Sebanyak 598 item atau buku ditemukan

Jurnal Ph.D. Mama

Buku yang sangat inspiratif! Bangsa Indonesia patut bangga memiliki para wanita pejuang yang ulet, cerdas, dan tangguh. Semua ini membuktikan bahwa perempuan mampu meski banyak hal menghalang. Kita perlu meningkatkan kebijakan publik dan pemihakan agar perempuan Indonesia dapat terus mampu memajukan dirinya dan ikut memajukan bangsa dan negara. –Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI. Ketika dewasa ini perempuan Indonesia makin dituntut untuk memiliki gelar akademis tertinggi untuk menempati berbagai jabatan publik dan menghadapi benturan dengan peranan mereka di dalam rumah tangga, para tokoh perempuan yang digambarkan dalam buku ini membuktikan bahwa dengan ketekunan, ketangguhan, kesabaran, dan kerja sama saling mengisi yang penuh pengertian bersama para suami masing-masing, mereka dapat berhasil mencapai kedua tuntutan itu. –Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI periode 2004-2009. Membaca tulisan-tulisan di buku Jurnal Ph.D. Mama ini, saya seperti menjenguk lagi perjalanan panjang saya sendiri. Benang merahnya sangat jelas: perempuan senantiasa menghadapi tantangan yang sangat khas ketika menjalani pendidikan doktoral di negeri asing. Stigma, ekspektasi sosial, budaya, dan agama yang melekat kuat dan tuntutan agar menyelesaikan pendidikan dengan baik, ditanggung secara bersamaan. Tetapi perempuan adalah makhluk yang asyik, tahan banting, dan selalu mengutamakan kebersamaan, karenanya perjalanan Ph.D. Mama senantiasa dikenang sebagai salah satu etape kehidupan yang mendewasakan, membanggakan, dan disyukuri. –Lily Yulianti Farid, Pendiri Makassar International Writers Festival. This book presents the struggles and joys of Indonesian women as they work towards achieving their aim: a Ph.D. The stories are often heart-wrenching, but in the end the struggle is worthwhile. –Lyn Parker, Professor of Asian Studies, The University of Western Australia.

This book presents the struggles and joys of Indonesian women as they work towards achieving their aim: a Ph.D. The stories are often heart-wrenching, but in the end the struggle is worthwhile. –Lyn Parker, Professor of Asian Studies, The ...

TeenLit: Jurnal Jo#2: Online

Jo Wilisgiri kembali lagi! Kali ini kehidupan masa SMP-nya heboh dengan... nggak lain dan nggak bukan... Facebook! Gimana nggak? Sekarang rasanya dia dan sahabatnya lebih sering ngobrol via chatti ng dan FB daripada mengobrol real time di dunia nyata. Belum lagi ayahnya yang guru bahasa Jawa mau ikut-ikutan buka akun FB pula! Eh, tapi kehidupan dunia nyata Jo juga masih heboh kok. Misalnya saat dia dan Nadine ti ba-ti ba ditunjuk jadi ketua kegiatan sosial di kelasnya. Waduh, susah banget kan mesti kerja sama kalau di FB saja mereka musuhan? Belum lagi Rajiv yang rajin meminjamkan ini-itu pada Jo. Mulai dari raket bulu tangkis, sampai ke HP. Jangan-jangan Rajiv suka sama Jo, lagi. Tapi, Jo naksir Rajiv nggak ya? Hah, mau di dunia nyata mau di dunia maya, hidup Jo sama ribetnya!

Jo Wilisgiri kembali lagi!

Jurnal din China

„Opera lui Milescu nu este numai ziarul plin de peripetii al unei ambasade trimise in misiune diplomatica in China ci este in acelasi timp o carte moderna de explorare stiintifica a unor tinuturi pana atunci putin cunoscute europenilor. Calatorind pe drumuri necunoscute printre popoare si rase diferite vaslind pe rauri pe care nu mai vaslise nici un european pana la el curiozitatea vesnic treaza a acestui moldovean din secolul al XVII-lea se opreste asupra configuratiei solului descrie in amanunt raurile pe care le strabate noteaza aspectul particular al muntilor face masuratori topografice. Dar pe Milescu nu-l intereseaza numai aspectul geografic al tinuturilor ci si cel etnografic. Privirea lui iscoditoare cauta sa prinda si viata specific omeneasca pe care o traiesc populatiile asa de variate ca infatisare pe acele indepartate meleaguri: ocupatia armele manifestarile religioase superstitiile. Opera aceasta i-a castigat pe drept lui Milescu un renume european.“ – N. Cartojan „Nicolae Milescu Spatarul si-a scris lucrarile in timpul calatoriei sale cu multe popasuri intre 3 mai 1675 plecarea din Tobolsk si 5 ianuarie 1678 intoarcerea la Moscova. Primele doua cele care cuprindeau insemnarile asupra drumului prin Siberia si raportul oficial asupra misiunii sale diplomatice adica Jurnalul de calatorie in China au fost predate indata dupa sosirea la Moscova aceasta fiind obligatia de serviciu. Descrierea Chinei a fost predata mai tarziu dupa ce a revazut-o ea a contribuit mult la reabilitarea Spatarului cazut in dizgratia noii stapaniri a statului rus dupa moartea tarului Aleksei Mihailovici si odata cu caderea de la putere a sustinatorului sau Artemon Matveev. Asa se explica si de ce Jurnalul de calatorie... a fost cunoscut multa vreme doar indirect in schimb Descrierea Chinei a circulat in numeroase copii manucrise rusesti si grecesti inca din secolul al XVII-lea deoarece calatoria si lucrarile Spatarului au starnit nu numai interesul politico-economic al statelor europene ci si interesul stiintific al multor oameni de cultura ai timpului... Astfel cele trei lucrari ale lui Nicolae Milescu Spatarul - printre cele mai insemnate din intreaga lui activitate carturareasca - desi nu au fost scrise in romaneste sunt opera unui invatat roman care prin bogatia de informatii inedite asupra Siberiei si Chinei prin seriozitatea stiintifica si prin frumusetea expunerii il asaza printre marile figuri ale culturii universale din secolele al XVII-lea si al XVIII-lea.“ – Istoria literaturii romane vol. II Editura Academiei Romane Bucuresti 1964 p. 469.

„Opera lui Milescu nu este numai ziarul plin de peripetii al unei ambasade trimise in misiune diplomatica in China ci este in acelasi timp o carte moderna de explorare stiintifica a unor tinuturi pana atunci putin cunoscute europenilor.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia & Pembentukan Istilah

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) yang menjadi pedoman penggunaan bahasa Indonesia sejak tahun 1972 kini sudah resmi tidak berlaku. EYD sudah diperbarui menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), terhitung sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan Pembentukan Istilah ini merupakan rujukan dasar bagi mereka yang ingin mahir dalam dunia tulis-menulis. Dalam buku ini, dibahas hal-hal yang berkaitan dengan ejaan: pemakain huruf, tanda baca, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan lain-lain berdasarkan Permendikbud nomor 50 Tahun 2015. Buku ini juga dilengkapi dengan pedoman pembentukan istilah yang berdasar pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia 144/U/2004 tentang Penyempurnaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Selain PUEBI dan pedoman pembentukan istilah, dalam buku ini juga disertai dengan sistematika penyusunan karya tulis ilmiah. Buku ini wajib dimiliki oleh para pelajar, mahasiswa, guru, dosen, wartawan, sekretaris, dan masyarakat umum sebagai pedoman penulisan bahasa Indonesia. Dengan mematuhi prinsip-prinsip PUEBI dan pembentukan istilah, pemakai bahasa Indonesia akan mampu mempertanggungjawabkan tulisannya secara baik dan benar.

Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan Pembentukan Istilah ini merupakan rujukan dasar bagi mereka yang ingin mahir dalam dunia tulis-menulis.

Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

Tulisan ini merupakan kumpulan dari materi kuliah yang sering kami ajarkan kepada mahasiswa dan diterbitkan untuk keperluan perkuliahan, kalangan mahasiswa dan masyarakat, serta praktisi juga untuk memperkaya kepustakaan kita, melalui tulisan ini juga diharapkan dapat membantu memperoleh pemahaman dasar dalam membentuk karakter anak bangsa yang terus berkembang dari masa kemasa. Selanjutnya terima kasih disampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Andi Tarmudi dan Ibunda Siti Hajat dan terkhusus ucapan terima kasih disampaikan kepada Istri Penulis, Nurhayani. AM.Keb dan Anakku Afif yang selalu memberikan dukungan dan motivasi semoga buku ini menjadi inspirasi dalam membina masa depan yang lebih cemerlang.

Tulisan ini merupakan kumpulan dari materi kuliah yang sering kami ajarkan kepada mahasiswa dan diterbitkan untuk keperluan perkuliahan, kalangan mahasiswa dan masyarakat, serta praktisi juga untuk memperkaya kepustakaan kita, melalui ...

Foto Jurnalistik

"""Barangsiapa yang tersesat dalam rimba belantara fotografi jurnalistik Indonesia, segera temukan kunci wasiat untuk menguaknya—kunci yang mengantar kita ke ujung labirin dunia jurnalisme visual yang penuh rambu buram nan misterius. Buku ini menghamparkan peta jalan menuju oase fotografi jurnalistik yang disajikan dengan canggih dari catatan sejarah global dan di tanah air, baik ditinjau dari pendekatan teknis visual maupun kandungan profesionalnya. Kita berutang dahaga pengetahuan kepada Taufan, yang telah bersusah payah mengisi kelangkaan referensi jurnalisme fotografi Indonesia yang selama ini telah alpa dilakukan oleh para pelaku industri pers, yang raksasa sekalipun, di tanah air. — Oscar Motuloh, Galeri Foto Jurnalistik Antara Ini adalah sebuah buku paling komprehensif dan terkini yang mengupas tentang foto jurnalistik. Pembahasannya terstruktur dengan baik dan beralur rapi, sehingga memudahkan siapa pun untuk memahami soal wartawan foto dan foto jurnalistik. Sebaiknya buku ini menjadi buku wajib bagi dosen dan mahasiswa jurusan jurnalistik, serta referensi bagi siapa pun yang ingin tahu soal foto jurnalistik. — Beawiharta, Fotografer REUTERS Bacaan yang menarik, bermanfaat, dan wajib dibaca fotografer yang ingin terjun ke dunia foto jurnalistik secara total. Dengan pemaparan yang menyeluruh dan mendetail, buku ini memudahkan pembaca memahami seluk beluk dunia foto jurnalistik dan penerapannya di lapangan. — Agus Susanto, KOMPAS Ini buku keren! Karya jurnalis foto yang tak hanya piawai memotret tetapi juga cakap menulis buku tentang foto jurnalistik. Namanya Taufan Wijaya. — Eko Maryadi, Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 2011-2014 Suatu riset yang tekun telah berhasil menghadiahkan buku ini kepada khalayak pelajar, mahasiswa, praktisi, dan pemerhati fotografi jurnalistik. Ini adalah bacaan yang bermanfaat, terutama kini, kala media sosial dan tren jurnalisme warga mengemuka, kala perkembangan teknologi dan evolusi media pemberitaan membuat peran fotografi jurnalistik sebagai pengantar berita dan cerita kembali diwacanakan. — Reynold Sumayku, National Geographic Indonesia Taufan Wijaya menerangkan kekuatan foto dalam jurnalisme—dari sejarah 1877 ketika satu harian New York pertama kali menggunakan foto sampai 2010 ketika seorang fotografer dengan jeli merekam Gayus Tambunan, seorang terpidana yang tengah ditahan di Jakarta namun bisa menyaksikan pertandingan tenis di Bali. — Andreas Harsono, Yayasan Pantau"""

Ini adalah bacaan yang bermanfaat, terutama kini, kala media sosial dan tren jurnalisme warga mengemuka, kala perkembangan teknologi dan evolusi media pemberitaan membuat peran fotografi jurnalistik sebagai pengantar berita dan cerita ...

The Question of Red: A Novel (Edisi Bahasa Inggris)

"""The Question of Red tells the story of two lovers, Amba and Bhisma, driven apart by one of the bloodiest Communist purges in the 20th century—the massacres that took place in Indonesia between 1965 and 1968 in which some 1 million people were killed. From rural Java and Yogyakarta to the prison camps of Buru Island, where some 12,000 alleged Communists were incarcerated without trial during the Suharto administration, the lives of the central characters interpret the Mahabharata—that timeless allegory of war within a family—with a modern twist. Published in Indonesian last year as Amba: Sebuah Novel, Laksmi Pamuntjak’s novel has enjoyed three reprinting within four months. Laksmi Pamuntjak has published two collections of poetry, Ellipsis (2005), recommended by Suhayl Saadi in the Herald UK Books of the Year pages, and The Anagram (2007), as well as Perang, Langit dan Dua Perempuan (2006), a treatise on violence and the Iliad, the short story collection The Diary of R.S.: Musings on Art (2006), and four editions of the award-winning Jakarta Good Food Guide. Co-founder of Aksara Bookstore, Pamuntjak has participated in numerous international literary events. Her poems, short stories and essays have also been published in several international journals, including the preface to Not a Muse: International Anthology of Women’s Poetry (2008). In 2012 she was selected as the Indonesian representative at the Poetry Parnassus/ Cultural Olympiad in London, held in conjunction with the London Olympics. """

"""The Question of Red tells the story of two lovers, Amba and Bhisma, driven apart by one of the bloodiest Communist purges in the 20th century—the massacres that took place in Indonesia between 1965 and 1968 in which some 1 million ...

Karyamin's Smile (Versi Bahasa Inggris)

This short story collection contains 13 short stories by Ahmad Tohari which were written between 1976 and 1986. Like his previous works, in this collection Tohari stays true to his path and presents the village life as well as the daily struggles of the poor and innocent people. As what has been described in the “Foreword”, Tohari’s strength lies in the village setting which is rich with intricate details about the local plants and animals. Apart from that, Tohari’s style is clear, direct, and simple although his stories also apply strong metaphors and irony.

This short story collection contains 13 short stories by Ahmad Tohari which were written between 1976 and 1986.

The Last Crowd *Edisi Bahasa Inggris Dari Kerumunan Terakhir

A story of human confusion in the midst of a fast-changing digital era, when humans don’t have much chance to stop, look back, and contemplate. Moving from one crowd to another, from connecting to alienating, we flock to the future and leave the past behind. Technology has transformed human civilisation. Social network is the new world, where tremendous amount of time is spent running away from the harsh reality of life lled with defeat and absurdity. The novel portrays a young Generation Y, who lives in two worlds with blurring boundaries. Unable to distinguish what's real and what's virtual, Jayanegara falls into the trap of hope and illusion of cyberspace. As the rst Indonesian novel that explores the pressing issue of human existence in an era where modern technology consumes our existence, The Last Crowd cleverly unravels our deepest fears and desires: loneliness, isolation, and an innate obsession to be whoever we want to be on screens.

Social network is the new world, where tremendous amount of time is spent running away from the harsh reality of life lled with defeat and absurdity. The novel portrays a young Generation Y, who lives in two worlds with blurring boundaries.

Annisa - Edisi Bahasa Inggris

A young Indonesian woman with an ailing mother and a celebrity father whose moon is on the wane. A painful family secret dragged into the open, a subversive Western lecturer, and nowhere else to turn. A steady drift into dangerous waters, a choice between black and white when everything seems grey. ‘A simple and perceptive drama, Annisa shines a light on social matters close to the hearts of many Indonesians.’ Muzakkir Husain, Berita Satu

A young Indonesian woman with an ailing mother and a celebrity father whose moon is on the wane.