Sebanyak 18166 item atau buku ditemukan

Iktisar Filsafat Ilmu: Dalam Perspektif Barat dan Islam

Buku ini mengurai tentang ikhtisar pemikiran dari para filsuf yang lahir dari dunia Barat maupun Islam. Filsuf yang hadir dari perspektif Barat dan membumi di sekitar abad XIX sampai sekarang ini, antara lain; filsuf Carl Popper, Thomas Kuhn, David Hume. Untuk Filsuf yang hadir dari perspektif Islam, antara lain; Ibn Miskawah (932-1030), Al Ghazali (1059-1111), Ibn Khaldum (1332-14.06), Shah Wali Ullah (1703-1753) dan Ulama Muhammad Iqbal (1873-1938). Adapun konsepsi dan kajian teori-teori ilmu pengetahuan dari perspektif Barat dan Islam itu sangat berbeda khususnya mengenai keberadaan Allah sebagai pencipta segala sesuatu, dan keaslian semua pemikiran termasuk Sumber ilmu pengetahuan (resource knowledge) tidak ada Sumber lain kecuali Allah. Sejak Sumber ilmu pengetahuan datang dari yang ghaib, maksud dan tujuan daripada ilmu pengetahuan adalah tidak lain kecuali dihubungkan dengan yang ghaib dan kenyataan.

Buku ini mengurai tentang ikhtisar pemikiran dari para filsuf yang lahir dari dunia Barat maupun Islam.

PERSOALAN FILSAFAT ILMU TERAPAN PARIWISATA

Konteks Pengembangan Magister Terapan Pariwisata

Buku Persoalan FiIsafat Ilmu Terapan Pariwisata adalah sebentuk ketidaktakutan untuk salah dari hampir tidak adanya bacaan-bacaan tentang filsafat ilmu terapan (philosophy of applied sciences) dan lebih-lebih filsafat ilmu terapan pariwisata (philosophy of applied sciences in tourism). Buku yang dalam desain awalnya berupa paper sederhana ini mencoba menelisik –mungkin tidak sedalam upaya filsafat yang seharusnya mendalam dan radix-- aspek-aspek filsafati ilmu terapan pariwisata, yang ujung-ujungnya banyak berkenaan dengan urusan-urusan pragmatisme. Ini beralasan karena saat ini sebagian besar kita lebih menganggap --mereduksi-- pariwisata sebagai wilayah bisnis-ekonomi ketimbang suatu kompleksitas yang bagian-bagiannya saling berhubungan satu sama lain. Maka ketika peran pendidikan tinggi ditemukan banyak gak nyambung dengan kebutuhan-kebutuhan industrialisasi/pembangunan pariwisata (yang diniatkan menyejahterakan masyarakat) lantaran lebih banyak melakukan aktivitas ilmu untuk ilmu, yang hanya sibuk diam di menara gading, sebagai saintisme belaka, kemudian lembaga-lembaga perguruan tinggi terapan seperti politeknik-politeknik di Indonesia dengan sendirinya punya kewajiban merespons ketidak-nyambungan itu dengan program studi terapan berlevel magister (KKNI Level 8), seperti yang dipelopori Politeknik Negeri Bali melalui Program Studi Perencanaan Pariwisata (Tourism Business Planning), Jurusan Pariwisata. Buku ini terasa enak dibaca dan perlu manakala mau memasuki pintu ilmu terapan pariwisata di level tersebut, sehingga menjadi jelas apa yang menjadi persoalan-persoalan objek materia, objek forma, ontologi, epistemologi, aksiologi, dan sebagainya, selain signifikansi, kebermanfaatan, dan kemultidisiplinan, dari dunia tersebut, dalam hubungannya dengan realitas dan postrealitas dunia pariwisata dunia yang benar-benar dihadapi hari ini dan nanti…

Buku Persoalan FiIsafat Ilmu Terapan Pariwisata adalah sebentuk ketidaktakutan untuk salah dari hampir tidak adanya bacaan-bacaan tentang filsafat ilmu terapan (philosophy of applied sciences) dan lebih-lebih filsafat ilmu terapan ...

SINERGITAS FILSAFAT ILMU DENGAN KHAZANAH KEARIFAN LOKAL MADURA

buku ini merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh khazanah diskursus tentang filsafat ilmu. Setidaknya buku ini menghadirkan suatu nuansa baru dalam menatap secara mendalam persoalan-persoalan yang menjadi bagian penting dari filsafat ilmu sebagai ilmu, maupun filsafat ilmu sebagai bagian dari kurikulum suatu Perguruan Tinggi.

buku ini merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh khazanah diskursus tentang filsafat ilmu.

Filsafat Ilmu

Epistemologi, Gereja Katolik Roma Dan Ilmu Pengetahuan, Ontologi, Sejarah Ilmu Pengetahuan, Teori Ilmiah, Teori Sistem

Sumber: Wikipedia. Halaman: 32. Bab: Epistemologi, Gereja Katolik Roma dan ilmu pengetahuan, Ontologi, Sejarah ilmu pengetahuan, Teori ilmiah, Teori sistem, Filsafat proses, Sejarah teori ekonomi, Skeptisisme, Design Structure Matrix, Entitas aktual, Gereja Katolik Roma dan teori evolusi, Empirisme, Lingkaran Wina, Dogma, Vatican Advanced Technology Telescope, Objek-objek abadi, Sintesis evolusioner modern, Tuhan, Kreativitas, Sejarah pemikiran evolusi, Konkresi, Sejarah fisika, Datum, Nexus, Kenyataan, George Edward Moore, Keyakinan dan kepercayaan, Atomisme, Royal Society, Gaston Bachelard, Revolusi ilmiah, Providentissimus Deus, Falsifiabilitas, Georges Canguilhem, Fondasionalisme, Observatorium Vatikan, Paradigma, Behaviorisme, Filsafat alam, Pengalaman, Teori sistem dinamik, Kekeliruan, Perkara Galileo, Misoteisme, Sains Besar, Falibilisme, Keadaan tunak, Masalah Molyneux. Kutipan: Filsafat proses atau filsafat organisme adalah filsafat yang mengatakan bahwa segala sesuatu selalu menjadi. Pengertian 'proses' in mengandung makna yakni adanya perubahan berdasarkan mengalirnya waktu dan kegiatan yang saling berkaitan. Kemudian realitas dipahami bukan sebagai sesuatu yang statis melainkan terus bergerak dan berubah dalam suatu dinamika pergerakan yang berkelanjutan. Filsafat ini dicetuskan oleh Alfred North Whitehead (15 Februari 1861 Ramsgate, Kent, England - 30 Desember 1947 Cambridge, Massachusetts, USA) seorang guru besar Matematika Trinity College yang selanjutnya menjadi guru besar filsafat di Universitas Harvard. Filsuf-filsuf yang memengaruhi Whitehead: Plato, Hegel, Aristoteles, David Hume, Leibniz, John Lock, Immanuel Kant, Descartes William JamesAlfred North Whitehead, yang dikenal dengan sebutan Whitehead, menemukan sistem filsafatnya berdasarkan usaha kritis dan kreatif dalam dialog intelektual dengan para pemikir lain dan dalam konfrontasinya dengan pengalaman hidup. Dalam bukunya yang berjudul Process and Reality, ia menyebutkan filsuf-filsuf yan...

Sumber: Wikipedia.

Arah Baru Studi Ulumul al-Qur’an

“Edisi kedua karya sahabat Aksin Wijaya ini merupakan lanjutan dari karya sebelumnya yang berjudul Menggugat Autentisitas Wahyu Tuhan, di sisi lain menjadi pijakan dasar dari karya berikutnya yang berjudul Sejarah Kenabian dalam Perspektif Tafsir Nuzuli. Sebagai lanjutan, karena buku ini menampilkan gagasan inti dari karya sebelumnya tentang diferensiasi pesan Tuhan menjadi wahyu, al-Qur’an dan Mushaf Utsmani; dan menjadi pijakan karena karya berikutnya itu bertolak pada buku ini terutama tentang dialog al-Qur’an dan Mushaf Utsmani dengan realitas masyarakat Arab yang hidup pada pra, era, dan pasca kehadiran al-Qur’an. Ketiga buku itu menjadi satu kesatuan yang harus dibaca oleh mereka yang hendak memahami pemikiran keislaman Aksin Wijaya secara utuh.” [Dr. Hefni Zein, Wakil Rektor III IAIN Jember] “Buku ini membahas unsur-unsur Ulum al-Qur’an dengan cara baru, mensistematisasinya serta mendiferensiasi antara wahyu, al-Qur’an, dan Mushaf Utsmani. Ketiga istilah itu menurut Aksin mempunyai makna yang berbeda, kendati menunjuk pada satu titik yang sama, yakni pesan Tuhan. Pesan Tuhan yang tersimpan di dalam ketiga istilah itu juga berbeda dari segi autentisitasnya, sehingga dia menawarkan pendekatan baru dalam memburu pesan autentik Tuhan, yakni hermeneutika. Di sinilah letak kesegaran dan kebaruan buku karya Aksin Wijaya ini.” [Dr. Suwendi, M.Ag., Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat PTKI, Kemenag RI]

“Edisi kedua karya sahabat Aksin Wijaya ini merupakan lanjutan dari karya sebelumnya yang berjudul Menggugat Autentisitas Wahyu Tuhan, di sisi lain menjadi pijakan dasar dari karya berikutnya yang berjudul Sejarah Kenabian dalam ...

WACANA PEDAGOGI ISLAM NUSANTARA

Kehadiran media baru membawa perubahan besar bagi perkembangan pemikiran dan wacana Islam di Nusantara. Bagaimana metode penyebaran pemikiran, yang awalnya hanya lewat ruang kelas, disampaikan oleh guru kepada peserta didik melalui ruang-ruang kelas dan bersifat tatap muka, kini telah mengalami perkembangan terbaru, yang tidak hanya tetap mempertahankan cara-cara pengajaran tradisonal seperti di atas, namun dikombinasikan dengan cara modern, yaitu sistem pengajaran melalui media baru. Sistem pengajaran melalui media baru, membutuhkan pola pengajaran yang dinamis, karena terus mengalami perubahan, seiring mengikuti pertumbuhan media baru yang terus meningkat, namun tidak diiringi dengan kepahaman pendidik untuk memahami kearah mana media baru terus bertumbuh. Oleh karena itu, terjadi pro kontra dalam mengiring wacana pemikiran Islam yang tumbuh pesat, dengan berbagai varian pemikirannya, di bumi Indonesia ini. Sebagaimana kita ketahui, penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, dan tumbuh pula bermacam organisasi Islam dengan berbagai ciri khasnya masing-masing. Ciri khas yang dimiliki organisasi Islam tersebut, juga ditopang dengan sistem pengajaran yang bertujuan untuk mentansfer pengetahuan ke-Islaman berdasarkan ciri khas tersebut. Dengan kehadiran media baru, sistem pengajaran tersebut juga ikut masuk, dengan memanfaatkan media baru sebagai sarana pengajaran, sekaligus memperluas penyebaran wacana pemikiran. Namun karena adanya perbedaan yang menjadi ciri khas dari masingmasing, banyak pro dan kontra yang terjadi dari wacana pemikiran tersebut. Permasalahan muncul, karena sifat media baru yang terbuka dan dapat diakses siapa pun, menjadikan pro dan kontra tersebut, seperti arena perang, di mana ada pihak yang melawan, dan menyerang pemikiran yang berseberangan, sekaligus mempertahakan pemikiran sendiri. Buku ini menulis mengenai perang pemikiran mengenai ide Islam Nusantara. Ide Islam Nusantara merupakan ide yang dilahirkan dari prodi Islam Nusantara di STAINU Jakarta, kemudian menjadi wacana kepada publik, karena diangkat menjadi tema besar Muktamar NU ke-33. Sebelum menjadi tema muktamar, dalam kongres alim ulama NU, ide Islam Nusantara ini sudah muncul, dan mendapat dukungan dari Presiden Jokowi. Selain itu dalam teksteks di web resmi NU, juga memproduksi banyak teks yang menjelaskan Islam Nusantara. Dalam media baru, teks tersebut dibaca banyak masyarakat dan tokoh organisasi Islam lain. Dalam pemikiran mereka, ada penjelasan mengenai Islam Nusantara dalam teks tersebut, bertentangan dengan pemikiran yang menjadi ciri khas mereka. Timbulah reaksi untuk membalas teks tersebut dengan teks lain, yang merupakan ciri khas organisasi Islam masing-masing. Diantara sekian banyak, organisasi Islam di Indonesia, HTI adalah organisasi yang bereaksi kontra terhadap Islam Nusantara dalam web resmi mereka, dan melawannya dalam bentuk teks pula. Atas dasar tersebut, penulis mencoba untuk memberikan gambaran dalam buku ini, bahwa ciri khas dari masing-masing organisasi Islam, memberikan perbedaan terhadap cara pandang dan tindak tutur di media baru. Untuk mendapatkan gambaran tersebut, penulis mengumpulkan data dari web resmi NU dan HTI dalam rentang waktu yang dalam tataran wacana melahirkan perang retorika. Di mana perang retorika itu sebagai dinamika proses perjalanan organisasi Islam di Indonesia, yang ikut mengambarkan cermin dari kebudayaan Indonesia, yang menjunjung kalimat bhineka tunggal ika (berbeda-beda tapi tetap satu jua). Insyaallah. Dini Safitri

Teks dua puluh delapan, membahas retorika Islam Nusantara yang berkaitan
dengan NU. Gagasan Islam Nusantara lahir dari pengumulan akademik elit
intelektual NU, tertutama Prof. Dr. K.H. Said Agil Siraj dan para akademisi
STAINU ...

Sejarah Hukum Islam Nusantara

Buku yang ada di tangan pembaca berisi mengenai sejarah hukum Islam di beberapa daerah yang pernah memiliki kesultanan di Nusantara ini. Pasti ada yang bertanya mengapa hanya beberapa kesultanan yang dibahas di dalam buku ini? Jawabannya sederhana bagi sejarawan seperti saya: karena ketiadaan sumber untuk mendedahkan hukum Islam di beberapa kesultanan yang ada di Nusantara. Dengan demikian, apa yang terdapat di dalam buku ini, semata-mata keberadaan sumber untuk menuliskannya. Tanpa sumber dan historiografi, adalah hal yang mustahil menuliskan satu kesultanan tertentu. Buku tentang sejarah hukum Islam Nusantara ini dapat mengisi kekosongan buku daras tentangætarikh tasyriæNusantara, di lingkungan Fakultas Syariah atau Fakultas Hukum, baik di lingkungan perguruan tinggi Islam (UIN/IAIN/STAIN) maupun perguruan tinggi umum. Buku ini juga dapat menjadi bacaan umum bagi mereka yang ingin mengetahui keberadaan hukum Islam di Nusantara pada masa lampau. --- Buku persembahan penerbit Kencana (Prenadamedia)

Buku tentang sejarah hukum Islam Nusantara ini dapat mengisi kekosongan buku daras tentangætarikh tasyriæNusantara, di lingkungan Fakultas Syariah atau Fakultas Hukum, baik di lingkungan perguruan tinggi Islam (UIN/IAIN/STAIN) maupun ...

Gus Dur: Islam Nusantara & Kewarganegaraan Bineka

Gus Dur berhasil membalik strategi penyelesaian konflik Aceh dan Papua. la memberikan keadilan, baru kemudian menuntut kesetiaan dengan tiga langkah: pengakuan, penghormatan, dan tranformasi kelembagaan negara untuk mengakomodasi mereka. Dengan itulah terbangun terbangun kewarganegaraan bineka yang didasarkan pada metodologi Islam Nusantara. “Bagi Presiden Abdurrahman Wahid, melalui pendekatan keadilan yang menyeluruh, khususnya buat Aceh dan Papua, penyelesaiannya akan lebih efektif dengan mernantapkan masalah integrasi nasional,sebagaimana yang disimpulkan oleh Dr. Ahmad Suaedy dalam karyanya ini." Mantan Ketua PP Muhammadiyah dan Tokoh Humunis “Gus Dur berhasil meyakinkan mereka karena Gus Dur dipercaya mampu menyelesaikan masalah itu dengan baik dan dikenal sebagai pemimpin muslim yang demokratis, dengan visi pluralisme dan kebangsaan yang jelas. Gus Dur adalah sosok konkret Islam Nusantara sebagaimana terungkap dalam buku Ahmad Suaedy ini." Ahli Tasawuf dan Ketua Umum PBNU “Kite masih harus banyak belajar dari Gus Dur. Dalam buku ini Ahmad Suaedy menguraikan secara rinci bagaimana Gus Dur,sebagai Presiden RI, menangani dua kon?ik yang sejak puluhan tahun membara, yakni kon?ik di Aceh dan PapuaI" Pastor dan Guru Besar Filsafar STF Driyarkara Jakarta "Suaedy berhasil mengungkap sisi humanis Gus Dur dalam menghadapi aspirasi eksponen separatis Aceh dan Papua dengan pendekatan personal dan empati" Deakin University, Melbourne Australia & Penulis Biogra? Gus Dur

... citizenship status and community membership . Because the modern state has been typically a national state , citizenship is derived ultimately from membership by birth within an ethnic community , where the entitlement to citi- zenship ...