Sebanyak 710 item atau buku ditemukan

Arah Baru Studi Ulumul al-Qur’an

“Edisi kedua karya sahabat Aksin Wijaya ini merupakan lanjutan dari karya sebelumnya yang berjudul Menggugat Autentisitas Wahyu Tuhan, di sisi lain menjadi pijakan dasar dari karya berikutnya yang berjudul Sejarah Kenabian dalam Perspektif Tafsir Nuzuli. Sebagai lanjutan, karena buku ini menampilkan gagasan inti dari karya sebelumnya tentang diferensiasi pesan Tuhan menjadi wahyu, al-Qur’an dan Mushaf Utsmani; dan menjadi pijakan karena karya berikutnya itu bertolak pada buku ini terutama tentang dialog al-Qur’an dan Mushaf Utsmani dengan realitas masyarakat Arab yang hidup pada pra, era, dan pasca kehadiran al-Qur’an. Ketiga buku itu menjadi satu kesatuan yang harus dibaca oleh mereka yang hendak memahami pemikiran keislaman Aksin Wijaya secara utuh.” [Dr. Hefni Zein, Wakil Rektor III IAIN Jember] “Buku ini membahas unsur-unsur Ulum al-Qur’an dengan cara baru, mensistematisasinya serta mendiferensiasi antara wahyu, al-Qur’an, dan Mushaf Utsmani. Ketiga istilah itu menurut Aksin mempunyai makna yang berbeda, kendati menunjuk pada satu titik yang sama, yakni pesan Tuhan. Pesan Tuhan yang tersimpan di dalam ketiga istilah itu juga berbeda dari segi autentisitasnya, sehingga dia menawarkan pendekatan baru dalam memburu pesan autentik Tuhan, yakni hermeneutika. Di sinilah letak kesegaran dan kebaruan buku karya Aksin Wijaya ini.” [Dr. Suwendi, M.Ag., Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat PTKI, Kemenag RI]

“Edisi kedua karya sahabat Aksin Wijaya ini merupakan lanjutan dari karya sebelumnya yang berjudul Menggugat Autentisitas Wahyu Tuhan, di sisi lain menjadi pijakan dasar dari karya berikutnya yang berjudul Sejarah Kenabian dalam ...

Wasatiyyah: Konsep dan Pelaksanaan (UUM Press)

Buku ini membincangkan wasatiyyah dari aspek definisi, konsep, gagasan, keperluan dan aplikasinya dalam kehidupan seharian khususnya dalam konteks masyarakat di Malaysia. Buku ini juga turut membincangkan konsep wasatiyyah dalam aspek teori dan perlaksanaannya dalam kehidupan manusia khususnya dalam konteks negara Malaysia pada masa kini. Penerbitan buku yang mengandungi himpunan 12 bab ini dibahagikan kepada dua bahagian. Bahagian satu mengandungi lima bab di bawah tema wasatiyyah sebagai satu gagasan. Pada bahagian dua di bawah tema perlaksanaan wasatiyyah dalam masyarakat mengandungi tujuh bab.

Dewan Tamadun Islam, Jilid 11, 4–8. Amir Faishol Fath. (2012). Pemikiran
moderat dalam tafsir alQur'an. Dlm. Achmad Satori Ismail et al., Islam moderat
menebar Islam rahmatan lil 'alamin. Jakarta: Pustaka Ikadi. Ghazali Basri. (2008).

Media, Kebudayaan, dan Demokrasi

Dinamika dan Tantangannya di Indonesia Kontemporer

Perkembangan dan dinamika pascareformasi dalam konteks politik, demokrasi, dan budaya merupakan topik yang memperoleh perhatian tersendiri, khususnya dalam bidang komunikasi, politik, dan sosiologi. Kesadaran kita sebagai individu, masyarakat, dan warga negara tidak lepas dari pengaruh media. Perkembangan teknologi dan beragamnya informasi, turut membentuk dan mewarnai berbagai relasi sosiokultural dan politik. Media kian lekat dengan kehidupan, bahkan turut terlibat dalam internalisasi nilai-nilai di masyarakat. Buku ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi peneliti, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum yang menaruh minat dalam mengkaji tentang keterkaitan antara media, kebudayaan, dan demokrasi.

Buku ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi peneliti, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum yang menaruh minat dalam mengkaji tentang keterkaitan antara media, kebudayaan, dan demokrasi.

Gender and Power in Indonesian Islam

Leaders, feminists, Sufis and pesantren selves

The traditional Islamic boarding schools known as pesantren are crucial centres of Muslim learning and culture within Indonesia, but their cultural significance has been underexplored. This book is the first to explore understandings of gender and Islam in pesantren and Sufi orders in Indonesia. By considering these distinct but related Muslim gender cultures in Java, Lombok and Aceh, the book examines the broader function of pesantren as a force for both redefining existing modes of Muslim subjectivity and cultivating new ones. It demonstrates how, as Muslim women rise to positions of power and authority in this patriarchal domain, they challenge and negotiate "normative" Muslim patriarchy while establishing their own Muslim "authenticity." The book goes on to question the comparison of Indonesian Islam with the Arab Middle East, challenging the adoption of expatriate and diasporic Middle Eastern Muslim feminist discourses and secular western feminist analyses in Indonesian contexts. Based on extensive fieldwork, the book explores configurations of female leadership, power, feminisms and sexuality to reveal multiple Muslim selves in pesantren and Sufi orders, not only as centres of learning, but also as social spaces in which the interplay of gender, politics, status, power and piety shape the course of life.

Dzuhayatin, S. R., Rachman, B. M., and Umar, N. (2002) Rekonstruksi
Metodologis Wacana Kesetaraan Gender dalam Islam [The Reconstruction of
Methodology in Discourses on Gender Equality in Islam], Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

GENDER DAN MUSLIMAT NW

Model Arus Utama dan Dinamika Sosial Kapital

Diskursus tentang gender melalui berbagai perspektif masih menjadi isu menarik dalam konteks dinamika sosial yang semakin mengglobal. Konteks Indonesia, agenda terkait gender, baik dalam kajian ilmiah maupun aksi program menjadi semakin menarik dan rumit karena keberadaan gender tidak saja menyangkut relasi antara laki-laki dengan berbagai agenda penyediaan ruang dan konteks secara seimbang dalam relasi sosial tetapi harus dikaitkan dengan terma keberagamaan, khususnya Islam. Dalam konteks ini, penggiat gender melalui studi dan agenda gender harus mampu menyesuaikan konteks terma keberagamaan tersebut untuk menghindari kesalahan transformasi ide dan pratek lapangan.

Diskursus tentang gender melalui berbagai perspektif masih menjadi isu menarik dalam konteks dinamika sosial yang semakin mengglobal.

Diskursus Bernegara dalam Islam

Dewasa ini dunia Barat dilanda gelombang populisme yang ditandai oleh penguatan partai sayap kanan, demikian juga di Indonesia, Islam-politik yang sebelumnya kurang mendapatkan ruang kini hadir menghiasi ruang-ruang publik dengan slogan formalisasi Syariah. Tak ayal mimpi untuk menghidupkan kembali cita-cita Indonesia sebagai Negara Islam (Islamic State) kembali menyeruak. Pemahaman masyarakat tentang konsepsi Negara Islam masihlah didominasi pengertian klasik (Khilafah, Daulah, Imamah, Pan-Islamisme, dll.) padahal sejatinya, pemahaman terhadap ide Negara Islam banyak dikembangkan oleh pemikir-pemikir kontemporer berhaluan revisionis yang menegoisasikan antara syariah dan negara sebagai wujud konsep nation state. Pemikir-pemikir tersebut sepertihalnya Mohammad Husain Hikal, Muhammad Iqbal, Ali Syariati, Fadzlur Rahman, Ahmad An Naim, dll. yang lebih moderat-progresif dalam menginterpretasi Negara sebagai entitas penjelmaan nilai-nilai Islam. Namun sayangnya pemikiran tersebut secara sayup-sayup tidak terdengar di tengah riuh-rendah gagasan pembentukan Negara Islam secara formal. Demikian juga, kelahiran Indonesia sebagai negara yang tidak berdasar ajaran agama namun juga bukan sebagai Negara Sekuler, Indonesia hadir dengan ramuan moderatisme Islam dengan gagasan nasionalisme. Alhasil Pancasila hadir sebagai perpaduan keduanya. Dengan demikian, Indonesia merupakan role model dalam penerapan Islam secara esensial ke bentuk format institusi modern. Kelahiran dari buku ini merupakan salah satu jawaban sekaligus pembanding formalisme syariah melalui pendirian Negara Islam, di samping itu buku ini hadir dengan menampilkan pemahaman komprehensif tentang ide Negara Islam, mulai dari pemahaman konservatif hingga pemahaman kontemporer. Varian pemahaman tersebut juga diulas melalui beberapa perspektif yaitu perspektif historis, teologis, dan keindonesiaan.

Dewasa ini dunia Barat dilanda gelombang populisme yang ditandai oleh penguatan partai sayap kanan, demikian juga di Indonesia, Islam-politik yang sebelumnya kurang mendapatkan ruang kini hadir menghiasi ruang-ruang publik dengan slogan ...

Islam And Peacebuilding In The Asia-pacific

Islam and Peacebuilding in the Asia-Pacific provides a unique backdrop of how native or migrant Muslims interact with communities of other faiths have led to the contemporary treatment of Islam and the Muslim communities in these nations. This book is based on the theme of Islam's presence and development in the Asia-Pacific region, and the concerns faced by Muslims in the region. Section 1 details the current status of peace or conflict between Muslims and practitioners of other faiths in Cambodia, Myanmar, Thailand and the Philippines, and the role of Muslim institutions in promoting peace in each nation. Section 2 features how Muslims living in cosmopolitan areas such as Australia, Indonesia and Japan engage with people of other faiths. Lastly, Section 3 explores the concerns with the interaction of the religion, state and society in Brunei, Indonesia, Malaysia and Singapore. A unique collection of the history of Islam in the region, Islam and Peacebuilding in the Asia-Pacific seeks to provide valuable insight for the global policy community by offering a comprehensive treatment of the issues highlighted.

... resilience against the growing influence of Islamist radicalism and terrorism.20
A civil society organisation whose membership comes both from Nahdatul Ulama
(NU) and Muhammadiyah (the CMM or Center for Moderat Moslem) was set up ...

Dinamika Dan Rekonstruksi Kebijakan Publik Di Era Otonomi Daerah

Buku ini dengan berani mengambil titel Dinamika dan Rekonstruksi Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah, Perspektif Ekonomi, Politik, Sosial, dan Budaya. Sebagaimana judul dari sebuah buku, ia berada pada posisi ―menyatakan‖ atau ―mempernyatakan‖ sesuatu (hal). Ia bisa juga menempatkan dirinya pada tendensi ―menanyakan‖ atau ―mempertanyakan‖, dalam konteks afirmasi ataupun negasi. Demikian buku ini, memberanikan hadir dengan hasrat menggebu-gebu ditimpali idealisme tinggi, mengangkat tema yang barangkali terlalu bombastis Dinamika dan Rekonstruksi Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah. Karenanya, boleh jadi kontennya belum mampu menangkap apalagi menjawab ekspektasi para pembaca.

Buku ini dengan berani mengambil titel Dinamika dan Rekonstruksi Kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah, Perspektif Ekonomi, Politik, Sosial, dan Budaya.

Dinamika Timur Tengah

Timur Tengah adalah kawasan yang selalu dinamis sepanjang abad ini. Di pusaran isu Timur Tengah adalah masalah nasib bangsa Palestina yang masih diduduki Israel sejak 1948. Perundingan damai yang bermula di Madrid telah menghasilkan kesepakatan, tetapi tidak cukup untuk membuat Palestina bebas dari belenggu Israel. Selain isu Palestina, perang di Irak pada 1990 masih menyisakan masalah besar hingga ketika sudah lepas dari Saddam Hussein. Selain isu Palestina dan Irak, isu kepemimpinan di Timur Tengah juga menjadi masalah sehingga lahirlah Arab Spring. Buku ini juga dengan rentang penulisan panjang memuat perkembangan terakhir mengenai munculnya Negara Islam Irak dan Suriah yang dikenal dengan ISIS serta bagaimana implikasinya terhadap Indonesia. ISIS menjadi fenomena dunia karena tidak hanya menguasai wilayah di Irak dan Suriah, tetapi juga menjadi daya tarik sebagian orang untuk ikut bergabung.

Timur Tengah adalah kawasan yang selalu dinamis sepanjang abad ini.

Mencari Autensitas dalam Dinamika Zaman

“Tidak banyak orang yang seperti beliau, yang mau berbicara secara jernih, kritis, tapi masih dalam konteks persatuan kita. Pikiran-pikiran tokoh-tokoh penting seperti Buya patut disimak dan dipelajari serta dijadikan teladan.” —Drs. H. M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI Dua Periode. “Saya teringat pada Syafii lama, Syafii muda yang saya kenal dahulu, ketika saya membaca koleksi tulisan ini. Persamaannya banyak sekali. Misalnya, nama Mohammad Hatta muncul di hampir setiap artikel.” —R. William Liddle, profesor ilmu politik di The Ohio-State University, Columbus OH, AS. Di tengah gemuruh badai krisis di tanah air, Buya Syafii seakan tak pernah merasa lelah untuk terus mencari “embun yang bening dan sejuk”. Ia percaya bahwa badai krisis yang melanda bangsa Indonesia pasti segera berlalu. Dan, melalui tulisan-tulisannya di buku ini, ia mengungkapkan pencariannya itu secara gamblang dan kritis. Bagi Buya Syafii, buku ini sejatinya juga menjadi bagian dari kesaksian: kesaksian seorang anak bangsa atas realitas di negerinya. Dalam kesaksian ini, ia menuturkan banyak hal: dari masalah agama, budaya, ekonomi, hingga politik. Dan, ia berharap bahwa kesaksian itu dapat membangkitkan bangsa yang sedang mati suri agar segera siuman.

Adapun kemudian agama dilibatkan ke dalam suatu konflik, hal itu terutama
dimaksudkan untuk menggalang solidaritas antara pihak-pihak yang
berseberangan. Uraian ini akan lebih memusatkan perhatian pada konflik-konflik
yang ...