Sebanyak 41894 item atau buku ditemukan

Motivasi Kerja Guru Agama Hindu

Untuk mengukur kinerja guru-guru Agama Hindu diperlukan be­berapa komponen dan tolok ukur. Salah satu faktor yang paling bisa dilihat adalah manajemen organisasi di bidang pendidikan. Manajemen di sini termasuk kepemimpinan, sistem kerja, hu­bung­an antarbidang, job description, system reward & punish­ment dan yang lainnya. Jika hal ini bisa berjalan dengan lancar, maka dipastikan sistem pendidikan yang diselenggarakan akan ber­kualitas. Penelitian yang dikemas dalam buku ini kiranya dapat memberikan inspirasi untuk melihat lebih dalam bagaimana kinerja bisa dibangun di kalangan guru Agama Hindu sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

... ketidakpedulian kepala sekolah dalam membantu guru menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, dan ketidakpedulian guru dalam mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai akibat instruksi kepala sekolah yang didasarkan pada ...

Guru BK Keren

Guru BK “KEREN” adalah sarana, media, saluran bagi perwujudan ide, gagasan. Sekian banyak cara, metode, tetapi satu cara sederhana dapat dilakukan ialah menulis buku. Buku ini berdasar pengalaman mendampingi siswa bergulat dengan masalah pertemanan, masalah pembelajaran, dan karir.

Ada beberapa hal yang termasuk self-healing: 1) ilmu kehidupan yang mengajarkan kita untuk bisa berkomunikasi yang efektif agar bisa membantu jutaan siswa menyelesaikan permasalahannya atau biasa disebut konseling; 2) ilmu kehidupan ...

KILAS BERKAS MENUJU PENTAS Antologi Cerita Guru SMP N 2 Maos

Judul : KILAS BERKAS MENUJU PENTAS Antologi Cerita Guru SMP N 2 Maos Penulis : Arie Lantyka Dewi, Siti Rokhani, Wigi Hartati, Susmiyati, Sunarti, Purwaningsih, Nunung Rokhani, Soetji Rokhjati, Daryanto, Harun Nuur Rosid, Nur Indah Amalia, Titie Sukesi, Mujinah, Tri Wahyuningsih, Yuni Hardiningsih, Sriyanti, Kurniyanti, Siti Rokhmah, Titin Suhartini, Shopyan Jepri Kurniawan, Mustofa, Teguh Cahyanto, Umi Ma’rifah, Rasino, Ima Riyana, Teguh Pramono, Tri Suparni, Mukhsonah, Ratna Tri Wardani, Fathurrohim, Andriyanto, Edy Sukamto, Faujiyah, Sugiono, Agustina Yanti TS, Dina Meksika Sari,Syaiful Bakhri. Ukuran : 17,5 x 25 cm Tebal : 140 Halaman No ISBN : 978-623-56870-9-4 Menulis merupakan bagian dari kehidupan kita. Menulis bagi guru adalah hal yang sudah seharusnya menjadi suatu kebutuhan. Menulis dan berliterasi bagi guru merupakan hal yang harus dilakukan dan dikuasai, karena dengan menulis, guru akan semakin kreatif dan terampil dalam berkomunikasi secara tertulis. Memulai dari menulis pengalaman, kegelisahan, dan seputar pendidikan di sekolah dapat ditulis oleh seorang guru. Bila setiap hari guru menuliskan semua pengalaman, metode pembelajaran hasil pembelajaran, dan ide/gagasan yang membawa kemajuan bagi dunia pendidikan, maka suatu saat pendidikan kita akan berkembang dan menjadi lebih baik lagi. Kilas berkas menuju pentas, mempunyai makna dari yang “sekilas” nanti harapannya akan dapat “dipentaskan” melalui karya-karya tulis yang lebih profesional lagi, diwujudkan dalam bentuk karya-karya Solo (individu) dari guru-guru kita. Pertama memang harus dipaksakan untuk dapat meluangkan waktu kita untuk menulis, kemampuan untuk menyampaikan ide/gagasan, pengalaman kita, apa yang ada dalam pikiran kita, semua harus dimulai dengan semangat bahwa kita sedang memulai membuat sejarah kita dalam bentuk tulisan yang kita buat. Mengawali memang sulit, berat, tapi itulah tantangan bagi seorang guru untuk dapat memulai menulis. Lambat laun, jika kita terus konsisten menulis, maka kita akan merasakan bahwa menulis itu mudah. Seringnya berlatih, dan harus ada yang memotivasi guru, maka tersusunlah karya-karya guru yang ternyata dapat kita nikmati tulisan mereka sebagai hiburan, dan sebagai bagian dari gerakan literasi di sekolah. Dalam buku ini, kita dapat membaca berbagai pengalaman guru, yang dapat menghibur kita di sela-sela waktu luang kita. Para pembaca yang budiman, dan para guru di sekolah, buku ini penting bagi sekolah dan para guru karena dari buku ini pembaca akan dapatkan motivasi, dan semangat baru , bahwa kita semua pasti dapat menulis, selama ada niat, kemauan dan usaha yang sungguh-sungguh. Selamat Membaca dan berkarya. Semoga sukses.

Setiap anak, memiliki permasalahan yang berbeda, kita sebagai guru terkadang memang harus mau mendengarkan permasalahan mereka, sebab tidak semua siswa bisa menceritakan permasalahannya pada semua guru. Kadang permasalahan bisa ...

SERBA-SERBI MENJADI GURU

Buku ini salah satu upaya yang dilakukan untuk menebar manfaat dalam melestarikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan di dunia pendidikan, khususnya kami sebagai guru. Guru yang selalu diidentikkan dengan kegiatan mengajar, menerangkan dan menyampaikan materi pembelajaran. Guru juga harus mampu menyelesaikan berbagai hambatan yang dialami oleh peserta didiknya.

Selama mengajar di madrasah aliyah, jalan saya tidak selalu mulus, lika-liku dan permasalahan sering ditemui. Berbagai permasalahan dengan siswa-siswi, bahkan dengan diri sendiri, semakin membuat saya kuat.

Kumpulan Cerita Guru Inspiratif Suka Duka Mendidik Generasi Bangsa : Arfan Publisher

Kumpulan Cerita Guru Inspiratif Suka Duka Mendidik Generasi Bangsa : Arfan Publisher

sendiri, setiap peserta harus mencari permasalahan yang ada di instansi tempat bekerja, dalam hal ini sekolah saya SMPN 1 Parigi. Permasalahan tersebut harus bisa dipecahkan selama kegiatan Latsar itu sendiri dan hasil tersebut harus ...

SKGB 019: MISKONSEPSI LITERASI

Mengapa Indonesia dan sebagian besar bangsa yang baru merdeka lainnya mengembangkan program pemberantasan buta huruf atau pengajaran calistung? Bayangkan Anda menjadi pimpinan sebuah negara yang 100% warganya masih buta huruf. Bagaimana Anda menyampaikan pesan Anda pada jutaan warga negara yang berada di berbagai daerah? Tidak ada jalan, Anda harus bicara kepada semua warga negara. Bila hanya pada sebagian warga negara, pesan Anda akan menyebar seperti gosip. Jangankan sebuah negara. Dalam pelatihan, pesan yang disampaikan pada orang paling depan lalu orang tersebut menyampaikan ke orang di belakangnya hingga orang terakhir di suatu barisan. Apa pesan yang dipahami oleh orang di barisan paling belakang? Sama sekali berbeda dengan pesan yang disampaikan di awal. Ada distorsi, ada generalisasi, ada hiperbola, ada dramatisasi. Kalai rantai informasi pada satu baris bisa kacau seperti itu, lalu bagaimana bila terjadi pada suatu negara? Kekacauan! Itulah mengapa calistung menjadi program prioritas pada kebanyakan bangsa yang baru merdeka. Calistung pada masanya adalah mesin penggerak kehidupan sebuah bangsa, mesin konsumsi dan produksi pengetahuan. Kemampuan calistung membuat orang per orang tidak tergantung sepenuhnya pada komunikasi lisan. Calistung membuat orang bisa membaca panduan, brosur, petunjuk dan buku untuk menjalankan mesin, mengoperasikan birokrasi, atau menjalani kehidupan. Calistung membuat orang bisa menuliskan pikirannya, menuangkan pengalamannya dan menggambarkan impiannya untuk disampaikan pada banyak orang. Calistung membuat orang berpikir sistematis, pasar bekerja, pengerjaan bangunan menjadi simetris, penataan kebun menjadi rapi dan desain peralatan menjadi presisi. Calistung adalah bentuk awal literasi yang menggerakkan kehidupan negeri! Tapi kehidupan tidak semudah dan seindah cerita pengantar tidur. Belajar calistung bergerak cepat tapi dihentikan ketika akan memasuki tahap calistung untuk belajar, calistung untuk mengubah kehidupan. Sistem pendidikan mempersempit calistung sebatas sebagai aktivitas konsumsi belaka, calistung untuk mengkonsumsi pengetahuan, tapi tidak bergerak menjadi calistung untuk memproduksi pengetahuan. Orang kehilangan arti penting calistung. Belajar calistung jadi kegiatan di sekolah, lebih tepatnya kegiatan anak pada kelas kecil. Calistung menjadi kegiatan wajib yang membosankan dan kering makna. Pada tingkat global, pendidikan membaca kritis ala Paulo Freire diubah menjadi pengajaran membaca yang mekanis. Sampai sekitar 2 dekade yang lalu, kita mulai memasuki suatu zaman yang memperkenalkan istilah literasi. Lahir kesadaran arti penting literasi dalam kehidupan berbangsa. Kita telah berjalan sebagai negara merdeka lebih dari 70 tahun, tapi tantangan yang kita hadapi tetaplah sama: miskonsepsi literasi. Literasi sebagai tujuan, cara dan kegiatan direduksi sebagai kegiatan membaca. Murid diminta aktif membaca di awal pelajaran, tapi tidak mendapat tantangan yang memadai untuk menggali, memikirkan dan mengemukakan pendapat. Literasi menjadi calistung yang penting pada kelas kecil, sembari lupa bahwa literasi penting dan berguna pada semua tahapan belajar, bahkan bagi pendidikan doktor. Inilah ajakan bagi guru yang merdeka belajar untuk melek literasi tentang makna literasi itu sendiri. Pada Surat Kabar Guru Belajar edisi ini, kita akan bercerita mengenai miskonsepsi literasi sebagai upaya refleksi kolektif terhadap perjalanan kita menghidupkan literasi di ruang kelas, aktivitas sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang merdeka belajar adalah guru yang berani mengakui kekeliruan, keberanian yang akan mengantar pada keberanian yang lain, keberanian memperbaiki, keberanian untuk gagal terus hingga mencapai keberhasilan. Apakah Anda sudah membicarakan miskonsepsi literasi bersama murid Anda? Bersama rekan guru di sekolah dan di Komunitas Guru Belajar? Bersama kepala sekolah atau dinas pendidikan? Bila belum, bergegaslah karena literasi bermakna akan segera menggerakkan negeri.

Saya meminta mereka untuk menuliskan apa yang bisa mereka lihat, dengar, dan rasakan selama tinggal di sekitar kota Tangerang Selatan. Kemudian saya tanyakan hal yang lebih spesifik, “Apa saja permasalahan yang ada di kota ini?

SKGB 021: LITERASI UNTUK BELAJAR

Literasi untuk apa? Banyak guru, sekolah dan penggiat pendidikan mengadakan kegiatan literasi di berbagai konteks. Pertanyaan reflektif di Surat Kabar Guru Belajar ini adalah buat apa literasi? Dalam sebuah Temu Pendidik Mingguan, saya terlibat percakapan dengan seorang guru yang bingung merancang pengajaran literasi. Selidik punya selidik, kebingungan tersebut berakar pada asumsi kegiatan literasi diadakan sebatas pada 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Asumsi yang memisahkan antara pengajaran literasi dengan “pengajaran biasanya”. Pengajaran literasi dipisahkan dari pengajaran yang dilakukan setiap harinya. Bukan hanya pemisahan cara pengajaran, pengajaran literasi pun dipisahkan tujuannya. Pengajaran literasi mengejar suatu tujuan tertentu, pengajaran biasa mengejar tujuan yang lain. Ketika tujuan berbeda, penilaian keberhasilannya pun berbeda. Pada ujungnya, pengajaran literasi justru menjadi beban bagi guru, tanpa paham sebenarnya pengajaran literasi untuk apa. Diskusi tersebut menarik perhatian tim Surat Kabar Guru Belajar sehingga lahirlah usulan untuk memaparkan keterkaitan antara pengajaran literasi dengan “pengajaran biasanya”. Kami berharap paparan tersebut dapat menyebarkan pesan bahwa pengajaran literasi adalah pondasi dari keseluruhan pengajaran dan pendidikan yang kita lakukan. Pengajaran literasi bukan sekedar mematuhi kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh pusat. Pengajaran literasi hendaknya menunjang tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan pendidikan. Pengajaran literasi akan membantu murid dalam mencari, mendapatkan, mengolah dan menggunakan informasi untuk mencapai suatu tujuan atau untuk menyelesaikan masalah. Kompetensi literasi yang berkembang akan membuat murid lebih lancar dalam mencapai tujuan pengajaran. Lebih mudah memahami tujuan pengajaran, lebih mandiri dalam mencari dan mengolah informasi, lebih tangguh dalam menghadapi kesulitan dalam penggunaan informasi dan tentu saja, lebih mudah melakukan refleksi proses dan hasil belajar pada suatu mata pelajaran. Lebih jauh lagi, murid dengan kemampuan literasi pun lebih mampu menghadapi tantangan dan menyelesaikan persoalan hidupnya. Jadi buat apa pengajaran literasi? Untuk membantu murid lebih merdeka belajar dan menjalani hidup sebagai pelajar merdeka. Pelajar sepanjang hayat. Bila kita bersepakat bahwa tujuan pengajaran literasi menunjang tujuan pengajaran dan pendidikan secara menyeluruh, maka konsekuensinya semua pelajaran adalah pelajaran literasi, semua media belajar adalah media literasi dan pada akhirnya, semua guru adalah guru literasi. Semua pihak di sekolah mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan literasi murid. Bukan untuk menjalankan aturan, namun kesadaran bahwa pengajaran literasi pada dasarnya membantu guru mencapai tujuan pengajaran dan membantu murid mencapai tujuan pelajaran. Pengajaran literasi menunjang tujuan kita semua, tujuan pendidikan. Pernyataan tersebut bukan pernyataan omong kosong. Silahkan Anda baca Surat Kabar Guru Belajar Edisi ke-21 ini. Anda akan mendapatkan bagaimana pengajaran literasi bisa terintegrasi dengan berbagai macam pengajaran. Pengajaran literasi bukan monopoli pengajaran bahasa, juga pengajaran kewarganegaraan, pendidikan inklusi, pengajaran matematika, pengajaran budaya dan semua pengajaran yang lain. Inilah seruan yang diusung Komunitas Guru Belajar, pahami esensinya, pahami tujuannya, sehingga kita bisa mendapatkan beragam cara yang mungkin untuk mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan. Mari kita renungkan kembali, apa tujuan pengajaran literasi. Dan temukan cara pengajaran yang relevan dan bermakna, bagi murid maupun bagi guru. Selamat melakukan pengajaran literasi dengan cara berbeda!

Jadi pertanyaan dalam kaus Guru Belajar Esensial “Apakah murid Anda merasa dipahami?” sudah bisa terjawab dari apa yang guru lakukan di atas. Penulis Dari empati tersebut guru diajak mencari permasalahan yang dialami murid.

Surat Kabar Guru Belajar Edisi Khusus: Wardah Inspiring Teacher 2021 - Jilid 4

Surat Kabar Guru Belajar Edisi Khusus Wardah Inspiring Teacher menampilkan praktik baik pembelajaran dan pendidikan untuk menularkan kegemaran belajar pada komunitas guru. Kolaborasi Mewujudkan Merdeka Belajar Tantangan mewujudkan Merdeka Belajar memang tidak mudah. Tantangan itu semakin besar ketika upaya mewujudkan Merdeka Belajar baru berada pada tahap awal dan, pada saat yang sama, Pandemi Covid-19 datang mengguncang kehidupan kita. Semua terdampak, tak terkecuali dunia pendidikan. Namun, tantangan ini tak sedikitpun menyurutkan semangat Cerita Guru Belajar untuk terus berupaya mewujudkan Merdeka Belajar di Indonesia. Sebab, kepentingan kita untuk mewujudkannya jauh lebih berharga dari pada tantangan yang dihadapi. Pada konteks inilah Cerita Guru Belajar berkolaborasi dengan Wardah Inspiring Teacher untuk mendukung para guru di Indonesia belajar bersama dan berbagi praktik baik agar semakin banyak guru yang menjadi Guru Merdeka Belajar. Kami dipertemukan oleh visi yang sama, misi yang sama, dan kepentingan yang sama: melakukan transformasi pendidikan ke arah pendidikan yang lebih memerdekakan murid. Dalam mewujudkan Merdeka Belajar di tengah Pandemi Covid-19, peran media pembelajaran tentu saja sangat krusial. Apakah pembelajaran jarak jauh akan memberikan dampak pada murid atau sekadar menjadi rutinitas, salah satunya ditentukan oleh media pembelajaran yang diaplikasikan di kelas. Melalui Surat Kabar Guru Belajar edisi Wardah Inspiring Teacher 2021 ini, kami ingin membagikan berbagai Media Pembelajaran Merdeka. Semoga dari berbagai cerita praktik baik yang tersaji dalam Surat Kabar Guru Belajar edisi ini dapat menginspirasi para guru di Indonesia, dan kemudian terjadi perubahan di dunia pendidikan kita. Selamat membaca!

Setelah itu, saya lanjutkan dengan memberi permasalahan yang kedua. “Mengapa dalam rangkaian listrik lampu hias, jika satu lampu mati atau putus maka semua lampu akan ikut mati?” Permasalahan yang saya sampaikan melalui media video ...

Aku Bangga Menjadi Guru; Peran Guru dalam Penguatan Nilai Karakter Peserta Didik (Antologi Esai Mahasiswa Pendidikan Agama Islam)

Sebagai lembaga yang berorientasi mencetak pendidik agama Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam FAI UAD dituntut untuk menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi sekaligus menjawab kebutuhan akan pendidik agama Islam yang semakin meningkat. Oleh karena itu, kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan 1 (PLP 1) dirancang berbasis luaran. Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Profesi Keguruan (P3K) FKIP UAD. Salah satu luaran kegiatan PLP I adalah membuat esai secara berkelompok. Antologi Esai ini disusun oleh mahasiswa praktikan berdasarkan hasil kegiatan PLP I atas bimbingan dosen pembimbing lapangan. Kegiatan PLP I ini dirancang dalam dua capaian, yaitu (1) membangun Jati diri pendidik dengan mengenal kultur sekolah, struktur organisasi sekolah dan tata kelola sekolah, peraturan dan tata tertib sekolah, dan kegiatan-kegiatan di sekolah. (2) Membangun jati diri pendidik dengan mengetahui praktik proses pembelajaran dan karakteristik siswa. Berdasarkan kegiatan tersebutlah mahasiswa praktikan menyusun esai sebagai respon dan kemampuan memberikan pendapat terhadap dunia pendidikan. Antologi ini diharapkan dapat menjadi motivasi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi diri dalam berlatih melatih menulis karya tulis ilmiah sebagai calon seorang pendidik.

Dilihat dari permasalah-permasalahan yang ada, baik dari peserta didik maupun orang tua yang memiliki keterbatasan ekonomi. Pastinya mereka merasa kesulitan untuk memiliki handphone pribadi demi menunjang kegiatan pembelajaran daring ...

Pena Emas Sang Guru

Sebut saja Suci, guru Aqidah-ahlaq mengungkapkan pengalamannya yang inspiratif. Seorang wanita yang mengemban tiga tugas sebagai,pengajar,istri dan sekaligus ibu dari tiga anak. Tiga tahun menjalankan tugas tersebut dengan menstabilkan semua aspek lahir dan batin. Perjalanan tugasnya yang menuntut LDR, bisa memberikan inspirasi pada pembaca, bagaimana agar sukses dalam menjalankan tugas dan kewajibannya meskipun jauh dari keluarga. Berbeda dengan kiat Jahriyatun menjaga kesehatan lahir batin ketika mengalami kehamilan tetapi terlanjur menjalani vaksin minginitis. Merasakan dilema antara menjalankan ibadah umroh dan tetap menjaga kesehatan kandungannya. Dokter mengatakan ketika seorang ibu mengandung jangan melakukan vaksin karena akan mengakibatkan bayinya cacat atau meninggal. Bersamaan dengan itu, keberangkatan umroh menuntut calon jamaah umroh melakukan vaksin minginitis. Bisa dibayangkan bagaimana perasaannya? Pengalaman pribadinya bisa dijadikan kiat agar mimpi buruk tidak menjadi kenyataan. Guru yang lainnya melengkapi artikel ini dengan pengalamannya mengajar di mapelnya masing-masing. Seperti pengalaman di mapel bahasa Indonesia disampaikan keunikan proses pembelajaran puisi dalam kondisi pandemi. Dengan waktu terbatas tetapi tuntutan tujuan materi puisi harus tetap tercapai. Yang menarik lagi artikel tentang bagaimana kegiatan robotik bisa menjadi icon madrasah. Perjalanan ekstra robotik mulai titik nol sampai meraih tingkat internasional, perjalannannya patut disimak dalam artikel ini.

Bila melihat dari beberapa kasus yang ada di madrasah, sering kita melihat permasalahan siswa baik itu permasalahan pribadi, permasalahan dengan teman, belajar ataupun karir, Permasalahan pribadi siswa banyak juga berawal dari keluarga, ...