Sebanyak 1308 item atau buku ditemukan

Iman

Kumpulan Tulisan Agus Nizami di Internet Selama 17 Tahun

Alhamdulillah setelah bertahun2 ada juga penerbit yang mau menerbitkan buku saya yang merupakan kumpulan tulisan2 saat saya dakwah di internet selama 17 tahun. Buku ini bisa dipesan pracetak via FB ke: Penerbit Sakata https://www.facebook.com/profile.php?id=100006991984052 Catatan: Harga Rp 49.500 harus ditambah ongkos kirim dari Ciputat ke alamat pembeli. Biaya kirim bisa dicek di: http://www.jne.co.id Berikut kata pengantar dari Ustad Ahmad Zarkasih (Penulis RumahFiqih.com): Alhamdulillah, allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala Ali sayyidina Muhammad. Saya mengikuti update web media islam yang diampuh oleh ust. Agus Nizami ini, juga web kabar islam yang baru belakangan ini. Alhamdulillah banyak manfaat yang didapatkan untuk jiwa sebagai asupan informasi agama yang berimbang dan bisa dipertanggungjawabkan. Dan saya semakin senang ketika mendapat naskah artikel-artikel tersebut akan dibukukan. Semoga apa yang dikerjakan ini menjadi tambahan pahala bagi penulisnya, dan kemanfaatan bagi pembacanya. Di antara tulisannya adalah Bukti Tuhan itu Ada. Ini menjawab keraguan kita akan adanya Tuhan sehingga kita terhindar dari Atheist. Ini beberapa komentar pembacanya: [email protected]: Terima kasih , akhirnya saya mendapatkan jawabannya yang bilamana ada pertanyaan serupa, khususnya dari putra – putri kami. Subhanallah. GanryuKG Subhanallah … tulisan yang sangat bagus … thanks udah share … ==== Kemudian ada Sifat 20 yang menjelaskan Sifat-sifat yang harus ada pada Tuhan yang sejati dan sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada Tuhan. Ini dijelaskan dalam bahasa yang amat sederhana sehingga mudah dipahami oleh orang2 awam. Misalnya Tuhan sejati itu pasti Hidup. Jika Mati, maka dia bukan Tuhan. Dengan memahami ini, insya Allah iman kita kepada Allah akan mantap dan tidak akan goyah. Apalagi jika Dajjal mendekati kita di akhir zaman yang penuh fitnah ini. Ini komentar pembacanya: Miftah Terima kasih semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk memperkuat ke imanan kita, dan bisa meyakinkan pada orang – orang yang belum kuat imannya === Ini komentar pembaca lainnya: Virdha Rachma Sari July 18, 2011 at 9:50 pm · Reply · Edit Astaghfirullah, aku sempat beniat untuk pindah agama . Ya Allah ampuni aku . Setelah membaca ini semua aku sadar bahwa tiada Tuhan selain Engkau . Ampuni akuuu :( nda yuri July 19, 2011 at 6:16 am · Reply · Edit alhamdulillah ada tulisan bagus yang rasional, base on data, dan penuh etika. kadang banyak tulisan yg messagenya bagus tapi kalimatnya mengobarkan benci dan permusuhan antar agama. tulisan ini `sejuk` dan rasional. ga bikin marah, mengolok atau mengumpat. trims!!! Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2008/03/17/perbandingan-agama-yahudi-kristen-dan-islam/ Dan masih banyak bab-bab lainnya seperti Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern, Keutamaan Ilmu, Perbandingan Agama, dsb yang mudah2an bermanfaat untuk menjaga iman kita dan keluarga kita. Aamiin.. Kenapa saya menulis buku tentang “IMAN”? yang kelihatannya remeh dan pasaran? Iman adalah nikmat Allah yang paling utama. Tanpa dilandasi Ilmu, Iman kita akan rapuh. Turunnya prosentasi Muslim di Indonesia dari 92% di tahun 1960-an jadi kurang dari 80% saat ini karena Imannya tidak punya fondasi ilmu yang kuat sehingga mudah dimurtadkan. Mudah2an Buku ini bisa sedikit memberi landasan ilmu agar iman kita dan keluarga kita lebih kuat. Mudah2an bisa jadi amal ilmu yang bermanfaat. Aamiin. Mohon sebarkan ke yang lain. Ini adalah 1 contoh tulisannya: Bukti Tuhan itu Ada Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata. Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka. Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu?” Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut. “Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata. Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh. Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?” Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri. “Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada. Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan. “Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh. Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?” “Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya. “Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak. Orang banyak berkata, “Tidak!” “Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim berkata. Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru. Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada? Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada? Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakan benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat kuat). Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada. Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya. Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta! Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya. Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks. Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 9 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya. Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya. Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain: “Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61] Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas. Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada. “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5] “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40] Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada: “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2] “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191] Terhadap manusia-manusia yang sombong dan tidak mengakui adanya Tuhan, Allah menanyakan kepada mereka tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang menciptakan, atau Tuhan yang Maha Pencipta: “Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah:58-59] “Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?”[Al Waaqi’ah:63-64] “Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah:72] Di ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk menciptakan lalat jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa membuat robot dari bahan-bahan yang sudah diciptakan oleh Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat dari tiada menjadi ada serta makhluk yang bisa bereproduksi (beranak-pinak), tak ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali Allah: “…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [Al Hajj:73] Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2015/11/11/buku-membangun-iman-di-zaman-modern-oleh-agus-nizami/

Islam,. dan. Ihsan. Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Iman, Islam dan Ihsan.
Dasarnya adalah hadits sebagai berikut: Niat: Awal dan Penentu Semua Amal
Shaleh Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) 46 Iman 4. Iman,
Islam ...

Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan Suatu Kajian Dalam Sistem Peradilan Islam

Buku ini mengetengahkan paparan mendalam tentang etika seorang hakim dalam menyelenggarakan peradilan. Tematema inti yang dibahas dalam buku ini antara lain: konsep al-Qadha dalam Islam; prinsip-prinsip umum al-Qadha dalam Islam; kedudukan dan kewenangan hakim Peradilan Agama visi dan misi hakim Peradilan Agama.. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup

Abdul Manan, SH., S.IP., M.Hum. e. f. g. h. reksa dana syariah; ... Salah satu upaya merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam aktivitas yang nyata adalah mendirikan lembaga-lem- baga perekonomian berdasarkan syariat Islam. b.

Gender dan Kehutanan Masyarakat (Kajian Implementasi Pengarusutamaan Gender di Hutan Rakyat dan Hutan Kemasyarakatan)

Wacana Gender dan Kehutanan Masyarakat secara umum sudah dikenal di masing-masing disiplin ilmu induknya, yakni Ilmu Sosial dan Kehutanan. Bahkan secara tersirat, program-program terkait hal tersebut telah menjadi program pembangunan di masing-masing sektor dengan dukungan wacana pembangunan global (MDGs). melalui buku ini, penulis mencoba mencari benang merah dua wacana tersebut yang notabene keduanya sama-sama sebagai wacana pinggiran di masing-masing sektor. Seperti disiratkan penulis, wacana gender selama ini hanya berkutat di masyarakat (urban maupun pedesaan) dan segala problematika, dari masalah ekonomi, KDRT, trafficking, hingga ke hal pribadi, yakni kesehatan reproduksi. Simak dalam buku ini, |Penerbit Deepublish, Deepublish, |

Wacana Gender dan Kehutanan Masyarakat secara umum sudah dikenal di masing-masing disiplin ilmu induknya, yakni Ilmu Sosial dan Kehutanan.

Paradigma Sains Integratif al-Farabi

Pendasaran Filosofis bagi Relasi Sains, Filsafat, dan Agama

Penulis buku ini berhasil mengekstrak pemikiran al-Farabi yang menawarkan sains integratif sebagai solusi dalam memperbaiki celah-celah sains modern yang cenderung sulit mengapresiasi ide-ide yang berhubungan dengan sesuatu yang metafisik. Sains integratif al-Farabi memiliki akar dan fondasi pada gagasan dan paradigma keesaan, Tauhid, yaitu prinsip dasar dalam keimanan Islam. Gagasan keesaan ini telah mengikat setiap bentuk dan struktur pemikiran sains al-Farabi, baik pada tataran ontologis, epistemologis, kosmologis, metodologis, maupun aksiologis. Rumusan penting dari prinsip ini adalah semakin menyatu dan terintegrasi suatu tatanan atau realitas, maka jaring-jaring kehidupan akan semakin harmoni. Sebaliknya, semakin disintegrasi suatu tatanan, maka jaring-jaring kehidupan akan mengalami kekacauan dan kehancuran. *** Buku ini sangat bermanfaat bagi setiap pecinta ilmu pengetahuan, akademisi, dan mahasiswa filsafat, terutama mahasiswa filsafat Islam, bukan hanya karena penulisnya berhasil menyampaikan dengan sistematik pemikiran al-Farabi terkait dengan gagasan integrasi ilmu, tetapi juga karena relevansi pemikiran-pemikiran al-Farabi untuk menjawab beberapa isu epistemologis yang sangat penting dan sangat kita butuhkan hari ini. —Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Dosen Filsafat Islam UIN Jakarta & Universiti Brunei Darussalam Dijuluki 'Guru Kedua' (setelah Aristoteles), al-Farabi merupakan figur krusial awal yang menyiapkan 'panggung' untuk banyak filsafat Islam selanjutnya, khususnya pada aliran Peripatetik. —Peter S. Groff dalam Islamic Philosophy A—Z Meskipun doktrin al-Farabi adalah sebuah refleksi Abad Pertengahan, ia tetap mengandung beberapa gagasan moderen, bahkan kontemporer. Al-Farabi menyukai sains, membela eksperimentasi, dan menyangkal ilmu nujum dan astrologi... Dia memuliakan akal pada tingkat yang sangat suci, sehingga dia didorong melakukan pendamaian akal dengan tradisi, sehingga filsafat dan agama pun bisa sejalan, selaras. —Ibrahim Madkour, PH.D. dalam A History of Muslim Philosophy

Sains integratif al-Farabi memiliki akar dan fondasi pada gagasan dan paradigma keesaan, Tauhid, yaitu prinsip dasar dalam keimanan Islam.

Islam and Its Challenges in the Globalised World

From the beginning, Islam faces many challenges from its foes, that is, the disbelievers-atheism, Jews and Christians, secularism, liberalism, pluralism, etc.-who want to extinguish Islam and its foundation from this world. Since the fall of the Islamic empire in the fifteenth century, Muslim countries pathetically came under the dominance of Western powers in almost every aspect of life. The United States of America and other powers foreign policies generally have hidden agenda to weaken the Muslim countries so that they can keep on dominating the Muslim world. They give support to the secularist, liberalist, and pluralist groups in the Muslim countries to go against the Islamic traditionalists and fundamentalists. Although there are more than a billion Muslims in the world, they are weak and have become marginalized. Gone is the power of the Muslims of the past. Therefore, the contemporary Muslims have no choice but to wake up to face the challenge if they are genuine Muslims because they are the best ummah ever created by Allah. During the height of Islamic empire, Islam stayed strong and kept on spreading its wing throughout the world because of charismatic and credibility some of its leaders. Islam is a universal religion that brought enlightenment to human race. Nevertheless, Muslim nations in the modern era of globalized world are disobedient lot unlike the Muslims of the past; thus they become weak. Globalization is the creation of the Western imperialists as a tool to control world trade and economy of other nations. Small and underdeveloped nations are often unfairly treated. The polarization and bloody borders between the Christians West and the Muslims are now become more transparent than ever before. The wounds inflicted by the Americans and the West in Palestine, Iraq, Afghanistan, Yemen, Sudan, Somalia, and others are still bleeding and bloody. The usage of the words such as Islamophobia and the Muslims as terrorist frequently propagated throughout the world against Islam, thereby affecting the feeling of friendly and moderate Muslims in general. The cruelties inflicted on many of the innocent Muslims directly or indirectly give a green light for some hardcore Muslims to retaliate in a more radical way, including suicide bombing. The difference perception of faith, moral character, social, ethic, economy, politics, law, etc., in Islam with other religions are wide apart. Islam is a religion of Oneness of God (Islamic Monotheism) whilst the others are not. Islam taught the Muslims to live side by side in co-existence and in peace with the others provided there is a mutual respect with one another. Islam is a moderate religion. The whole universe and its contents absolutely belong only to Allah. Human race are His servants to take good care of the earth. Muslim ummah in the modern world miserably failed in their responsibilities in this world because most of them are lack of faith in Allah. They have deserted al-Quran and al-Sunnah of Prophet Muhammad (pbuh) in their way of life. Nevertheless, ultimately near the end of the world the Muslims will win as promised by Allah although disbelievers do not believe it.

Other than Cak Nur, Dr Alwi Shihab, the ex-Minister of Social Welfare of
Indonesia was another protagonist of religious pluralism. He wrote a book: 'Islam
Inklusif – Menuju Sikap terbuka dalam Agama' (Islam Inclusive – Towards
Openness ...