Sebanyak 250 item atau buku ditemukan

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN BUDAYA PADA ANAK USIA DINI

Penanaman nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas) yang akan menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan dan pembudayaan, sehingga pendidikan karakter bangsa sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas. Buku ini disusun untuk menjadi rujukan atau pijakan bagi para fasilitator yang akan menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah dan mengimbaskannya ke sekolah sekitar. Fasilitator utama yang bisa memberikan pelatihan buku ini adalah Kepala Sekolah, Guru, Pengawas, dan Komite Sekolah. Fasilitator dapat memanfaatkan buku ini sebagai sumber pembelajaran mandiri untuk memahami program PPK sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

Pembentukan karakter yang berbasis kearifan lokal bagi anak usai dini dapat diibaratkan menjadi binaragawan (body buyilder) yang memerlukan otot-otot akhlak yang harus ditempa secara terus menerus agar menjadi kuat dan kokoh baik secara ...

Ayah Terlibat Keluarga Hebat Jurus Jitu Membangun Pendidikan Karakter Pada Anak

Keluarga adalah pendidikan pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak. Keluarga sebagai wahana utama dalam memberikan pengasuhan kepada anak berperan penting untuk membangun karakter bangsa yang mulia. Keluarga dituntut mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif. Bermula dari keluarga, anak akan membentuk karakternya. Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu dan anak. Lebih dari itu, keluarga merupakan wahana awal pembentukan moral serta karakter manusia. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam menjalani hidup bergantung pada berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan. Rendahnya keterlibatan ayah dalam hal pengasuhan anak di dalam keluarga erat kaitannya dengan kondisi pekerjaan ayah. Peran ayah dalam keluarga, khususnya dalam hal pengasuhan anak pada era saat ini menjadi sangat penting guna mendukung sang ibu. Pentingnya peran ayah dalan proses tumbuh kembang anak juga direkomendasikan UNICEF. Dukungan ayah sangat penting dalam membentuk karakter psikologi danprestasi anak di sekolah. Peran ayah selama ini dinilai kurang, padahal anak perlu pengawalan ayah untuk melindungi dari dinamika lingkungan.

Keluarga adalah pendidikan pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak.

Urgensi pendidikan karakter di Indonesia

revitalisasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan belajar dan kemajuan bangsa

On character building education in Indonesia.

On character building education in Indonesia.

Pendidikan karakter dalam pembelajaran penjas

Karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang. Ia dibangun oleh pengetahuan, pengalaman, serta penilaian terhadap pengalaman itu. Kepribadian dan karakter yang baik merupakan interaksi seluruh totalitas manusia. Kegiatan untuk membangun karakter siswa di komunitas sekolah tidak hanya meningkatkan kehidupan siswa, tetapi juga seluruh lingkungan sekolah. Banyak dari ide kegiatan pendidikan karakter dapat dikerjakan dengan lancar ke dalam waktu di kelas, menjadikan pendidikan karakter sebagai bagian dari partisipasi kelas sehari-hari. Kegiatan dan permainan edukasi karakter yang direncanakan membentuk perilaku siswa dan dapat membuat perbedaan di tahun-tahun mendatang dalam kehidupan siswa.

Karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang.

Ancangan dan Best Practice Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi

Karakter dipahami sebagai hal yang sangat mendasar bagi keberadaan suatu bangsa. Dengan pendidikan karakter, berbagai spirit dan nilai ideal suatu bangsa ditanamkan dan dikembangkan. Buku ini merupakan buku seri ke-2, sebagai kelanjutan dan pemerlengkap dari buku seri ke-1, yang hadir karena diilhami oleh pentingnya menanamkan dan menguatkan jati diri bangsa dengan nilai-nilai karakter luhur pada diri generasi muda. Isi buku ini didasarkan pada kajian teoretik dan penelitian lapangan dalam kerangka rekayasa sosial model pendidikan karakter bangsa berbasis kearifan lokal dan civic virtue bagi penguatan sumber daya manusia dan daya saing bangsa di perguruan tinggi yang penulis lakukan secara intensif selama tiga tahun terakhir ini. Buku ini dimaksudkan juga sebagai pendeskripsian dan pemaknaan atas praktik pendidikan karakter di tiga perguruan tinggi di Indonesia. Pembahasan dan penguaraiannya berfokus pada persoalan landasan pengembangan, nilai yang dikembangkan, dan program/kegiatan yang dikembangkan dalam pendidikan karakter oleh ketiga perguruan tinggi tersebut, sebagai ANCANGAN DAN BEST PRACTICES. Buku ini layak dibaca bagi pemerhati dan pengembang pendidikan karakter. Bukan hanya yang berkecimpung di pendidikan tinggi. Pengembang pendidikan karakter di tingkat sekolah menengah dapat pula mengambil hikmah, tentu dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian secara proporsional dan kontekstual. Secara keseluruhan, buku ini bermanfaat menambah wawasansecara komprehensif, faktual, dan inspiratif dalam penguatan pendidikan karakter yang sedang aktual sekarang.

Karakter dipahami sebagai hal yang sangat mendasar bagi keberadaan suatu bangsa.

Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Hindu Pada Anak Usia Dini

Proses internalisasi nilai karakter Hindu pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Jambe Kumara Kabupaten Gianyar dilakukan oleh pihak sekolah melalui kegiatan pembiasaan, keteladanan (modeling), pengembangan budaya sekolah serta kegiatan ekstra kurikuler. Hambatan yang dihadapi oleh guru PAUD dalam menginternalisasikan nilai karakter Hindu pada anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Jambe Kumara adalah (1) Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan biologis serta faktor psikologis, (2) Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses penerapan karakter Hindu pada anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi internalisasi nilai karakter yaitu faktor dari keluarga, faktor lingkungan pendidikan dan faktor lingkungan masyarakat. Upaya untuk mengatasi hambatan yang dihadapi guru PAUD dalam menginternalisasikan nilai karakter Hindu pada anak usia dini yaitu dengan pengembangan kultur sekolah (caring community) dan pengembangan pendidik yang profesional. Dampak internalisasi nilai karakter Hindu pada anak usia dini Taman Kanak-Kanak Jambe Kumara Kabupaten Gianyar yaitu (1)Terbentuknya karakter anak usia dini yang religius (sraddha), (2)Terbentuknya karakter anak usia dini yang disiplin (yoga sadhana), (3) Terbentuknya karakter anak usia dini yang mandiri (rtvig rtvijam), (4) Terbentuknya karakter anak usia dini yang ramah tamah (samiksantam).

Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, ...

STRATEGI TAKTIS PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI

Negara-negara maju telah meninggalkan kita. Mereka bagaikan telah mengendarai mobil dengan laju kecepatan 100 km/perjam sehingga sudah jauh ke depan, sementara kita masih mengendarai kendaraan dengan laju kecepatan 40 km perjam. Untuk mengejar ketertinggalan, kita harus memacu mobil yang kita kendarai semaksimal mungkin, dalam arti mengerahkan segala pikiran dan tenaga secara konsisten dan terfokus. Sejauh ini kita sudah belajar dengan kemajuan negara-negara lain, hanya saja masih dalam merespons dinamika masa depan diperlukan totalitas perubahan orientasi sikap dalam memperbaiki kemerosotan bangsa, melalui upaya yang lebih dikenal dengan revolusi mental. Revolusi mental ditandai oleh perubahan pola pikir dan perilaku yang berkebalikan: dari negatif ke positif, dari malas ke kerja keras, dari melanggar hukum ke taat hukum, dari tak disiplin ke disiplin tinggi, dari bohong ke jujur, dari korupsi ke antikorupsi, dari konflik ke harmoni-konsensus, dari prasangka ke saling percaya, dari tidak punya tanggung jawab ke bertanggung jawab, dari terkungkung masa silam ke berorientasi masa depan, dan seterusnya. Revolusi mental saat ini dibutuhkan dalam menggenjot laju kemajuan bangsa dalam mengejar ketinggalan kita dibandingkan bangsabangsa lain. Dalam konteks ini diperlukan pendidikan karakter yang mengembangkan generasi baru yang memiliki kepribadian yang sehat dengan nalar, sikap dan perilaku bermoral. Yakni: generasi yang memiliki living values (nilai-nilai keutamaan dalam hidup), rasa percaya diri, kreatif, berkecerdasan ganda, jujur, punya etos membaca, serta mampu mengintegrasikan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan ketahanmalangan (AQ) yang dibutuhkan saat ini. Dalam melahirkan generasi ini, dibutuhkan rancangan pendidikan karakter yang holistik dan diikuti dengan penerapan strategi pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini, pendidik dapat mempertimbangkan untuk menggunakan strategi pembelajaran membangun komunitas moral dalam kelas, serta dengan metode pembiasaan di sekolah, rumah maupun lingkungan masyarakat. Buku ini merupakan kumpulan tulisan artikel yang digagas oleh Edu Publisher, sehingga dalam naskah yang terkumpul diterbitkan dalam dua bentuk, yakni ebook dan cetak. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan penulis disamping banyaknya tulisan yang terkumpul. Para penulis dalam buku ini berasal dari berbagai kalangan, yakni: Dosen, Guru, Psikolog, dan praktisi pendidikan, sehingga menjadikan buku renyah untuk dibaca. Buku ini diharapkan dapat membantu para guru dan Dosen yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat disebut satu persatu. Atas segala bantuan dan kontribusinya sehingga buku ini dapat terbit. Atas pengertian dan dukungannya sehingga buku ini bisa terwujud. Menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak kelemahan sehingga masih diperlukan perbaikan pada edisi berikutnya.

Adapun karya–karya penulis adalah 1) Guru PAUD Merajut Mimpi Menuju Istana; tahun 2018, 2) Sifat- sifat nabi (Materi Pendidikan Akhlak Anak Islami); tahun 2020, 3) Mendidik anak sejak dini (inspirasi Pendidikan Karakter Imam Al–Ghazali; ...

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik pada kurikulum tingkat satuan ...

Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Ancangan dan Best Practices

Karakter dipahami sebagai hal yang sangat mendasar bagi keberadaan suatu bangsa. Dengan pendidikan karakter, berbagai spirit dan nilai ideal suatu bangsa ditanamkan dan dikembangkan. Buku ini merupakan buku seri ke-2, sebagai kelanjutan dan pemerlengkap dari buku seri ke-1, yang hadir karena diilhami oleh pentingnya menanamkan dan menguatkan jati diri bangsa dengan nilai-nilai karakter luhur pada diri generasi muda. Isi buku ini didasarkan pada kajian teoretik dan penelitian lapangan dalam kerangka rekayasa sosial model pendidikan karakter bangsa berbasis kearifan lokal dan civic virtue bagi penguatan sumber daya manusia dan daya saing bangsa di perguruan tinggi yang penulis lakukan secara intensif selama tiga tahun terakhir ini. Buku ini dimaksudkan juga sebagai pendeskripsian dan pemaknaan atas praktik pendidikan karakter di tiga perguruan tinggi di Indonesia. Pembahasan dan penguaraiannya berfokus pada persoalan landasan pengembangan, nilai yang dikembangkan, dan program/kegiatan yang dikembangkan dalam pendidikan karakter oleh ketiga perguruan tinggi tersebut, sebagai ANCANGAN DAN BEST PRACTICES. Buku ini layak dibaca bagi pemerhati dan pengembang pendidikan karakter. Bukan hanya yang berkecimpung di pendidikan tinggi. Pengembang pendidikan karakter di tingkat sekolah menengah dapat pula mengambil hikmah, tentu dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian secara proporsional dan kontekstual. Secara keseluruhan, buku ini bermanfaat menambah wawasansecara komprehensif, faktual, dan inspiratif dalam penguatan pendidikan karakter yang sedang aktual sekarang.

Karakter dipahami sebagai hal yang sangat mendasar bagi keberadaan suatu bangsa.

Model Pendidikan Karakter

Menuju Entrepeneural University di Universitas Brawijaya

Pendidikan Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perkembangan zaman. Semakin maraknya perilaku masyarakat akademis yang masih banyak melakukan muslihat, kekerasan maupun pudarnya toleransi dalam kehidupan sehari-hari menjadi contoh nyata pentingnya untuk melakukan revitalisasi pendidikan karakter dalam ragkah menghasilkan sumberdaya manusia berkualitas, jujur,cerdas, tangguh dan peduli yang diharapkan akan mampu melaksanakan komitmen secara total terhadap empat pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Buku ini ditulis oleh Tim universitas Brawijaya, sebagai acuan “best practises” bagi siapa saja tentang pelaksanaan pendidikan karakter di Universitas Brawijaya, khususnya dalam rangka mewujudkan visi dan misinya menjadi “world class entrepreneurial university”.

Pendidikan Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perkembangan zaman.