Sebanyak 8 item atau buku ditemukan

Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga

"“Keluarga sebagai salah satu pranata sosial yang ada dalam masyarakat memainkan peranan yang besar dalam pembinaan pola perilaku dan internalisasi nilai yang normatif. Keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan. Pendidikan dalam keluarga menitikberatkan pada penanaman nilai-nilai keyakinan, etika, moral dan keterampilan, karena itu menyemai benih-benih pendidikan karakter dalam keluarga sejatinya menjadi salah satu tugas pokok orang tua dalam keluarga sebagai pendidik kodrati yang nyaris kurang mendapat perhatian dan terlupakan. Buku ini menawarkan sebuah model pendidikan akhlak mulia dalam keluarga seiring dengan tantangan perkembangan zaman.” -- Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M. Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten Buku ini menjelaskan tentang model pendidikan karakter dalam keluarga menurut perspektif Islam. Pembahasannya mencakup: 1. Pengertian model pendidikan karakter dalam keluarga; 2. N ilai-nilai karakter yang ditanamkan dalam keluarga; 3. Tujuan pendidikan karakter dalam keluarga; 4. Pendidik pada pendidikan karakter dalam keluarga; 5. Peserta didik pada pendidikan karakter dalam keluarga; 6. M ateri pendidikan karakter dalam keluarga; 7. M etode pendidikan karakter dalam keluarga; 8. Alat pendidikan karakter dalam keluarga; 9. Program pendidikan karakter dalam keluarga, dan; 10. Evaluasi pendidikan karakter dalam keluarga. Dengan melihat cakupan pembahasan tersebut, tidak berlebihan jika buku ini dikatakan berhasil merumuskan kerangka model pendidikan karakter dalam keluarga secara utuh, sehingga layak dijadikan acuan/pedoman dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di lingkungan keluarga."""

Sebelum dijelaskan pengertian dari pendidikan karakter akan diuraikan terlebih dahulu makna karakter, baik secara etimologi maupun terminologi. Melalui penajaman makna karakter tersebut akan dapat diketahui pengertian pendidikan ...

Pesantren Multicultural Model Pendidikan Karakter Humanis-Religius di Pesantren Ngalah Pasuruan

Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan asli Indonesia (indigenous) yang bertujuan menjadikan, membina, mendalami agama yatafaqquhu finddin, mencetak manusia seutuhnya kaffah dan membentuk kepribadian manusia yang memiliki sikap yang dapat memosisikan dirinya sebagai hamba Allah Swt. dan sebagai khalifah di bumi, mengajarkan nilai-nilai Islam dan mengamalkan Islam yang ramah dan berjiwa rahmatan lil aalamin. Karakteristik Islam yang ditampilkan oleh para ulama pemangku pesantren sebagaimana Nabi Muhammad Saw. mengajarkannya adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai infitah (inklusif), tawassut (moderat), musawah (persamaan), dan tawazun (seimbang), karena itu pesantren tampil pula sebagai agen pembudayaan nilai, norma, sekaligus pesan-pesan keagamaan yang memiliki nilai harmoni, kerukunan, persatuan, dan kedamaian bahkan para ahli menilai pesantren mempunyai peran yang cukup signifikan dalam melestarikan budaya lokal, termasuk memelihara nilai-nilai dan tatanan sosial yang harmonis di sekelilingnya. Dalam hal ini Pesantren Ngalah menyelenggarakan keseimbangan ilmu umum dan ilmu agama secara integratif dan sistemik, dan juga mengajarkan secara seimbang antara trilogi Islam: tauhid, syariat/ibadah dan juga tasawuf/thoriqoh. Keilmuan bidang tauhid dan syariat/ibadah diajarkan di lembaga pendidikan formal dan nonformal, sedangkan bidang tasawuf/thoriqoh diajarkan melalui sistem informal. Buku ini menawarkan sejumlah gagasan yang cemerlang yang mudah dipahami dan diimplementasikan di dunia pesantren, di antaranya adalah konsep dasar pendidikan pesantren humanis religius, pendidikan karakter multikultural di pesantren, konsep dasar model pendidikan karakter di pesantren, model pendidikan karakter multikultural, desain pendidikan humanis religius dalam membentuk karakter multikultural santri, best practice nilai karakter multikultural, konstruksi model pendidikan pesantren humanis religius dan konstruksi pendidikan pesantren humanis religius. Buku ini sangat tepat menjadi bacaan dan sumber insprasi bagi mahasiswa S1, S2, S3, dosen, peneliti, serta pengembang teori pendidikan, dan juga masyarakat umum yang concern dengan dunia pesantren untuk mengenal, memahami, mengimplementasikan dan mempertahankan marwah pesantren ala Indonesia.

Sekretaris PPs PAI Multikultural UYP (2019-2020) Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam (2020-sekarang). ... Model Pembelajaran Madrasah Diniyah Ula di Pondok Pesantren Sidogiri Kraton Pasuruan (2014), Upaya Peningkatan Kemahiran ...

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN BUDAYA PADA ANAK USIA DINI

Penanaman nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas) yang akan menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan dan pembudayaan, sehingga pendidikan karakter bangsa sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas. Buku ini disusun untuk menjadi rujukan atau pijakan bagi para fasilitator yang akan menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah dan mengimbaskannya ke sekolah sekitar. Fasilitator utama yang bisa memberikan pelatihan buku ini adalah Kepala Sekolah, Guru, Pengawas, dan Komite Sekolah. Fasilitator dapat memanfaatkan buku ini sebagai sumber pembelajaran mandiri untuk memahami program PPK sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

Pembentukan karakter yang berbasis kearifan lokal bagi anak usai dini dapat diibaratkan menjadi binaragawan (body buyilder) yang memerlukan otot-otot akhlak yang harus ditempa secara terus menerus agar menjadi kuat dan kokoh baik secara ...

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik pada kurikulum tingkat satuan ...

Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Ancangan dan Best Practices

Karakter dipahami sebagai hal yang sangat mendasar bagi keberadaan suatu bangsa. Dengan pendidikan karakter, berbagai spirit dan nilai ideal suatu bangsa ditanamkan dan dikembangkan. Buku ini merupakan buku seri ke-2, sebagai kelanjutan dan pemerlengkap dari buku seri ke-1, yang hadir karena diilhami oleh pentingnya menanamkan dan menguatkan jati diri bangsa dengan nilai-nilai karakter luhur pada diri generasi muda. Isi buku ini didasarkan pada kajian teoretik dan penelitian lapangan dalam kerangka rekayasa sosial model pendidikan karakter bangsa berbasis kearifan lokal dan civic virtue bagi penguatan sumber daya manusia dan daya saing bangsa di perguruan tinggi yang penulis lakukan secara intensif selama tiga tahun terakhir ini. Buku ini dimaksudkan juga sebagai pendeskripsian dan pemaknaan atas praktik pendidikan karakter di tiga perguruan tinggi di Indonesia. Pembahasan dan penguaraiannya berfokus pada persoalan landasan pengembangan, nilai yang dikembangkan, dan program/kegiatan yang dikembangkan dalam pendidikan karakter oleh ketiga perguruan tinggi tersebut, sebagai ANCANGAN DAN BEST PRACTICES. Buku ini layak dibaca bagi pemerhati dan pengembang pendidikan karakter. Bukan hanya yang berkecimpung di pendidikan tinggi. Pengembang pendidikan karakter di tingkat sekolah menengah dapat pula mengambil hikmah, tentu dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian secara proporsional dan kontekstual. Secara keseluruhan, buku ini bermanfaat menambah wawasansecara komprehensif, faktual, dan inspiratif dalam penguatan pendidikan karakter yang sedang aktual sekarang.

Karakter dipahami sebagai hal yang sangat mendasar bagi keberadaan suatu bangsa.

Model Pendidikan Karakter

Menuju Entrepeneural University di Universitas Brawijaya

Pendidikan Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perkembangan zaman. Semakin maraknya perilaku masyarakat akademis yang masih banyak melakukan muslihat, kekerasan maupun pudarnya toleransi dalam kehidupan sehari-hari menjadi contoh nyata pentingnya untuk melakukan revitalisasi pendidikan karakter dalam ragkah menghasilkan sumberdaya manusia berkualitas, jujur,cerdas, tangguh dan peduli yang diharapkan akan mampu melaksanakan komitmen secara total terhadap empat pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Buku ini ditulis oleh Tim universitas Brawijaya, sebagai acuan “best practises” bagi siapa saja tentang pelaksanaan pendidikan karakter di Universitas Brawijaya, khususnya dalam rangka mewujudkan visi dan misinya menjadi “world class entrepreneurial university”.

Pendidikan Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perkembangan zaman.

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MULTI KULTURAL DAN KEARIFAN LOKAL BAGI SISWA PAUD

Penanaman nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas) yang akan menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan dan pembudayaan, sehingga pendidikan karakter bangsa sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas. Buku ini disusun untuk menjadi rujukan atau pijakan bagi para fasilitator yang akan menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah dan mengimbaskannya ke sekolah sekitar. Fasilitator utama yang bisa memberikan pelatihan buku ini adalah Kepala Sekolah, Guru, Pengawas, dan Komite Sekolah. Fasilitator dapat memanfaatkan buku ini sebagai sumber pembelajaran mandiri untuk memahami program PPK sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

Kemampuan berbahasa, kemampuan sosialemosional, dan kemampuan lainnya berkembang pesat . Gambar 7.4 Anak belajar satu sama lain dalam lingkungan sosial e) Anak belajar satu sama lain dalam lingkungan sosial.

Buku Rekayasa Sosial Model Pendidikan Karakter Dinamika Historis Model Pendidikan Karakter Bangsa Dari Masa Orla - Orba - Reformasi

Konten dan kelahiran buku ini berdasarkan hasil kajian teoritik dan penelitian dilapangan dalam rekayasa sosial model pendidikan karakter bangsa berbasis kearifan lokal dan civic virtue bagi penguatan manusia dan daya saing bangsa di perguruan tinggi yang telah penulis lakukan secara intensif selama dua tahun terakhir. Buku ini merupakan langkah awal dari sebuah perjalanan dalam mencari makna Pendidikan Karakter sebagai model baru Rekayasa Sosial dan paradigma pendidikan karakter yang dieksplorasi dengan sungguh-sungguh berdasarkan kajian historis, teoritik dan empiris pada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang amat kaya dan beragam. Penulis sebagai peneliti dan praktisi Pendidikan Karakter merasa terpanggil dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan dan menjadikannya sebagai landasan praktek pendidikan di perguruan tinggi dan penyiapan pendidikan guru yang profesional di LPTK. Walaupun demikian, penulis secara jujur juga menyampaikan bahwa terdapat sejumlah konsep yang dikutip dan merupakan kompilasi dari beberapa referensi yang ada. Penulis juga menyadari bahwa dalam proses penyusunan buku ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran sehingga buku ini bisa kami hadirkan kehadapan pembaca. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan penghargaan dan terimakasih atas kontribusinya dan kepada penerbit, terimakasih atas kerjasamanya. Kami menghaturkan terimakasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membiayai riset ini.

pendidikan karakter di sekolah. Oleh sebab itu, setiap perguruan tinggi hendaknya memiliki pola pembentukan karakter mahasiswa sesuai dengan visi, misi dan karakteristik masing-masing perguruan tinggi. Dengan begitu dimungkinkan pola ...