Sebanyak 1510 item atau buku ditemukan

Pancasila Dasar Negara

Kursus Pancasila Oleh Presiden Soekarno Tentang Pancasila

Seorang filsuf konfusius Cina mengatakan bahwa dibutuhkan tiga unsur yang menyatu untuk membentuk sebuah negara yang kuat. Tentara yang kuat, pangan yang cukup, dan kepercayaan yang kuat. Sekitar tahun 1960-an, Indonesia pernah mengalami menjadi negara yang kuat di bidang tentara dan kepercayaan rakyat. Meski minus di bidang pangan, saat itu Indonesia mampu merebut Irian Barat dan memimpin negara-negara nonblok. Hari ini, Indonesia mempunyai TNI-Polri yang kuat, pangan yang semakin baik, namun minus kepercayaan rakyat. Indonesia tengah dilanda krisis kepercayaan. Salah satunya kepercayaan apakah Pancasila sebagai ideologi, sebagai dasar negara, adalah yang paling pas dan terbaik untuk bangsa Indonesia. Sebagian rakyat juga tidak percaya Pancasila mampu menjalani fungsinya sebagai alat permersatu bangsa. “Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke hanyalah dapat bersatu padu di atas dasar Pancasila itu.” Pancasila Dasar Negara: Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila. Sebuah buku yang disusun untuk membangun kembali kepercayaan rakyat, bahwa Pancasila adalah dasar negara yang pas dan baik bagi Indonesia, dengan ilmu yang benar. Ilmu yang kita dapatkan dari sumber utama, yaitu Bung Karno. Dengan kita mempelajari kembali, diharapkan dapat mengembangkan Pancasila sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini dan masa yang akan datang. Seperti yang diungkapkan Bung Karno dalam Kursus (Pendahuluan) Presiden tentang Pancasila di Istana Negara, tanggal 26 Mei 1958, “Kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini, Saudara-saudara, membuktikan sejelas-jelasnya bahwa jikalau tidak di atas dasar Pancasila kita terpecah belah, membuktikan dengan jelas bahwa hanya Pancasilalah yang dapat tetap mengutuhkan negara kita, tetap dapat menyelamatkan negara kita.” Saya Indonesia, saya Pancasila!

Sebagian rakyat juga tidak percaya Pancasila mampu menjalani fungsinya sebagai alat permersatu bangsa. “Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke hanyalah dapat ...

Spiritualisme Pancasila

Saat ini, bangsa kita memasuki kondisi dan arena distorsi parah dalam kehidupan dan penyelenggaraan negara. Konflik antarsuku, merebaknya kejahatan, konflik elit politik, korupsi yang merajalela dan menggurita, serta perilaku-perilaku lain yang bertentangan dengan kaidah dan norma dasar negara. Berbagai persoalan yang menyeruak ke lapangan ini membuat rakyat merindukan kembali sosok Pancasila-ideologi yang selama ini ditinggalkan. Pancasila merupakan ideologi yang dibentuk berdasarkan karakter Indonesia yang multietnis, multigeografi, dan multikultur diharapkan mampu membentengi negara ini dari terpaan nilai-nilai liberalisme yang berkedok globalisasi dan demokratisasi. Buku ini hadir dalam upaya memberikan pengetahuan dan pemahaman kembali akan eksistensi dan kukuhnya nilai-nilai Pancasila. Dengan adanya buku ini diharapkan generasi muda, khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya memperoleh penyegaran kembali tentang Pancasila sehingga mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Buku Persembahan Penerbit PrenadaMediaGroup

Saat ini, bangsa kita memasuki kondisi dan arena distorsi parah dalam kehidupan dan penyelenggaraan negara.

Pancasila Ideologi Dunia

Sintesis Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam

Dunia pada abad ke-21 tengah menyaksikan suatu gelombang krisis ideologi (politik) yang berlangsung begitu masif. Krisis ini mula-mula terjadi di negara-negara yang menjadi episentrum pergulatan ideologi besar dunia, seperti Eropa dan Amerika Serikat. Krisis terus menyebar ke seantero jagat. Kapitalisme, liberalisme, sosialisme dan komunisme sebagai representasi ideologi besar dunia kini mulai disangsikan. Terbukti, ideologi-ideologi tersebut gagal merespons dinamika perkembangan dan kebutuhan umat manusia dewasa ini. Buku ini ditulis dalam rangka merespon situasi tersebut, sembari mengangkat kembali dan mencita-citakan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia yang patut dipertimbangkan. Pancasila sebagai produk dari sintesis kreatif para perumusnya akan mampu menjadi solusi di tengah krisis yang melanda ideologi politik dunia hari ini. Tanpa melebih-lebihkan relevansi Pancasila saat ini, “ideologi terbuka” ini selayaknya menjadi penawar terbaik dari berbagai konsep “jalan tengah” mana pun.

Buku ini ditulis dalam rangka merespon situasi tersebut, sembari mengangkat kembali dan mencita-citakan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia yang patut dipertimbangkan.

Pancasila and the Challenge of Political Islam

Past and Present

Islam has become an important symbol in post-Suharto Indonesia, and political figures or parties feel they cannot afford to be seen to be against the religion or be considered unfriendly to it. Islamism emerges to challenge Pancasila (or cultural pluralism) again. Islamists already challenged Pancasila soon after Indonesian independence. But during that initial era under Sukarno, this challenge was already under control. Under Suharto, Pancasila as an ideology was effectively used to govern Indonesia, and political Islam was suppressed. However, Suharto began to co-opt Islamic political leaders during the last decade of his rule. Religious Islam grew significantly during the Suharto era and would gradually transform itself into political Islam after Suharto’s fall. Nevertheless, the electoral strength of “Islamic political parties” remained relatively low. But since then, Islam has been used as an effective tool to undermine political rivals. The pluralists who are now in power continue to promote Pancasila, and combining with moderate Islamic organizations and through laws and regulations, have tried to hinder the further development of Islamist organizations. The future of Pancasila depends on whether the Indonesian government and other pluralist forces are able to control the Islamists and provide political stability and economic development in the country.

Islam has become an important symbol in post-Suharto Indonesia, and political figures or parties feel they cannot afford to be seen to be against the religion or be considered unfriendly to it.

Islam itu mudah

Islam adalah agama yang benar. Ajarannya selalu memihak kepada kepentingan manusia. Tidak pernah sedikit pun menyulitkan, apalagi memaksa. Semua apa yang disyariatkan Allah SWT dalam Islam sudah disesuaikan dengan batas kemampuan setiap manusia. Islam selalu memberikan kemudahan, bukan kesukaran. Ia adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Pemahaman yang benar tentang Islam akan mengantarkan manusia berbuat baik dan dengan cara yang baik. Begitu juga, pemahaman yang salah akan melahirkan aksi nyata yang salah. Karena output akan selalu selaras dengan input. Juga, ketika seseorang telah berislam dengan benar, sikap dan etos kerjanya pasti akan semakin baik. Mempunyai semangat yang tinggi, serta fokus terhadap setiap pekerjaan yang dilakukannya. Setiap masalah selalu disikapinya dengan kepala dingin dan penuh kedewasaan. Karena ia yakin, apa yang terjadi selalu telah sesuai dengan kehendak Allah SWT. Melalui buku ini, pembaca diajak untuk merenungi Islam sebagai agama yang ramah dan juga aplikasinya dalam kehidupan nyata. Selamat membaca!

Islam adalah agama yang benar.

Menghidupkan Islam

Islam adalah agama yang Rahmatan lil alamin, sehingga tidak seorang pun muslim yang diperbolehlan untuk mengganggu orang lain termasuk juga non-muslim. Terorisme, dan perbuatan-perbuatan merusak lainnya yang telah mengatasnamakan Islam, hal itu hanyalah sebuah upaya dari orang-orang Islam yang sebetulnya tidak mengerti bagaimana Islam itu sebenarnya. Selaku umat Islam yang taat dan bertakwa, hendaknya kita mempererat dan menjalin kerjasama yang baik dengan sesam umat manusia, dapat memberikan rasa damai kepada tetangga dan kerabatnya, dan tidak pernah membeda-bedakan agama dan berbagai macam latar belakang. Keyakinan kepada Tuhan menurut Islam berbeda dengan teori ilmu kebudayaan. Pandangan Islam dapat mengikuti evolusi(pemikiran manusia) sampai kepada Tiga yang Satu, tetapi menolak bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah produk manusia, ujung evolusi kepercayaan kepada Tuhan. Buku yang berjudul “Menghidupkan Islam”, berisi/membahas dua garis besar pembahasan, di antaranya Khalik dan makhluk, agama, Tuhan YME, iman, tauhid, alam ghaib, syariat Islam, Al Quran, sunah, akhlaq, ilmu 107, ibadah, taqwa, surga, dan neraka.

Buku Menghidupkan islam ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

Menjadi Islam, Menjadi Indonesia

Kehidupan beragama di Indonesia kian hari kian menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama bagi kalangan muslim. Pasalnya saat ini tidak sedikit yang masih mempertanyakan, "Mengapa Indonesia tidak dibentuk Negara Islam?" Tidak sampai di situ, ada gerakan-gerakan radikal yang berupaya merongrong kedaulatan NKRI dengan melakukan propaganda, misalnya demokrasi sebagai sistem kufur, dan harus diganti dengan sistem khilafah. Ada juga upaya-upaya yang melakukan pembenturan demi merusak keharmonisan bangsa, seperti Pemerintah vs. umat Islam, ormas Islam vs. ormas Islam, umat Islam vs. umat agama lain, bahkan perbenturan antara konsep Islam vs. Pancasila. Tantangan lainnya adalah mulai pudarnya spirit rahmatan lil`alamin dalam diri sebagian muslim. Keragaman Indonesia dianggap hal yang membahayakan, seolah-olah Indonesia dimiliki satu golongan saja, akibatnya intoleransi marak di mana-mana. Dari situ dapat dirasakan bahwa kejernihan berpikir dan kearifan dalam berperilaku kini nampaknya menjadi sesuatu yang mulai langka. Buku ini menyajikan refleksi beragama dan berbangsa sebagai suatu keharusan yang sulit dipisahkan, di mana “Islam” dan “Indonesia” memiliki romantisme yang tidak saling bertentangan, justru saling mengisi. Di tengah pergumulan itu, masih ada kalangan Nahdlatul Ulama (NU), santri, dan pesantren yang sepanjang sejarahnya selalu gigih dan komitmen menanamkan keislaman yang moderat, toleran, mengedepankan perdamaian, dan perhatian dalam melestarikan tradisi Nusantara. Di samping itu, buku kumpulan esai ini juga kaya akan kearifan pemikiran yang bersumber dari sosok Cak Nun, Cak Nur, Gus Mus dan hingga Gus Dur. Mereka sosok guru bangsa yang terus berjasa mencerahkan dan mendidik masyarakat, sehingga tidak hanya berproses menjadi Islam yang taat, tetapi juga menjadi warga Indonesia yang baik.

Mereka sosok guru bangsa yang terus berjasa mencerahkan dan mendidik masyarakat, sehingga tidak hanya berproses menjadi Islam yang taat, tetapi juga menjadi warga Indonesia yang baik.

Filsafat Hukum

Berfilsafat adalah berfikir dalam tahap makna, ia mencari hakikat makna dari sesuatu. Dalam berfilsafat, seseorang mencari dan menemukan jawaban dan bukan hanya dengan memperlihatkan penampakan (appearance) semata, melainkan menelusurinya jauh dibalik penampakan itu dengan maksud menentukan sesuatu yang disebut nilai dari sebuah realitas. Hakikat dasar ontologis manusia dalam Negara Republik Indonesia yang ber-Pancasila sebagai makhluk yang monopluralis oleh Prof. Notonegoro diartikan sebagai makhluk yang memiliki tiga hakikat kodrat, yakni: (a) Sifat kodrat, yaitu manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial; (b) Susunan kodrat, yaitu manusia sebagai makhluk yang tersusun dari dua unsur, yaitu raga dan jiwa; (c) Kedudukan kodrat, yaitu manusia sebagai makhluk yang berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan YME. Atas dasar pemahaman hakikat kodrat ontologi manusia yang monopluralis itu maka kita dapat dengan mudah memahami hubungan antara manusia dengan nilai-nilai hidupnya.

Berfilsafat adalah berfikir dalam tahap makna, ia mencari hakikat makna dari sesuatu.

Bahasa Arab untuk Semua

“Bahasa Arab itu susah!” Begitulah pandangan sebagian besar masyarakat Indonesia. Selama ini penyajian materi dalam buku dan kitab bahasa Arab yang sarat istilah rumit nahwu-shorof hingga menjadikan masyarakat kesulitan mencernanya. Buku ini mencoba menyajikan metode baru yang unik dalam memahami bahasa Arab. Materi disusun secara sederhana, mudah dan praktis dengan pendekatan logika penutur bahasa Indonesia agar mudah dipahami. Pembahasan materi dalam buku ini terdiri dari teori dan praktik nahwu-shorof (Arabic Grammar). Pembahasan teori diawali dengan memahami karakteristik dan peta komponen utama bahasa Arab. Kemudian menjabarkan komponen-komponen utama tersebut secara lebih detail dalam rumus-rumus praktis yang disertai contoh. Pada bagian praktik, penulis sajikan analisis nahwu-shorof dari surat-surat pendek juz 30. Buku ini sangat cocok untuk para sahabat yang ingin memahami bahasa Arab dan Al-Qur’an dengan mudah, meski tidak mempunyai background pendidikan khusus bahasa layaknya santri di pondok pesantren.

“Bahasa Arab itu susah!” Begitulah pandangan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Bahasa arab Untuk Bisnis

Buku ini merupakan buku pertama dari 2 seri buku pembelajaran bahasa Arab, yaitu ÒBahasa arab untuk BisnisÓ dan ÒBahasa Arab untuk Perbankan SyariahÓ. Kedua buku ini diharapkan nantinya bisa bermanfaat bagi mahasiswa Ekonomi Islam di seluruh PTN-PTS di Indonesia.ÊUntuk materi yang ada di dalamnya, penulis sangat selektif sekali dengan memunculkan hal-hal yang terkait dengan bisnis saja. Maka dari itu, pada pertemuan 1-3 akan dibahas tentang Jual Beli di Pasar (dengan kasus yang berbeda), pertemuan ke-4 akan dibahas tentang Harga-harga di Pasar, pertemuan ke-5 tentang Sewa-Menyewa di Pasar, pertemuan ke-6 tentang Musyarakah di Pasar, pertemuan ke-7 tentang Mudharabah di Pasar, pertemuan ke-8 tentang IstisnaÕ dan Salam di Pasar, pertemuan ke-9 tentang Perintah Berbisnis, pertemuan ke-10 tentang Jual Beli Online, pertemuan ke-11 tentang Sewa dan Pengupahan Tenaga Kerja, pertemuan ke-12 tentang Laba dan Rugi dalam Bisnis, pertemuan ke-13 tentang Akuntansi dalam Bisnis dan pertemuan ke-14 tentang Kecurangan dan Penipuan dalam Bisnis. *** Persembahan penerbit Kencana (Prenadamedia Group)

Buku ini merupakan buku pertama dari 2 seri buku pembelajaran bahasa Arab, yaitu ÒBahasa arab untuk BisnisÓ dan ÒBahasa Arab untuk Perbankan SyariahÓ.