Sebanyak 1284 item atau buku ditemukan

Konsep Dasar Kebidanan

Buku Konsep Dasar Kebidanan bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca agar dapat memahami konsep dsar kebidanan pada umumnya dan mutu pelayanan kebidanan khususnya dan dapat menerapkannya kepada masyarakat secara umum dan khususnya kepada pasien kebidanan dan keluarganya. Cakupan materi dan metode pemaparan ini diharapkan dapat membantu pembaca agar lebih mudah memahami materi tentang: Bab 1 Pengertian dan Filosofi Kebidanan Bab 2 Sejarah Kebidanan: Profesi, Pelayanan dan Pendidikan Bab 3 Peran dan Fungsi Bidan Bab 4 Kebidanan sebagai suatu Profesi Bab 5 Teori Kebidanan Bab 6 Lingkup praktik Kebidanan Bab 7 Bidan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan Bab 8 Manajemen Kebidanan Asuhan Kebidanan Bab 9 Proses Berubah Bab 10 Dokumentasi dalam Asuhan Kebidanan Bab 11 Sistem penghargaan bagi Bidan Bab 12 Prinsip pengembangan karier Bidan

Buku Konsep Dasar Kebidanan bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca agar dapat memahami konsep dsar kebidanan pada umumnya dan mutu pelayanan kebidanan khususnya dan dapat menerapkannya kepada masyarakat secara umum dan ...

Membangun Kecerdasan Emosi dan Sosial Anak Sejak Usia Dini

Saat ini, perkembangan sosial emosi anak masih dipengaruhi oleh berbagai permasalahan yang kompleks, baik dari segi psikologis, ekonomi, budaya, agama, ideologis maupun sosiologis. Pendidik diharapkan mampu menyaring berbagai ragam informasi dan menyesuaikan dengan kondisi peserta didik. Penulis mencoba memaparkan berbagai perspektif terkait pengembangan sosial emosional anak usia dini, dengan harapan mampu menjadi pedoman untuk stimulasi perkembangan sosial emosional, baik dalam lingkup Perguruan Tinggi, lembaga PAUD, maupun lingkungan keluarga anak.

Saat ini, perkembangan sosial emosi anak masih dipengaruhi oleh berbagai permasalahan yang kompleks, baik dari segi psikologis, ekonomi, budaya, agama, ideologis maupun sosiologis.

STRATEGI PENGEMBANGAN TALENTA INOVASI DAN KECERDASAN ANAK

Buku ini dipaparan berbagai strategi mengembangkan talenta inovasi dan kecerdasan anak. Strategi yang dimaksud adalah pertama, pembudayaan talenta disiplin. Pembudayaan talenta disiplin: (1) melalui pembelajaran tematik, (2) melalui penerapan VCT (Value Clarification Technique), (3) melalui keteladanan guru. Kedua, pengembangan talenta tanggung jawab. Pengembangan kecerdasan dapat dilakukan dengan berapa strtegi untuk beberapa jenis kecerdasan. Kecerdasan yang dikembangkan dan dipaparkan dalam buku ini adalah kecerdasan spiritual, sosial, dan kecedasan kognitif. Strategi pengembangan kecerdasan spirtual yang dilakukan adalah pelaksanaan pembelajaran agama, strategi keteladanan dan strategi pembiasaan guru. Strategi pengembangan kecerdasan sosial dilakukan dengan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Strategi pengembangan kecerdasan kognitif ditempuh dengan menerapkan aplikasi kahoot dalam pembelajaran.

Menurut Wulandari (2014:3) kompetensi sosial mengacu pada keterampilan sosial, emosional, kognitif serta kemampuan beradaptasi dengan situasi di sekitarnya. Teori tersebut sesuai dengan hasil temuan pada aspek ini, misalnya pada materi ...

Pintu Tasawuf

Eksplorasi Singkat Terhadap Terminal-terminal Sufi (Maqam Sufi)

“Today sufism is a name without a reality. It was once a reality without a name” (Imam Abû al-Hasan Ali bin Ahmad al-Busyanji w. 348 H/959 M) Banyak yang berpendapat, bahwa para sufi adalah orang yang menggarap tingkat ketiga atau tertinggi dalam hadits Jibril, yaitu Ihsân. Dalam hadits tersebut, Malaikat Jibril bertanya ten-tang Islam, Iman dan Ihsan (tiga komponen terpenting dalam beragama). Mengenai ranah “Islâm”, para ulama memberikan perhatian yang cukup besar karena berhubungan dengan ibadah sehari-hari seperti shalat, zakat, puasa dan lain sebagainya, yang kemudian menjadi ilmu fiqih. Begitu pula dengan “Imân”, banyak para ulama yang menggalinya lebih mendalam, sehingga melahirkan ilmu tauhid dan ilmu kalam. Akan tetapi, “Ihsân” tidak mendapat perhatian yang cukup tinggi, cenderung diabaikan, hanya para sufi lah yang berusaha menyelami Ihsân lebih jauh. Mereka beribadah dengan upaya untuk “an ta’buda Allah ka’annaka tarâhu, fa in lam takun tarâhu fa innahu yarâka” (menyembah Allah seakan-akan kau melihatNya, jika pun kau tidak melihatNya, sesungguhnya Allah melihatmu). Dari sini lah pijakan esoterisme Islam bermula, yang pada perkembangannya menjadi beraneka warna dan ragam dalam bentuk tashawwuf. Akan tetapi, dalam perkembangannya sufism mengalami tarik-ulur yang terkadang—konon—berlebihan di satu waktu, dan biasa-biasa saja di waktu lainnya, sehingga Imam Ali bin Ahmad al-Busyanji, lebih dari seribu tahun silam mengatakan bahwa, “tasawwuf (sufism) sekarang ini adalah nama tanpa realitas, tetapi dahulu ia adalah realitas tanpa nama.” Di era modern ini, selain semakin menemukan ruangnya, tasawwuf juga—dalam arti penganutnya—mengalami kemunduran pemahaman praktik yang signifikan, yaitu lebih cenderung pada seremonial-ritual belaka dan tidak berusaha melakukan penjernihan dan pemurnian jiwa sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi terdahulu. Buku ini, hanya mengulas seputar maqâm-maqâm sufi (terminal-terminal sufi) secara ringkas dari berbagai sumber, dengan tujuan memperluas praktik tasawuf pada jalur yang memiliki kemungkinan manfaat jauh lebih besar. Namun, adakah orang yang lebih mengetahui kemungkinan tentang kemanfaatan selain-Nya? Selamat membaca....

“Today sufism is a name without a reality.

Paradigma Peradaban Islam dalam Tasawuf

Sebuah Pemaparan Awal

Buku ini mengetengahkan tentang hasil pembacaan sejarah dalam pemikiran tasawuf yang senantiasa berkembang mengikuti perkembangan zaman. Melalui pernyataan-pernyataannya, tasawuf pada kenyataannya berasal dari ruh Islam yang dikembangkan sedemikian rupa dari konsep utama al-Ihsan. Kemudian dalam perjalanannya, tasawuf selalu tampil untuk menyelesaikan permasalahan umat dari masa ke masa, terutama umat Islam. Tasawuf tidak bersifat ekslusif, melainkan senantiasa mampu bersanding dengan kemajuan zaman di mana ia tumbuh dan berkembang. Dalam buku ini, secara berturut-turut memuat pembahasan-pembahasan sebagai berikut: Kronologis pemahaman tentang peradaban tasawuf, ditampilkan di bangian awal buku ini, sebagai upaya untuk memberikan penjelasan bahwa tasawuf pada dasarnya adalah semacam kebudayaan Islam yang dapat berkembang menjadi sebuah peradaban yang menjanjikan. Sejarah pola pemikiran Islam yang terus berkembang, dari periode awal Islam hingga ke abad modern tergambar jelas dalam pemaparan buku ini di Bab I yang bertajuk Pendahuluan. Sejarah munculnya tasawuf, dari masa Rasulullah hingga terbentuk istilah tasawuf, pengertian, sumber ajaran tasawuf dan sekilas tentang perkembangan awal tasawuf dipaparkan pada Bab II dengan tema Pemahaman Awal tentang Tasawuf. Inti ajaran Tasawuf dan Zuhud, menjadi pembahasan khusus pada Bab III. Pembahasan ini dirasa sangat penting untuk menunjukkan bahwa tasawuf memiliki nilai-nilai yang luar biasa untuk dikembangkan dalam Peradaban Islam ke depan. Pada Bab IV, dibahas mengenai kronologis perkembangan tasawuf yang awalnya merupakan serpihan-serpihan tak berbentuk, akhirnya mengkristal dalam peradaban Islam. Berawal dari pemikiran-pemikiran filosofis tasawuf yang disebut-sebut para ilmuan sebagai tasawuf falsafi (Bab V), berlanjut ke pemikiran tasawuf yang bersifat sunni (Bab VI), hingga berakhir ke Tarekat (Bab VII), merupakan ukiran sejarah tasawuf yang mengkristal dalam sejarah pemikiran umat Islam. Kemunculan tarekat itulah, yang dituding oleh para ilmuan sebagai biang keladi kemunduran umat Islam, sekaligus cap negatif perilaku sufistik. Karenanya, banyak kritik yang dilontarkan, agar tasawuf dapat merubah diri menjadi lebih baik (Bab VIII). Kemudian, ada keinginan dan upaya untuk memperbaiki tasawuf dengan hadirnya berbagai pola rekonstruksi yang ditawarkan (Bab IX). Tidak berhenti pada perilaku tasawuf saja, para ilmuan kemudian menemukan semacam landasan ilmiah dari pemikiran tasawuf, yang dalam istilah filsafat disebut sebagai epistemologi. Oleh karena itu, Bab X pada buku ini dikemukakan tentang Epistemologi Tasawuf. Sebelum diakhiri dengan kesimpulan, terlebih dahulu dikemukakan tentang contoh implementasi sufisme di era sekarang, yang disebut-sebut sebagai era digital. Banyak tawaran yang diberikan agar tasawuf dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat digital, misalnya pengajaran nilai-nilai tasawuf yang tidak terlalu vulgar, pengajaran tasawuf yang membumi (tidak terkesan meninggalkan kehidupan duniawi), dan lain sebagainya, menjadi solusi bagi pengembangan peradaban Islam melalui sudut pandang tasawuf. Melalui buku ini, pembaca akan diajak untuk memahami tasawuf secara komprehensif, sehingga tidak akan ada lagi pandangan miring terhadap cabang keilmuan Islam yang satu ini, selanjutnya dapat dikembangkan menjadi sebuah tawaran peradaban Islam yang lebih bermakna. Selamat membaca, semoga bermanfaat. Mengenai kebenaran isi dan pemikiran dalam buku ini, Penulis kembalikan kepada hak Mutlak Allah SWT, Wallahu A’lam Bi al-Shawab.

Selamat membaca, semoga bermanfaat. Mengenai kebenaran isi dan pemikiran dalam buku ini, Penulis kembalikan kepada hak Mutlak Allah SWT, Wallahu A’lam Bi al-Shawab.

Technology Literacy Applications in Learning Environments

"This book discusses the efficacy of instructional technology in various, global learning environments"--Provided by publisher.

"This book discusses the efficacy of instructional technology in various, global learning environments"--Provided by publisher.

Understanding Islamic Financial Services

Theory and Practice

Understanding Islamic Financial Services offers fresh insights on the Islamic financial system. The importance of this system cannot be underestimated. Experts expect that it is likely to sustain double digit growth globally over the next few years, and demand for professionals in the area has never been higher, both in the UK and around the world. While other texts on the subject look at the basic concepts, principles, contracts and financial products used in Islamic banking and finance, Understanding Islamic Financial Services goes one step further and provides a new context, identifying four levels on which the Islamic Financial system operates: product level, institution level, market level and inter-market level. It considers Islamic banking and finance as a multi-level service system, an approach which will enable students and professionals of Islamic finance to gain a more in-depth, holistic understanding of how the system functions. Understanding Islamic Financial Services covers contemporary developments in service science (e.g. service theories, service visualization tools and service co-creation concepts) and implications for the development and sustainability of Islamic financial services. Examples from practice enliven the text and allow the reader to relate the theories and principles discussed to current practice.

Examples from practice enliven the text and allow the reader to relate the theories and principles discussed to current practice.

Islamic Financial Institutions and Products in the Global Financial System

Key Issues in Risk Management and Challenges Ahead

The provision and use of financial services and products that conform to Islamic religious principles pose special challenges for the identification, measurement, monitoring, and control of underlying risks. Effective and efficient risk management in Islamic financial institutions has assumed particular importance as they endeavor to cope with the challenges of globalization. This requires the development of not only a more suitable regulatory framework, but also new financial instruments and institutional arrangements to provide an enabling operational environment for Islamic finance. The recent establishment of the Islamic Financial Services Board, facilitated by the IMF, addresses these needs.

The provision and use of financial services and products that conform to Islamic religious principles pose special challenges for the identification, measurement, monitoring, and control of underlying risks.