Pendidikan agama Islam di era disrupsi beserta dampaknya di Indonesia menjadi kajian menarik saat ini. Adanya pergeseran paradigma belajar dengan online learning serta munculnya generasi millenia menjadi perhatian tersendiri di dunia pendidikan.. Era disupsi dengan pemanfaatan teknologi dijadikan syarat dasar. Namun pondas utama dari pendidikan agama islam adalah keteladanan yang tidak dapat terganti dengan keanggihan teknologi manapun. Melalui buku ini, kajian mendasar mengenai pendidikan agama islam di era disrupsi dibahas dalam 9 bab, sehingga dapat menjadi panduan yang komprehensif baik bagi akademisi maupun praktisi. Diharapkan buku ini dapat menjadi sarana penting untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan stategis apa yang sesuai dijadikan model, startegi, serta kebijakan dalam pengajaran pendidikan agama islam khususnya di era disrupsi saat ini.
Moderasi beragama di Indonesia telah menjadi pilihan kebijakan dalam aspek keagamaan dengan pilar akomodatif terhadap budaya lokal, anti kekerasan dan komitmen kebangsaan. Pada buku ini, ketiga pilar moderasi beragama akan sangat bermakna jika dimediasi oleh intellectual humility sebagai salah satu karakter positif yang memungkinkan individu terbuka terhadap potensi kesalahan dalam setiap pendapat dan sikap, dan kemudian merevisi sikapnya. Terdapat empat kesimpulan penting: pertama, komitmen kebangsaan memiliki pengaruh terhadap sikap toleransi; kedua, anti kekerasan memiliki hubungan dengan sikap toleransi; ketiga, akomodasi terhadap budaya lokal memiliki hubungan dengan sikap toleransi; keempat, intellectual humility memoderasi komitmen kebangsaan, anti kekerasan dan akomodasi terhadap budaya lokal terhadap sikap toleransi, semua telah diuji dan diterima. Tema buku ini memiliki kontribusi penting untuk membangun optimisme tentang masa depan pluraritas di Indonesia melalui pelembagaan sikap kelembagaan yang moderat. Moderasi sikap keagamaan kaum muda muslim di Indonesia dimungkinkan oleh kuatnya kelembagaan sistem norma Pancasila sebagai keyakinan bersama (common belief) titik temu, titik tumpu dan titik tuju dalam pembentukan perilaku dan karakter mereka.
Moderasi beragama di Indonesia telah menjadi pilihan kebijakan dalam aspek keagamaan dengan pilar akomodatif terhadap budaya lokal, anti kekerasan dan komitmen kebangsaan.
Pengetahuan seseorang akan suatu objek akan memberikan dampak positif pada kesan terhadap objek tersebut. Dengan artian bahwa semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang akan suatu objek maka akan sangat mempengaruhi kesan yang mereka munculkan terhadap objek tersebut. Begitulah berbicara di depan Umum. Public speaking adalah sebuah hal penting yang akan menunjang karir dalam kehidupan pembicara. Dalam pekerjaan pembicara juga akan dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik atau yang biasa disebut dengan kemampuan public speaker. Berbicara di depan umum adalah sesuatu yang kebanyakan orang berusaha untuk menghindari dan atau bahkan sungkan. Banyak orang kedapatan sangat gugup sebelum dan selama presentasi di depan umum atau pidato mereka. Ini dapat memiliki pengaruh negatif pada pernapasan dan dapat mengakibatkan kehabisan napas. Komunikasi melibatkan 3 unsur: pengirim (sender), media komunikasi, dan penerima (receiver). Jadi Pembicara butuh ketelatenan memperbaiki diri agar semakin baik dan menjadi pribadi yang super. Seorang pemimpin bukanlah dia yang mampu melakukan apapun dan menyelesaikan semua masalah sendirian. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang dapat mengarahkan anak buahnya dan memberikan jalan bagi mereka agar dapat menjadi pemimpin baru di masa depan. Jika ingin menguasai Dunia maka belajarlah Ilmu berbahasa !