Sebanyak 1638 item atau buku ditemukan

Mendidik Anak Pra Aqil Baligh

Buku ini menjelaskan tentang pentingnya pendidikan fase pra aqil baligh sebagai masa pembentukan segala aspek penting menjadi hamba Allah yang mukallaf. Bekal hidup sebagai manusia dewasa yang mampu masuk dalam lingkungan sosial yang lebih besar dan memberi kemanfaatan bagi orang lain. Dalam Islam hanya dikenal dua fase perkembangan, fase pra aqil baligh dan aqil baligh. Ketika seorang anak telah memasuki usia baligh, berapa pun usianya, anak tersebut telah dikenai tanggung jawab seperti orang dewasa tanpa beda sama sekali. Dalam pandangan Islam setiap anak manusia diciptakan sesuai fitrah Islam. Tapi kenapa kemudian ada anak yang tumbuh sesuai harapan ada juga yang tidak? Karena fitrah ini bisa redup sesuai dengan kondisi lingkungannya. Lingkungan terdekat yang paling besar pengaruhnya pada anak adalah rumah, dan orangtua punya tanggung jawab dan berperan besar untuk mengarahkan anak berkembang sesuai fitrahnya. Buku Mendidik Anak Pra Aqil Baligh disajikan dengan contoh penyimpangan sosial yang meresahkan masyarakat untuk membuka wawasan berfikir orangtua agar lebih waspada dan sadar untuk senantiasa membersamai anak, membekali anak dengan akidah dan pendidikan yang cukup. Buku ini juga disajikan dengan contoh tokoh-tokoh terkenal yang sudah memberikan kontribusi pada ummat saat usianya masih muda.

Buku Mendidik Anak Pra Aqil Baligh disajikan dengan contoh penyimpangan sosial yang meresahkan masyarakat untuk membuka wawasan berfikir orangtua agar lebih waspada dan sadar untuk senantiasa membersamai anak, membekali anak dengan akidah ...

Dasar-Dasar Mendidik Anak; Usia 1 - 10 Tahun

Rasulullah SAW bersabda “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia seorang Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.” Demikian vitalnya peran orang tua dalam mendidik dan mengarahkan anak. Oleh karenanya kesalahan dalam mendidik dan mengarahkan anak bisa berakibat fatal yang berujung pada terbentuknya kepribadian anak yang menyimpang dari syariat. Terlebih hidup di zaman sekarang ini, di luar sana kita dihadapkan pada kenyataan sistem pendidikan dan tata pergaulan maupun lingkungan yang seolah mengajarkan anak-anak untuk menjadi penentang Allah. Pintu kemaksiatan yang notabene merupakan jalan ke neraka dibuka lebar-lebar. Siapapun bisa terjerumus ke dalamnya setiap saat. Oleh karenanya penting bagi orang tua untuk membentengi anaknya dengan pendidikan yang benar. Buku ini berisi panduan praktis dalam mendidik dan mengarahkan anak. Arah pendidikan yang tidak hanya berorientasi dunia saja, tapi lebih dari itu memberikan bekal kepada mereka untuk mengarungi kehidupan akhirat yang kekal abadi. Pembahasannya disusun dengan sistematis mengikuti ritme usia anak disertai dengan contoh-contoh aplikatif sehingga akan memudahkan orang tua untuk mengaplikasikannya. Semoga hadirnya buku ini bisa menjadi panduan bagi para orang tua sehingga terlahir kualitas anak-anak muslim yang tangguh. Di tangan merekalah arah dan tanggung jawab dien ini dipikulkan. Wallahu a’lam. Buku persembahan penerbit QisthiPressGroup

Pukulan Dalam Pandangan Syariah Islam Rasulullah saw bersabda: اهيلع مهوبضاو يننس عبس ءانبأ مهو ةلاصلاب مكدلاوأ اورم« »عجاضملا ف مهنيب اوقرفو شع ءانبأ مهو Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat dan mereka anak usia tujuh tahun, dan ...

STRATEGI DAN METODE KAUM SUFI DALAM MENDIDIK JIWA

Sebuah Proses untuk Menata dan Mensucikan Ruhani agar Mendapatkan Pancaran Nur Illahi

Kaum sufi erat kaitannya dengan istilah tasawuf. Di mana Ilmu Tasawuf sendiri merupakan mata kuliah yang banyak diajarkan di Perguruan Tinggi Islam baik Negeri maupun Swasta. Namun, tasawuf juga bisa dipelajari bagi semua eleman masyarakat, mengingat tasawuf sebagai ilmu untuk ‘menata’ aspek ruhani manusia menjadi bersih dan lebih baik dengan menyandang gelar muhsinin wal muttaqin. Untuk itu, dalam dunia tasawuf terdapat beberapa strategi dan metode yang bisa digunakan untuk mendidik jiwa dalam rangka menata dan mensucikannya agar ia bisa berada sedekat mungkin dengan Allah Swt, dan akhirnya ia bisa mendapatkan secercah cahaya Ilahi. Strategi dan metode yang diajarkan dalam dunia tasawuf dan dipraktikkan oleh para kaum sufi, menjadi landasan bahwa seseorang memerlukan sebuah cara dan alat untuk bisa dekat dengan Allah, untuk bisa kenal dengan-Nya dan untuk bisa mendapatkan cinta-Nya. Mana mungkin bisa dekat, kenal, dan mendapat cinta-Nya, jika manusia tidak mengerti cara dan alat untuk menggapai hal tersebut. Sama seperti, ketika manusia ingin pergi ke suatu tempat, di mana ia tidak mempunyai peta, kompas, dan arah penunjuk jalan. Ia dengan percaya diri terus berjalan menuju tempat yang ia kehendaki. Akibatnya, ia akan tersesat. Sekalipun kepercayaannya itu benar, maka ia akan membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa sampai ke tempat tersebut. Oleh karenanya, manusia dalam menata dan mensucikan jiwanya (ruhani) diperlukan sebuah strategi dan metode yang bersifat spiritual, mengingat aspek yang dikaji adalah aspek ruhani (batin). Sehingga, akan berhasil dalam melewati proses tersebut. Akhirnya, jiwanya ‘layak’ mendapatkan pancaran cahaya Ilahi disebabkan kesuciannya, yang dalam al Qur'an diabadikan dengan predikat 'an Nafsu al Muthmainnah’ dan ‘Qalbun Salim’. Untuk itu, karya ini: "Strategi dan Metode Kaum Sufi dalam Mendidik Jiwa: Sebuah Proses untuk Menata dan Mensucikan Ruhani agar Mendapatkan Pancaran Nur Ilahi” disuguhkan sebagai referensi bagi para mahasiswa, kaum millenial, dan masyarakat post modern pada umumnya untuk lebih mengetahui cara menata dan mensucikan ruhani sebagaimana yang dicontohkan oleh para kaum sufi. Ketika ruhani sudah tertata dengan baik, bersih dan suci inilah manusia akan mengalami suatu keadaan berupa ketenangan, kedamaian, dan kekusyukan dalam beribadah kepada Allah Swt, akhirnya cahaya Allah diturunkan kepadanya. Yang mana hal tersebut menjadi suatu yang sangat penting bagi masyarakat modern dalam menghadapi pengaruh zaman global abad ini. Selamat membaca.

Untuk itu, karya ini: "Strategi dan Metode Kaum Sufi dalam Mendidik Jiwa: Sebuah Proses untuk Menata dan Mensucikan Ruhani agar Mendapatkan Pancaran Nur Ilahi” disuguhkan sebagai referensi bagi para mahasiswa, kaum millenial, dan ...

Nilai-nilai Pendidikan Anak

Buku ini memberikan penjelasan pentingnya menanamkan nilai-nilai positif pada anak didik sejak dini. Dengan disertai pendekatan yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan pendidikan pada jiwa anak. Mengingat, pada beberapa dasawarsa terakhir ini terjadi kecenderungan baru di dunia yaitu tumbuhnya kembali kesadaran nilai. Kecenderungan ini terjadi secara global yang dapat digambarkan sebagai sebuah titik balik dalam peradaban manusia. Di mana-mana orang berbicara tentang nilai dan dalam banyak kesempatan tema-tema tentang nilai atau yang terkait dengan nilai dibahas. Menelaah nilai sebagai tema abstrak memang tidak sederhana. Konsep tentang penyadaran nilai dapat kita definisikan dengan cerdas tetapi ketika menjawab implementasi penyadaran nilai agar berlangsung secara optimal maka terkadang yang terjadi adalah kesulitan dalam menjelaskannya. Maka diperlukan ilmu yang memadai untuk bisa menerangkan nilai-nilai sebagai suatu sistem yang objektif dan universal. Pendidikan yang baik dan tepat sasaran akan membawa sistem nilai tidak hanya bersifat teoretis akan tetapi secara praktis dapat diterapkan.

adalah pendidikan anak yang islami, antara lain36 : a. Pendidikan Ibadah Aspek pendidikan ibadah ini ... 36 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 321. 37 Departemen Agama, Al-Qur'ān dan ...

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK PRA AKIL BALIG BERBASIS AL-QURÁN

Ajaran Islam mengisyaratkan pendidikan karakter diperkenalkan sejak anak dalam kandungan sampai anak memasuki akil balig. Masa akil balig merupakan istilah yang khusus diberikan dalam agama Islam kepada anak yang cukup umur dan memiliki kedewasaan biologis dengan kematangan alat reproduksi. Batasan usia balig tidak berdasarkan pada usia kronologis, akan tetapi didasarkan pada usia maturase secara seksual, yaitu ketika anak perempuan sudah menstruasi dan laki-laki mengalami ikhtilam (mimpi kedewasaan). Pada tahap usia akil balig ini, anak-anak diharapkan sudah mulai memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab diri sendiri kepada Allah Swt. Dengan mengetahui dan memahami dasar-dasar ibadah, muamalah, munakahat dengan bimbingan dan arahan dari orangtua dan pendidik. Untuk itu, dalam mempersiapkan anak akil balig memiliki kemampuan dan sikap yang sesuai dengan ajaran Islam, berbagai upaya dapat dilakukan orangtua. Upaya tersebut berkaitan dengan tumbuh kembang anak, fitrah anak dan believe (kepercayaan dan keyakinan) orangtua dalam mendidik anak serta memilih pendidikan yang tepat. Pendidikan karakter yang dilakukan kepada anak pra akil balig dengan menempatkan fase tumbuh kembang, berorientasi fitrah dan keyakinan orangtua disertai dengan metode-metode yang dapat menumbuhkan karakter anak akan membentuk anak pra akil balig siap menjalani hidup dengan menjadikan diri sebagai abid yang taat dan tunduk atas perintah Allah Swt. serta menjadi khalifah fi al-ardh yang mampu menjaga hubungan baik dengan sesama dan merawat alam ini dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Ajaran Islam mengisyaratkan pendidikan karakter diperkenalkan sejak anak dalam kandungan sampai anak memasuki akil balig.

Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam

Manajemen merupakan bidang ilmu yang banyak mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Manajemen memberikan arah untuk mengenali kemampuan, kelebihan serta kekurangan diri sendiri. Manajemen memberikan cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan sehingga menghasilkan tujuan yang diinginkan. penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya Manusia dalam menggerakkannya untuk mencapai Tujuan Pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Manajemen pendidikan Islam mencakup objek bahasan yang cukup komplek, yang dapat dipertimbangkan atau dijadikan bahan dalam merumuskan kaidah-kaidahnya. Masing-masing bahan itu diintegrasikan untuk mewujudkan manajemen pendidikan yang bercirikhas Islam. Istilah Islam yang melekat pada kata manajemen bisa berupa Islam wahyu dan Islam budaya.

Manajemen merupakan bidang ilmu yang banyak mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia.

Berkah Islam Indonesia

ISLAM adalah agama dakwah. Agama yang menuntun umatnya (muslim) untuk bisa mengajak kebaikan kepada segenap umat manusia di semesta alam. Begitulah tugas Muhammad pasca 'dilantik' oleh Allah menjadi utusan-Nya (Rasulullah). Sebagai Rasul, Muhammad saw., diberi wahyu bukan hanya untuk dirinya, melainkan juga untuk orang lain, umatnya di dunia. Jalan dakwah rahmatan lil’âlamîn adalah jalan dakwah yang dipilih Muhammad saw., yakni jalan dakwah yang merahmati (mengasihi) alam semesta. Begitu juga dengan para ulama (wali songo, kiai, ustaz, dan pemuka agama lainnya) di Indonesia, mereka memilih jalan dakwah yang damai, sekaligus bisa memadukan antara dimensi keislaman dan keindonesiaan. Dakwah Islam Indonesia pun dilanjutkan Gus Dur (Alm. KH. Abdurrahman Wahid), Cak Nur (Alm. Prof. Dr. Nurcholish Madjid), Prof. Dr. Ahmad Syafi'i Ma'arif, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Dr. KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Emha Ainun Najib (Cak Nun), dan termasuk oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., bersama Mamang Muhamad Haerudin melalui buku ini, “Berkah Islam Indonesia: Jalan Dakwah Rahmatan Lil-'âlamîn.” Buku ini akan menunjukkan jalan Islam yang merangkul, bukan Islam yang memukul. Islam yang mengasihi, bukan Islam yang membenci. Islam yang mengapresiasi, bukan Islam yang mendiskriminasi. Islam yang pluralis, bukan Islam yang rasis. Selamat membaca!

Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., bersama Mamang Muhamad Haerudin melalui buku ini, _Berkah Islam Indonesia: Jalan Dakwah Rahmatan Lil-'âlamîn._ Buku ini akan menunjukkan jalan Islam yang merangkul, bukan Islam yang memukul.

Paradigma Pendidikan Islam Nusantara

Kajian Nilai-Nilai Pendidikan dalam Serat Wulang Reh

Jika ada pertanyaan, apakah mungkin karya-karya dari leluhur bangsa dapat dijadikan fondasai paradigma pendidikan Islam? Jawabannya iya sangat mungkin. Kita harus punya suara dalam menafsirkan kearifan bangsa sebagaimana negara-negara lain menafsirkan kearifan bangsanya. Bahkan Imam Al-Ghazali, panutan ulama kita, dipengaruhi oleh kultur dan peradaban Persia, karena memang beliau adalah orang Persia. Imam Al-Ghazali mengagumi karakter pemimpin mereka yang adil, yaitu Raja Anusyarwan, yang hidup dan berkuasa di masa Rasulullah Saw terlahir ke dunia. Dalam satu karyanya tentang etika politik berjudul at-Tibru-I-Masbuk fi Nashihati-l-Muluk, menampilkan Raja Persia itu sebagai suri Teladan bagi umat Islam karena keadilannya. Bayangkan, ini adalah ulama selevel Imam Al-Ghazali sendiri yang menampilkan ilmu Persianya, ilmu negerinya, dalam membicarakan etika dan moral politik. Pengalaman Persia yang memiliki pengalaman keadilan dalam politik juga patut disuarakan karena memang sesuai dengan misi Islam di dunia, yakni menyebarkan keadilan dan kebaikan (Islam rahmatan lil’alamin). Nah, dari sini dapat dipahami bahwa mengapa ulama-ulama kita, raja-raja nusantara dulu, menampilkan ilmu nusantara, suara-suara peradaban nusantara untuk diangkat dalam membicarakan berbagai persoalan kehidupan, salah satunya adalah pendidikan.

Jika ada pertanyaan, apakah mungkin karya-karya dari leluhur bangsa dapat dijadikan fondasai paradigma pendidikan Islam?

Etika Islam

Kajian Etika Sosial dan Lingkungan Hidup

Buku ini membahas Islam rahmatan lil’âlamîn sebagai basis etika Islam. Titik tekan kajiannya adalah etika sosial kemanusiaan Islam dan ekologi/lingkungan hidupnya sebagai pendekatan yang dipakai dalam membahas isu sosial dan lingkungan hidup, juga etika praktis/konkret, yaitu etika Islam yang dipahami dan dipraktikkan umat Islam saat ini. Dalam bidang etika sosial kemanusiaan, yang dibahas adalah nilai-nilai Islam terkait keadilan, meritokrasi, kejujuran, akuntabilitas, transparansi, kontrol kebijakan, kemaslahatan, anti kekerasan/perdamaian, humanisme, feminisme/emansipasi wanita, keragaman dan kerukunan beragama, juga keikhlasan. Adapun, terkait nilai-nilai Islam rahmatan lil’âlamîn dalam bidang etika ekologi/lingkungan hidup adalah tanggung jawab manusia sebagai khalifah terhadap kelestarian alam, hormat terhadap alam, solidaritas kosmis, kasih sayang dan kepeduliaan terhadap alam, no harm (tidak merugikan alam), pola hidup sederhana, hidup selaras dengan alam, demokrasi bumi, pluralisme makhluk hidup, dan keadilan ekologis. Etika sosial Islam yang menjadi rahmat sosial Islam, dalam konteks Indonesia kontemporer, merupakan isu yang relevan. Alasannya, karena negara kita masih harus menghadapi dan menyelesaikan agenda yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Buku ini, karenanya, merupakan salah satu ikhtiar untuk ikut dalam perbaikan bangsa dan negara Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar. Buku ini ditujukan menjadi bahan ajar matakuliah tertentu di UIN/IAIN (Uiniversitas Islam Negeri/Institut Agama Islam Negeri) atau perguruan tinggi Islam swasta se-Indonesia, terutama mata kuliah Akhlak-Tasawuf di FIDKOM (Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi) dan Fakultas Psikologi. Namun, buku ini juga dimungkinkan menjadi bacaan umum bagi para peminat atau pembaca yang ingin belajar/mendalami ajaran Islam dalam konteks isu-isu sosial kontemporer dan juga lingkungan hidup. Tentu saja, layak dibaca juga oleh para aktivis sosial dan lingkungan hidup, jika mereka ingin melihat isu-isu yang mereka perjuangkan dalam perspektif Islam. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup

Buku ini membahas Islam rahmatan lil’âlamîn sebagai basis etika Islam.

Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara? Untuk memulai memahami Islam Nusantara, kita harus membedakan antara Islam di Nusantara dan Islam Nusantara. Islam di Nusantara konotasinya penggambaran existing Islam di wilayah Nusantara, termasuk di dalamnya sejarah perkembangan, populasi, dan ciri khas Islam di kawasan Nusantara. Sedangkan Islam Nusantara lebih kepada keunikan sifat dan karakteristik Islam di kawasan Nusantara. Dengan demikian, orang yang ahli tentang Islam di wilayah Nusantara belum tentu memahami konsep Islam Nusantara itu sendiri. Islam Nusantara melibatkan berbagai disiplin keilmuan, seperti ushul fikih, dan penafsiran terhadap nash atau teks agama. Islam Nusantara lebih banyak berhubungan dengan fenomena Islam "as the Islam" ketimbang Islam "as an Islam". Hampir setiap Negara yang berpenduduk mayoritas muslim memiliki istilah khusus untuk mencirikan kekhususan umat Islam di negerinya. Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad, pernah memperkenalkan Islam Hadharah, Pak SBY sering menyebut Islam Rahmatan lil Alamin, Mantan PM Benazir Bhutto memperkenalkan Islam inklusif. Maka, istilah Islam Nusantara juga merujuk pada pola keberagamaan muslim Indonesia yang hidup berdampingan dalam keberagaman berbangsa dan bernegara. Islam memiliki ajaran dasar dan non-dasar. Ajaran dasar bersifat absolut, universal, dan eternal, seperti seperti rukun iman dan rukun Islam. Sedangkan ajaran non-dasar bersifat fleksibel, kontemporer, dan umumnya berbicara tentang hal-hal yang bersifat cabang (furu'iyyah). Wacana Islam Nusantara berada di dalam ranah ajaran non-dasar. Selama Islam Nusantara masih tetap di dalam wacana ajaran non-dasar maka tidak perlu dikhawatirkan akan adanya kerancuan ajaran, karena Islam sebagai agama akhir zaman selalu membuka diri untuk menerima dan diterima oleh nilai-nilai lokal, sepanjang masih sejalan atau tidak bertentangan dengan ajaran dasarnya. Islam Nusantara merupakan gerakan moderasi beragama yang berkelanjutan, terus bergerak menuju bentuk terbaiknya bagi setiap zaman. Untuk setiap zaman dengan ragam tantangan dan problematikanya, Islam Nusantara bergerak menempatkan agama sebagai panduan untuk mengkreasi model kehidupan berbangsa yang penuh dengan nilai-nilai toleransi, gotong royong dan rukun sejahtera.

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara?