Sebanyak 1149 item atau buku ditemukan

Pembentukan tradisi Islam lokal

perspektif Islam Nusantara di jagad Besemah : telaah atas pemikiran dan peranan Puyang Awak Raje Nyawe di Kota Pagarlama

Masterpiece Islam Nusantara

sanad dan jejaring ulama-santri (1830-1945)

History of Islam in Indonesia from 19th century to 20th century.

History of Islam in Indonesia from 19th century to 20th century.

Apa Jadinya Dunia Tanpa Islam?

"Karya salah satu otoritas paling terkemuka tentang perpolitikan Muslim global. Menyajikan analisis provokatif tentang hubungan Muslim-Barat sejak munculnya Islam." -John L. Esposito, Penulis Masa Depan Islam dan Saatnya Muslim Bicara "Setelah Peristiwa 11 September, diskusi tentang Islam biasanya terasa steril. Itulah sebabnya pemikiran cermat dan peka dari Graham Fuller ini amat dibutuhkan." -Akbar S. Ahmed, Ibn Khaldun Chair of Islamic Studies, American University, Washington, D.C. Sinopsis Seperti apakah dunia tanpa Islam? Apakah dunia akan lebih damai dan menjadi tempat yang lebih baik? Umumnya orang di Barat akan menjawab: Tentu. Tanpa Islam, pasti tidak terjadi Perang Salib, konflik Israel-Palestina, aksi bom bunuh diri, dan Peristiwa 11 September. Bukankah Islam sumber dari semua tragedi itu? Graham Fuller menawarkan sebuah eksperimen berpikir untuk menguji pandangan itu. Dengan analisis historis yang serius, dia menyusun sebuah skenario alternatif seandainya Islam tidak pernah ada dan memengaruhi jalannya sejarah. Kesimpulan-kesimpulannya di luar dugaan: - Tanpa Perang Salib, Barat tetap akan menyerbu Timur Tengah karena nafsu imperialisnya. - Gereja Ortodoks akan mendominasi Timur Tengah dan mungkin sampai hari ini tetap berkonflik dengan Gereja Roma dan Dunia Barat. - India tidak akan sekaya sekarang tanpa warisan budaya Islam Mughal. Tidak akan ada Taj Mahal. - Aksi bom bunuh diri akan tetap terjadi, karena bukan Muslim yang pertama kali melakukannya. Melalui penuturan yang segar, provokatif, sekaligus mencerahkan, Fuller menunjukkan sumber sebenarnya dari konflik yang merobek dunia saat ini. [Mizan, Mizan Publishing, Agama, Islam, Budaya, Studi, Muslim, Indonesia]

Melalui penuturan yang segar, provokatif, sekaligus mencerahkan, Fuller menunjukkan sumber sebenarnya dari konflik yang merobek dunia saat ini. [Mizan, Mizan Publishing, Agama, Islam, Budaya, Studi, Muslim, Indonesia]

Minhajul Abidin (Jalan Ahli Ibadah)

Imam Al-Ghazali

“Dalam diri manusia ada segumpal darah. Yang apabila shalih (tidak rusak), maka akan shalih seluruhnya, tetapi apabila buruk maka akan buruk pula seluruhnya, itulah hati” (HR. Bukhari) Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. (Imam Al Ghazali) Ibadah adalah karunia, pahala, kenikmatan abadi, dan sarana menuju surga yang kekal. Kelak terasa indah, seindah hati kaum abidin (ahli ibadah) yang menjalaninya dengan ikhlas dan ihsan. Inilah jalan para nabi, para auliya, shalihin dan mukhlisin. Daftar Isi sudah tercover di daftar isi dan bookmark google play book memudahkan mencari dan membaca cepat. Namun jalan menuju ke surga-Nya itu bukanlah jalan yang mudah dilalui oleh para hamba yang mudah tergoda indahnya dunia. Berbagai rintangan menghadang, siap menarik seorang hamba ke jurang maksiat, hingga semakin jauh dari tujuan ibadahnya. Rasulullah saw bersabda “ketahuilah bawah jalan menuju surga itu penuh rintangan dan lika-liku, sedangkan jalan ke neraka itu mudah dan rata.” Melalui kitab ini, Imam Al-Ghozali membagi perjalanan seorang ahli ibadah itu dalam tujuh tahapan. Ini adalah risalah bimbingan yang menjadi wasiat terakhirnya bagi umat, karena tak lama sesudah menyusun buku ini, sang imam ini meninggalkan dunia, menghadap Rabbul Alamin yang selalu beliau rindukan. Imam Al-Ghozali memaparkan tips-tips penting agar selalu waspada terhadap setiap rintangan yang ada. Sehingga dapat keluar dari perangkap tersebut. Daftar Isi Prakata | Pengertian Kata-Kata Sulit Tahapan llmu dan Ma'rifat Aqabbah Kedua, Taubat Mukadimah Taubat Aqabah Ketiga: Awaiq Awarid (Godaan) Tahapan Pendorong Tahapan Celaan Bersyukur Kepada Allah

Bukhari) Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. (Imam Al Ghazali) Ibadah adalah karunia, pahala, kenikmatan abadi, dan sarana menuju surga yang kekal.

Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

Dari kamar mandi yang jauh dan sunyin saya ucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puisi. * Sabda sudah menjadi saya. Saya akan dipecah-pecah menjadi ribuan kata dan suara. * Tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri. * Menggigil adalah menghafal rute menuju ibu kota tubuhmu. * Lupa: mata waktu yang tidur sementara. * Tuhan yang merdu, terimalah kicau burung dalam kepalaku. * Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma

Dari kamar mandi yang jauh dan sunyin saya ucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puisi. * Sabda sudah menjadi saya.

Panduan Lengkap Ibadah

Menurut Al-Quran, Al-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama

“Saya bersyukur memuji Allah Yang Maha Pengasih dengan terbitnya buku yang ditulis oleh saudara saya, Muhammad Bagir, yang sangat membantu masyarakat pembaca agar mudah memahami fiqih yang menjadi bagian penting dari kehidupan seorang Muslim atau siapa saja yang ingin akrab dengan Islam dan mengenalnya dari dekat. Semoga jerih payah penulis buku ini menambah khazanah perbendaharaan amal salehnya di sisi Allah, sekaligus memperkaya khazanah perpustakaan masyarakat pembaca bangsa Indonesia.” —K.H. Ali Yafie “Komprehensif, praktis, dan mudah dipahami. Sangat berguna bagi kaum Muslimin, terutama mereka yang ingin memahami fiqih perbandingan mazhab dalam bingkai Al-Quran dan Sunnah.” —K.H. Didin Hafidhuddin Inilah sebuah buku fiqih yang diharapkan dapat menjadi pegangan praktis bagi Anda dalam menjalankan ibadah ritual sehari-hari, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedapat mungkin menghindari istilah-istilah teknis fiqih yang rumit dan kadang membingungkan. Buku ini dirancang untuk kalangan umum agar dapat melaksanakan, memahami, dan memaknai ibadah-ibadah mahdhah tersebut. Keunggulan-keunggulan buku ini: • Menyajikan motivasi mental-spiritual yang menyertai setiap malam. • Menjelaskan hikmah di balik setiap perintah agama. • Menghimpun hasil ijtihad ulama fiqih sejak ulama salaf hingga ulama kontemporer. • Membentangkan pelbagai pendapat mazhab fiqih dalam semangat menghargai perbedaan-perbedaan pendapat demi menumbuhkan toleransi dan saling pengertian. Dilengkapi dengan dalil-dalil Al-Quran, Al-Sunnah, dan khazanah ijtihad ulama yang berkompeten di bidangnya, buku ini layak menjadi sebuah rujukan utama dalam persoalan fiqih yang Anda hadapi sehari-hari. [Mizan, Noura Books, Nourabooks, Agama, Islam, Ibadah, Muslim, Indonesia]

“Saya bersyukur memuji Allah Yang Maha Pengasih dengan terbitnya buku yang ditulis oleh saudara saya, Muhammad Bagir, yang sangat membantu masyarakat pembaca agar mudah memahami fiqih yang menjadi bagian penting dari kehidupan seorang ...

Pengurusan hukum syarak menurut perspektif usul fiqh

sumber hukum syarak. siri II

Interpretation on the sources of Islamic law in Malaysia.

Al Quran sebagai sumber hukum

AL QUR’AN merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada nabi Muhammad saw., karena Alqur’an adalah suatu mukjizat yang dapat disaksikan oleh seluruh ummat manusia sepanjang masa. Tak ada yang mampu menandinginya, walaupun dengan satu surat saja. Kehujjahan Alqur’an tidak terbantahkan lagi, dengan bukti-bukti kebenaran dan kemukjizatannya membawa Alqur’an menjadi satu-satunya kitab suci yang layak sebagai pedoman dan petunjuk dalam mengarungi kehidupan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan menjadikan Alqur’an sebagai pegangan hidup, dan sebagai sumber dari segala sumber hukum, akan membawa kepada keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini disebabkan Alqur’an bukan hanya membahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dan akhirat saja, tetapi Alqur’an juga memberikan petunjuk dalam menjalankan kehidupan di dunia.

Studi Ilmu-Ilmu Qur'an. Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa. Faridl, Drs. Miftah.
1989. Alqur'an; Sumber Hukum Islam yang Pertama. Bandung: Penerbit Pustaka.
Kholil, KH. Moenawar. 1994. Alqur'an Dari Masa Ke Masa. Solo: Ramadhani.

Krisis Spiritualitas di Era Teknologi dan Informasi

Majalah Tebuireng Edisi 44

Akankah Problematika Modernisme Terselesaikan? Assalamualaikum Wr. Wb. Masyarakat dunia sedang gan drung menuju modernisme yang berujung pada materialistik, di mana ilmu sains dan teknologi seolah kuda terbang yang melesat begitu cepatnya, sehingga tidak bisa dikejar oleh bidang keilmuan yang lain. Padahal ilmuilmu modern itu, dalam pandangan Abdul Kadir Riyadi, telah kehilangan sense of science-nya. Seringkali mereka menganggap dirinya paling benar dan sakti hingga terkesan sangat dogmatis. Sedangkan ilmu-ilmu yang berorientasi pada pengetahuan keberadaan jiwa masyarakat itu sendiri menjadi sempit, kesadaran akan pribadinya hilang sedikit demi sedikit. Lunturnya kesadaran akan diri sendiri ini, lebih banyak menghinggapi masyarakat di lingkungan perkotaan, di mana masyarakat cenderung mudah berpikiran materialis. Dengan hiruk pikuk keduniaannya, semua menjadi ada pada batasan angka-angka. Agama, ajaran ketuhanan, peribadatan dan spiritualitas semakin tergerus sejalan dengan semakin tingginya laju modernitas. Namun sebetulnya, materialisme, anak dari modernitas itu tidak hanya menjangkiti masyarakat perkotaan saja, tetapi juga masyarakat pedesaan yang terbawa arus dan terus mengikuti pola modern hingga ke hilir krisis spiritual, meskipun kondisinya tidak sebesar masyarakat kota. Bagi masyarakat kota, kegersangan semacam ini bisa disebabkan karena pencapaian kemakmuran materi sedemikian rupa dengan perangkat teknologi yang serba mekanis dan otomatis. Sedangkan dalam konteks masyarakat desa, lebih karena kecemburuan terhadap prestasi besar masyarakat kota, yang membuatnya berusaha mati-matian mengejar ketertinggalan, atau sekedar hanya untuk mempertahankan hidup. Kemajuan teknologi, kemudahan dalam penyelenggaraan kehidupan seharihari, dan kompetisi yang makin ketat telah melahirkan tekanan yang terkadang tidak tertahankan. Gaya hidup instan dan serba cepat, kekurangan waktu untuk memelihara kebersamaan dengan keluarga dan bersosialisasi, kerusakan ekologis, dan sebagainya justru mengakibatkan manusia modern terasingkan dari diri mereka sendiri. Seperti yang dideskripsikan Albert Camus, dalam menyebut kegersangan pribadi sebagai fenomena absurditas dalam potret masyarakat modern, di mana manusia merasa asing di alam ini. Sebagaimana ia menggambarkan sosok Sisyphus yang dihukum oleh para dewa untuk mendorong batu ke atas gunung, namun ketika hampir mencapai puncak, batu tersebut menggelinding ke bawah, dan begitu seterusnya. Namun di sisi lain, dari akibat berlarutlarutnya situasi seperti itu, tidak jarang kebosanan dan kegersangan atas keriuhan yang terjadi, membawa masyarakat kota pada keingintahuan lebih jauh akan tuhan. Mencari tuhan hingga ke mana saja mereka anggap ada. Mereka menjadi butuh akan sesuatu yang mampu meredam rasa ada yang kurang dalam dirinya, yakni sesuatu yang dirasa lebih dahsyat dari sekedar memenuhi kebutuhan materi. Maka munculnya beberapa majlis dzikir, majlis taklim, dan ustadz-ustadz muda di tengah masyarakat kota, seperti cahaya di malam gelap gulita, yang kemudian oleh Julia Day Howell dikatakan sebagai fenomena urban sufism. Urban sufism ini hadir dikala masyarakat mengalami kejenuhan terhadap pengejaran materi yang tidak ada tuntasnya. Muncullah fenomena Aa Gym, Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Haryono, dan majlis shalawat pimpinan para habaib. Ahmad Najib Burhani, penulis buku Sufisme Kota, beranggapan bahwa kegiatan spiritual yang sedang terjadi pada masyarakat kota sebagai bentuk tarekat, hanya saja ia membedakannya menjadi dua jenis, tarekat urban dan tarekat konvensional. Tarekat urban diartikan sebagai tempat pencarian minum masyarakat kota sejenak di sela-sela kesibukan bekerja seperti yang disebutkan di atas, sedangkan sufisme konvensional adalah tarekat eksklusif yang tidak hanya berusaha mendekatkan diri pada Tuhan, tapi sampai pada taraf kemakrifatan dan fana, yang kita kenal beberapa di antaranya seperti Qodiriyah-Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Rifa’iyah, Masyisyiyah, Tijaniyah, Syattariyah, dan lain sebaginya. Pertanyaanya, apakah sufisme urban adalah bentuk gejala biasa yang terjadi di lingkungan perkotaan? Sebatas mana perbedaan sufisme urban ini dengan sufisme konvensional atau tarekat yang bertahun-tahun berkembang? Bagaimana kredibilitas para pengampuh sufisme urban, apakah ia betul-betul sebagai guru sufi atau apa? Bagaimana sebenarnya krisis spiritual yang terjadi di masyarakat kota? Seberapa besar peran sufisme urban dalam mengimbangi arus modernitas dan materialisme masyarakat? Lalu, apa yang harus dilakukan? Majalah Tebuireng edisi 44 yang berada di tangan pembaca sekalian ini, mencoba mengupas berbagai permasalahan menganai krisis spirutual masyarakat perkotaan dan fenomena urban sufisme yang berkembang. Dalam rubrik sajian utama, kami menyajikan tulisan-tulisan hangat nan segar dari beberapa tokoh, sebut saja KH. Agus Sunyoto yang mengupas bagaimana para sekuleris juga mengakui bahwa krisis spiritual juga mampu menghancurkan peradaban manusia. Kemudian ada Ali Usman, M.Phil yang menulis tentang fenomena sufisme urban apakah sebagai tarekat ataukah bukan. Beberapa tokoh, semisal KH. Fahmi Amrullah, KH. Djamaluddin Ahmad, dan Gus Rofi’ul Hamid, juga memberikan varian sudut pandang yang menyejukkan tentang bagaimana mengatasi krisis spiritual yang melanda masyarakat disamping artikel-artikel lain yang tak kalah menarik untuk dibaca dan jadi teman diskusi. Selamat membaca! Wassalam.

Perhatikan angka-angka di atas. Aktivitas yang sifatnya hiburan dan konsumsi, rata-rata menempati rangking pertama. Sedangkan aktivitas yang bersifat produktif seperti jual-beli online dan transaksi perbankan, mendu- duki posisi ...