademis dan dari berbagai sudut pandang seperti fenomena Islam. Selain itu hal-hal yang berkenaan dengan sosial kebudayaan dan terutama aspek kesejarahan Islam dalam panggung peradaban dunia dan Indonesia hingga tema Islam Nusantara Berkemajuan meski belum secara holistic dibahas akan tetapi cukup dapat memantik semangat mahasiswa untuk melakukan kajian/studi lanjutan.

Islam merupakan agama samawi yang bukan sekedar berisikan ajaran keagamaan yang menjurus pada ritual persembahan serta menuntut penegakan syari‘at.

Not a Chimp

The hunt to find the genes that make us human

Humans are primates, and our closest relatives are the other African apes - chimpanzees closest of all. With the mapping of the human genome, and that of the chimp, a direct comparison of the differences between the two, letter by letter along the billions of As, Gs, Cs, and Ts of the DNA code, has led to the widely vaunted claim that we differ from chimps by a mere 1.6% of our genetic code. A mere hair's breadth genetically! To a rather older tradition of anthropomorphizing chimps, trying to get them to speak, dressing them up for 'tea parties', was added the stamp of genetic confirmation. It also began an international race to find that handful of genes that make up the difference - the genes that make us uniquely human. But what does that 1.6% really mean? And should it really lead us to consider extending limited human rights to chimps, as some have suggested? Are we, after all, just chimps with a few genetic tweaks? Is our language and our technology just an extension of the grunts and ant-collecting sticks of chimps? In this book, Jeremy Taylor sketches the picture that is emerging from cutting edge research in genetics, animal behaviour, and other fields. The indications are that the so-called 1.6% is much larger and leads to profound differences between the two species. We shared a common ancestor with chimps some 6-7 million years ago, but we humans have been racing away ever since. One in ten of our genes, says Taylor, has undergone evolution in the past 40,000 years! Some of the changes that happened since we split from chimpanzees are to genes that control the way whole orchestras of other genes are switched on and off, and where. Taylor shows, using studies of certain genes now associated with speech and with brain development and activity, that the story looks to be much more complicated than we first thought. This rapidly changing and exciting field has recently discovered a host of genetic mechanisms that make us different from other apes. As Taylor points out, for too long we have let our sentimentality for chimps get in the way of our understanding. Chimps use tools, but so do crows. Certainly chimps are our closest genetic relatives. But relatively small differences in genetic code can lead to profound differences in cognition and behaviour. Our abilities give us the responsibility to protect and preserve the natural world, including endangered primates. But for the purposes of human society and human concepts such as rights, let's not pretend that chimps are humans uneducated and undressed. We've changed a lot in those 12 million years.

In this book, Jeremy Taylor sketches the picture that is emerging from cutting edge research in genetics, animal behaviour, and other fields.

The World in a City

Toronto is perhaps the most multicultural city in the world. The process of settlement and integration in modern-day Toronto is, however, more difficult for recent immigrants than it was for those newcomers arriving in previous decades. Many challenges face newly settled immigrants, top among them access to healthcare, education, employment, housing, and other economic and community services. The concept of social exclusion opens up promising ways to analyze the various challenges facing newcomers and The World in a City explores Toronto's ability to sustain a civic society. This collection of essays highlights why the need to pay more attention to certain at-risk groups, and the importance of adapting policy to fit the changing settlement and clustering patterns of newcomers is of crucial importance. The authors' findings demonstrate that there are many obstacles to providing opportunity for immigrants, low resource bases in particular. Toronto, they suggest, does not provide a level 'playing field' for its newly arrived inhabitants, and, in failing to recognize the particular needs of new communities, fails to ensure a growth that would be of immense benefit to the city as a whole.

This collection of essays highlights why the need to pay more attention to certain at-risk groups, and the importance of adapting policy to fit the changing settlement and clustering patterns of newcomers is of crucial importance.

Perubahan sosial

dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat

Impact of technology development on social conditions in Indonesia.

Impact of technology development on social conditions in Indonesia.

Teori dan Strategi Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Setiap menitnya selalu terjadi perubahan yang ada di masyarakat, dan berjalan begitu cepat. Sayangnya perubahan itu sering kali tidak terkendali sehingga menyebabkan progress paradox (maju, namun banyak permasalahan). Jika kita tidak mengikuti perubahan itu maka kita akan tertinggal, stagnan, bahkan terlindas. Akan tetapi, jika kita terus mengikuti perubahan itu sendiri tanpa memahami berbagai hakikatnya maka juga dapat menimbulkan berbagai masalah. Oleh karena itu, memahami perubahan sosial begitu diperlukan agar dapat melihat berbagai strategi, peluang, motif, dan ancaman sehingga kita dapat menghadapi dan mengakomodir perubahan itu sendiri dengan baik. Buku Teori dan Strategi Perubahan Sosial ini menjelaskan hal tersebut lebih lengkap, agar masyarakat dapat memahami realitas dan menyesuaikan dengan berbagai perubahan sosial yang ada.

Buku Teori dan Strategi Perubahan Sosial ini menjelaskan hal tersebut lebih lengkap, agar masyarakat dapat memahami realitas dan menyesuaikan dengan berbagai perubahan sosial yang ada.

Pemetaan Sosial Menuju Desa Berketahanan Sosial Melalui Penyuluh Sosial Masyarakat Sebagai Agen Perubahan

Penyuluh sosial masyarakat memegang peranan penting dalam masyarakat demi terwujudnya desa berketahanan sosial sebagai jembatan komunikasi dan informasi dari pemerintah kepada masyarakat. Di samping itu, penyuluh sosial masyarakat juga berfungsi sebagai agen pemberi motivasi dan edukasi dalam membantu masyarakat berpartisipasi di desa. Dengan kata lain, penyuluh sosial masyarakat juga menjadi agen perubahan di desanya. Untuk mendukung kebijakan tersebut, diperlukan data dan informasi tentang masalah, potensi dan sumber daya di 7 provinsi yang akan menjadi bahan penyusunan kebijakan teknis Pusat Penyuluhan Sosial, dan rencana aksi bagi penyuluh sosial masyarakat menuju Desa Berketahanan Sosial. Sehubungan dengan itu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial bersama dengan Pusat Penyuluhan Sosial melaksanakan pemetaan sosial yang memfokuskan pada masalah, potensi dan sumber daya sosial serta kesiapan calon penyuluh sosial masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketujuh kabupaten lokasi penelitian memiliki keunikannya masing-masing. Meski memiliki permasalahan yang hampir sama, tetapi tentu memiliki tingkatan darurat yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan penanganan atau pendekatan yang berbeda. Namun yang terpenting para penyuluh sosial masyarakat telah mampu menunjukkan kapasitasnya dalam memahami kondisi di desa mereka masing-masing. Kesadaran mereka akan kondisi desa ini mampu menjadi dasar untuk menerima pelatihan kapasitas sebagai penyuluh sosial masyarakat. Mereka perlu dikembangkan, dibina, dan diperkuat kemampuannya agar dapat berperan besar bagi perubahan sosial yang lebih baik di desa mereka masing-masing.

Pekerja Sosial profesional c. Relawan Sosial d. Penyuluh Sosial Menurut pasal
14 dari Peraturan Menteri Sosial nomor 16 tahun 2017 tentang Standar Nasional
Sumber Daya Manusia Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, disebutkan ...

Selected Papers on "Science and Islam".

... in rahmatan lil - alamin i . e . welfare for all ( 19 . . . ) In the course of more than
forty years , physicists have shown opposition in the verbal orientation of the
mathematical framework of quantum theory , a consistent and accurate
description of ...

Islam, Friend Or Foe?

In this study, Emilio Platti dares to enquire directly into the compatibility between Islam and Christianity, as well as between Islam and modernity. He insists that the best way to answer such questions is to return to the origins of the Islamic tradition. What precisely does the Qur'an have to say about Christians? How can we explain the resentment towards the 'West' that seems to characterize some Muslims? Does the so-called clash of civilizations have its roots in Islamic theology? How did the negative portrait of Muslims that was characteristic of the Latin Middle Ages come about? Is it possible to speak in a 'monolithic' fashion about Islam? Is it really the case that Muslims must set about developing a new identity? What is the relationship between Islamic law and modern theories of human rights? What does it mean to be a 'believer' and might this not be the real heart of the tensions and controversies that mark so much of the contemporary encounter between Islam and the West? Platti's study engages both classical and contemporary readings of the Islamic tradition and offers a nuanced and challenging view not only of its past, but of its present and of the directions it might take in the years ahead.

The Qur'ānic use of the divine attribute Rahma is thus anchored in a broad
biblical context. We should be careful not to forget in this regard that mercifulness
, Rahma, is an eminently feminine attribute, also according to a number of Qur'ân
 ...