Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan dorongan serta kesempatan sehingga buku ini dapat terselesaikan.
Ruang publik virtual (dunia maya) tak ada bedanya dengan ruang publik di dunia nyata, di dalamnya mengandung seperangkat norma yang mengikat. Warga negara virtual (netizen) suka ataupun tidak perlu memahami norma-norma tersebut agar tidak tersesat dalam pergaulan virtual. Akun-akun virtual yang menjadi manifestasi kepribadian seseorang di ruang virtual tetaplah makhluk sosial, yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Meskipun berada pada ruang virtual, namun implikasi dari apa yang dilakukan di dalamnya adalah nyata. Potensi yang besar dari ruang virtual ini menggiurkan berbagai pihak. Akhirnya banyak orang yang datang menghampirinya dan membangun kerajaan narasi. Pembangunan narasi yang masif tersebut tidak lain ialah untuk berkontestasi dan tetap eksis di ruang publik virtual tersebut. Seperti yang disebutkan pada bagian pengantar bahwa perebutan tidaklah selalu bermakna negatif, terkadang kontestasi tersebut menjadi ruang kreativitas yang kompetitif. Satu hal yang pasti, dalam perebutan tersebut terdapat kontestasi ideologi, pergumulan gagasan, negosiasi dan terkadang pertikaian argumen.
Belajar bahasa Arab tidak terlepas dari mempelajari ilmu sharaf dan Ilmu Nahwu. Ilmu sharaf mempelajari perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain, dari kata kerja berubah menjadi kata benda, nama tempat, waktu bekerja dan seterusnya. Sedangkan ilmu Nahwu mempelajari kedudukan kata dalam kalimat, apakah sebagai subjek, predikat atau objek berdasarkan dengan tanda harakat atau I’rab di akhir kata tersebut. Kedua ilmu saling berkaitan dalam prakteknya, sekalipun dalam pembelajarannya ilmu sharaf lebih dahulu dipelajari dari ilmu Nahwu atau keduanya berbarengan. Mempelajari ilmu Nahwu dalam bahasa Arab tidak sesulit yang dibayangkan atau didengar dari cerita-cerita yang pernah memelajarinya. Bahkan ada yang sudah bertahun-tahun mempelajarinya tapi juga lupa dan bosan mempelajarinya karena tidak paham. Membaca buku ini akan menjadi berbeda, sekalipun pembaca adalah pembelajar pemula ilmu Nahwu. Buku yang berada di tangan pembaca ini adalah salah satu buku diktat pembelajaran Bahasa Arab disiplin ilmu Nahwu. Buku ini disusun dengan merujuk pada buku-buku ilmu Nahwu kontemporer yang dipakai di Timur Tengah disajikan dengan bahasa Indonesia yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca.