Sebanyak 250 item atau buku ditemukan

Pendidikan Karakter Bangsa Dan Bela Negara

Negara sebagai sebuah organisasi sosial, adalah sesuatu yang lahir dan berkembang bersama dengan peradaban manusia. Bangsa Indonesia yang memiliki sejarah, nasionalisme diartikan sebagai suatu kesatuan solidaritas masyarakat yang terbangun oleh perasaan kebersamaan Esdecorb akibat kesediaan saling berkorban dalam waktu yang panjang serta kesediaan untuk melanjutkan di masa kini dan masa depan dengan berlandaskan atas kebersamaan untuk mewujudkan cita-cita bersama. Nasionalisme dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dikenal sebagai sebuah kata sakti yang mampu membangkitkan kekuatan berjuang melawan penindasan selama beratus-ratus tahun lamanya. Perasaan senasib dan sepenanggungan yang dialami mampu mengalahkan perbedaan etnik, budaya dan agama sehingga lahirlah sejarah pembentukan kebangsaan Indonesia. Dalam gagasan pembangunan bangsa yang berkarakter, pendidikan memiliki fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan dan pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Negara sebagai sebuah organisasi sosial, adalah sesuatu yang lahir dan berkembang bersama dengan peradaban manusia.

KURIKULUM PENDIDIKAN KARAKTER

Penyelenggara pendidikan berbasis karakter tidak sebatas mengandalkan menjadi tanggung jawab pemerintah melalui lembaga pendidikan sekolah formal. Tapi ini menjadi tanggung jawab smua pihak, terutama institusi pendidikan informal yang berlangsung dalam kehidupan keluarga, dan pendidikan nonformal di masyarakat. peran dan Fungsi ketiga lembaga pendidikan tersebut tidak hanya menghasilkan peserta siswa yang cerdas dan terampil, tetapi juga mencerminkan proses pendidikan sebagai pewarisan nilai-nilai luhur, agama dan budaya bangsa yang mengakar dalam dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, secara teknis perlu memperkuat manajemen pendidikan dengan mengembangkan program berbasis pendidikan karakter Sebab Kedudukan orang tua sebagai seorang pendidik, pembimbing, dan juga sebagai seorang pembina anak pertama kali, tentunya akan sangat memberikan warna karakter serta kesiapan anak dalam menjalankan kehidupannya kelak. Maka, kesempatan yang pertama kali di dalam mengisi memori anak dengan hal-hal yang baik adalah orang tua. Selain keluarga, lingkungan sesama teman, teman sebaya juga turut berpengaruh pada perkembangan anak. Teman yang sehari-hari berinteraksi dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif.

Selain keluarga, lingkungan sesama teman, teman sebaya juga turut berpengaruh pada perkembangan anak. Teman yang sehari-hari berinteraksi dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif.

Pesantren Multicultural Model Pendidikan Karakter Humanis-Religius di Pesantren Ngalah Pasuruan

Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan asli Indonesia (indigenous) yang bertujuan menjadikan, membina, mendalami agama yatafaqquhu finddin, mencetak manusia seutuhnya kaffah dan membentuk kepribadian manusia yang memiliki sikap yang dapat memosisikan dirinya sebagai hamba Allah Swt. dan sebagai khalifah di bumi, mengajarkan nilai-nilai Islam dan mengamalkan Islam yang ramah dan berjiwa rahmatan lil aalamin. Karakteristik Islam yang ditampilkan oleh para ulama pemangku pesantren sebagaimana Nabi Muhammad Saw. mengajarkannya adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai infitah (inklusif), tawassut (moderat), musawah (persamaan), dan tawazun (seimbang), karena itu pesantren tampil pula sebagai agen pembudayaan nilai, norma, sekaligus pesan-pesan keagamaan yang memiliki nilai harmoni, kerukunan, persatuan, dan kedamaian bahkan para ahli menilai pesantren mempunyai peran yang cukup signifikan dalam melestarikan budaya lokal, termasuk memelihara nilai-nilai dan tatanan sosial yang harmonis di sekelilingnya. Dalam hal ini Pesantren Ngalah menyelenggarakan keseimbangan ilmu umum dan ilmu agama secara integratif dan sistemik, dan juga mengajarkan secara seimbang antara trilogi Islam: tauhid, syariat/ibadah dan juga tasawuf/thoriqoh. Keilmuan bidang tauhid dan syariat/ibadah diajarkan di lembaga pendidikan formal dan nonformal, sedangkan bidang tasawuf/thoriqoh diajarkan melalui sistem informal. Buku ini menawarkan sejumlah gagasan yang cemerlang yang mudah dipahami dan diimplementasikan di dunia pesantren, di antaranya adalah konsep dasar pendidikan pesantren humanis religius, pendidikan karakter multikultural di pesantren, konsep dasar model pendidikan karakter di pesantren, model pendidikan karakter multikultural, desain pendidikan humanis religius dalam membentuk karakter multikultural santri, best practice nilai karakter multikultural, konstruksi model pendidikan pesantren humanis religius dan konstruksi pendidikan pesantren humanis religius. Buku ini sangat tepat menjadi bacaan dan sumber insprasi bagi mahasiswa S1, S2, S3, dosen, peneliti, serta pengembang teori pendidikan, dan juga masyarakat umum yang concern dengan dunia pesantren untuk mengenal, memahami, mengimplementasikan dan mempertahankan marwah pesantren ala Indonesia.

Sekretaris PPs PAI Multikultural UYP (2019-2020) Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam (2020-sekarang). ... Model Pembelajaran Madrasah Diniyah Ula di Pondok Pesantren Sidogiri Kraton Pasuruan (2014), Upaya Peningkatan Kemahiran ...

Pembelajaran Konstruktivistik PAI dan Budi Pekerti sebagai Implementasi Pendidikan Karakter

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan idaman bagi setiap insan beriman. Banyak buku literatur yang menyajikannya, semua itu bertujuan sama, yakni bisa dipahami sebagai pedoman untuk mengamalkan ajaran agama Islam, yang meliputi: Al-Qur’an, Aqidah, Akhlaq, Syari’ah, dan Tarikh dalam kehidupan sehari-hari. Buku Pembelajaran Konstruktivistik PAI dan Budi Pekerti sebagai Implementasi Pendidikan Karakter, merupakan sebuah buku yang menekankan metode pembelajaran yang bersifat konstruktif/membangun. Jiwa siswa harus selalu aktif membangun pengetahuan dan pemahaman. Guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berfikir kritis, baik yang menyangkut peningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT., berbuat baik kepada sesama manusia, dan makhluk lain sebagai ciptaan-Nya. Pembangunan jiwa inilah sebagai embrio yang akan melahirkan karakter insan beriman yang akan mewarnai semua aspek kehidupan secara baik dan benar.

Beberapa model pembelajaan yang didasarkan pada konstruktivistik adalah discovery learning, reception learning, assisted learning, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan contextual teaching and learning (CTL) ...