Sebanyak 67 item atau buku ditemukan

Islam yang Mencerahkan dan Mencerdaskan

Mengapa relasi sosial kita di ruang publik terasa makin cenderung mendahulukan egoisme? Ruang-ruang sosial kita terasa makin kehilangan pengetahuan yang sangat mendasar, yakni cinta dan kasih. Padahal, cinta dan kasih merupakan visi dan misi tertinggi dari agama Islam, yaitu rahmatan lil ‘alamin. Rasulullah Muhammad Saw sebagai utusan Allah Swt jelas dihadirkan untuk menyebarkan tugas-tugas kemanusiaan tersebut ke seluruh seantero alam. Yakni, membebaskan penderitaan umat manusia sekaligus menebarkan cahaya ilmu pengetahuan dan keadilan. Prinsip utama dari visi dan misi ini ialah engkau adalah aku dan aku adalah engkau. Pandangan dan gagasan dasar ini membawa konsekuensi logis bahwa kita harus secara terus-menerus dan tanpa lelah berjuang untuk menghormati kesucian martabat orang lain, menaklukkan kecenderungan egoisme dan arogansi diri sambil meletakkan orang lain di dalam hati kita sebagai ciptaan Allah Swt yang setara. Begitulah substansi buku ini dihadirkan ke tengah-tengah kita, yaitu untuk merefleksikan kembali pemahaman Islam kita dengan berdasar kepada sumber-sumber autentiknya dan beriring dengan dinamika keilmuan yang terus bergerak maju dan realitas kehidupan yang semakin kompleks. Kita dituntut secara epistemologis untuk menyalakan berislam secara cerdas sekaligus mencerahkan, yang salah satu arah besarnya ialah dengan memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Rasulullah Muhammad Saw sebagai utusan Allah Swt jelas dihadirkan untuk menyebarkan tugas-tugas kemanusiaan tersebut ke seluruh seantero alam.

Kontestasi Merebut Kebenaran Islam di Indonesia

Buku ini menganalisis secara kritis-apresiatif argumen para pemikir muslim yang tergabung dalam pemikiran Islam eksklusif, inklusif, dan pluralis di Indonesia tentang esensi Islam dan sikap al-Qur'an terhadap penganut Yahudi dan Nasrani. Selain itu, penulis juga menawarkan argumen pemikiran Islam sendiri tentang kedua masalah tersebut dengan menggunakan metode berpikir pluralis dan humanis. Hasilnya, buku kritis ini menawarkan konsep Islam tunggal universal dan plural. Semua agama Samawi yang disebut Yahudi, Nasrani, dan Islam adalah satu esensi, yakni Islam, sebagai sikap kepasrahan total manusia kepada Allah. Buku ini juga menawarkan penyikapan yang humanis kepada pihak-pihak lain yang satu esensi itu, terutama dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika ini. Dengan metode berpikir tersebut, nilai-nilai luhung rahmatan lil 'alamin Islam akan memancar luas ke pelbagai aspek kehidupan umatnya sendiri sekaligus umat agama lain: sebuah bangunan berbangsa dan bernegara yang menjadi dambaan semua orang.

Buku ini menganalisis secara kritis-apresiatif argumen para pemikir muslim yang tergabung dalam pemikiran Islam eksklusif, inklusif, dan pluralis di Indonesia tentang esensi Islam dan sikap al-Qur'an terhadap penganut Yahudi dan Nasrani.

Pertanyaan-Pertanyaan Sosiologi

Buku-buku yang ditulis Pierre Bourdieu menduduki tempat sentral dalam perkembangan terkini sosiologi di dunia. Buku Pertanyaan-Pertanyaan Sosiologi menyajikan sebuah pembacaan terhadap aspek-aspek sosiologis dari sejumlah fenomena sosial, mulai dari olahraga, fashion, musik, masa muda, selera, sensor, opini publik, aksi politik, hingga sosiologi budaya, linguistik, posisi intelektual, kreator kultural, dan terutama salah satu gagasan penting Bourdieu: sosiologi sosiolog. Buku yang membabar diskusi, kuliah, dan wawancara Bourdieu ini ditulis dengan bahasa populer, sehingga pembaca akan mudah menangkap relasi gagasan-gagasan Bourdieu dengan disiplin ilmu lain dan aliran-aliran lain sosiologi. *** “Bourdieu menawarkan sebuah pengantar mudah untuk berkenalan dengan beberapa gagasan dan tulisan yang sudah menimbulkan dampak mendalam pada teori sosial secara umum.... Seperti halnya beberapa bukunya yang lain, buku ini mengguncang lapangan teoretis ilmu sosial tepat pada intinya. Buku ini mengajak pembaca untuk menjelajahi sebuah sosiologi yang pada dasarnya bersifat humanistis dan optimistis.” ― Anthropological Quarterly

Buku Pertanyaan-Pertanyaan Sosiologi menyajikan sebuah pembacaan terhadap aspek-aspek sosiologis dari sejumlah fenomena sosial, mulai dari olahraga, fashion, musik, masa muda, selera, sensor, opini publik, aksi politik, hingga sosiologi ...

Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940

Dengan perangkat konseptual tentang formasi sosial dan cara berproduksi, Kuntowijoyo menganalisis struktur masyarakat tradisional Madura dan perkembangannya dalam kurun waktu 1850 sampai dengan 1940. Sebagai satuan ekohistorikal, keunikan Madura adalah bentukan ekologi tegal yang khas, yang berbeda dari, misalnya, ekologi sawah di Jawa. Tipe ekologi tegal itu membentuk pola pemukiman yang terpencar, besarnya migrasi keluar daerah, struktur dan organisasi social ekonomi, kepribadian orang Madura yang “individual-centered”, dan kepemimpinan politik di tangan ulama. Pendek kata, ekologi tegal telah membentuk sejarah Madura secara menyeluruh, yakni sejarah dengan tema pokok tarik-menarik kekuatan politik antara ulama local dan pemerintah. Kajian semacam ini penting bagi akademisi, pengamat social, teknokrat, para pengambil kebijakan, dan siapa pun yang tertarik sejarah social. Sebab, pengetahuan tentang latar sejarah social suatu masyarakat sangatlah dibutuhkan untuk memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul dalam gelombang perubahan social kita di peralihan abad ini.

Dengan perangkat konseptual tentang formasi sosial dan cara berproduksi, Kuntowijoyo menganalisis struktur masyarakat tradisional Madura dan perkembangannya dalam kurun waktu 1850 sampai dengan 1940.

Pengantar Filsafat Islam

Filsafat Islam sejatinya merupakan metode berpikir kenabian, prophetic philosophy, dalam rangka menyibak kebenaran perenial. Filsafat Islam sebagai metode berpikir profetik yang mampu menghadapi pusparagam problematika kehidupan justru sudah jarang dipraktikkan umat Islam dewasa ini. Melalui buku Pengantar Filsafat Islam ini, Zaprulkhan ingin memperlihatkan dimensi profetik filsafat Islam dalam merespons berbagai persoalan kehidupan manusia. Sebuah buku yang harus dibaca oleh siapa pun yang ingin memahami filsafat Islam. —Prof. Dr. Musa Asy'arie, Guru Besar Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. * Buku-buku filsafat Islam yang beredar di kalangan mahasiswa lazimnya hanya membahas filsafat Islam secara historis-sosiologis, perkembangannya, para tokoh, dan konsep-konsepnya secara global. Konsep-konsep filsafat Islam secara tematis, seperti Filsafat Ketuhanan dan perdebatannya dengan konsep-konsep materialisme, Filsafat Rasionalisme Islam, atau epistemologi burhani, dan konsep lain yang diformulasikan oleh sebagian filsuf Muslim tidak tersentuh secara utuh, melainkan hanya secara sekilas. Dengan alasan tersebut, buku ini berupaya melengkapi kekurangan tema-tema yang belum dibahas sebelumnya dan mengelaborasi filsafat Islam secara tematik dengan memfokuskan pada bagian-bagian filsafat Islam secara umum yang mencakup Filsafat Rasionalisme Islam, Filsafat Ketuhanan, Filsafat Manusia Perspektif al-Qur’an, Filsafat Mistikal, Filsafat Pendidikan Islam, Filsafat Politik Islam, Filsafat Sains Islam, dan Filsafat Sejarah Islam. Inilah keistimewaan sekaligus kelebihan buku Filsafat Islam ini dibandingkan dengan buku-buku sejenis lainnya. Selamat membaca!

Melalui buku Pengantar Filsafat Islam ini, Zaprulkhan ingin memperlihatkan dimensi profetik filsafat Islam dalam merespons berbagai persoalan kehidupan manusia.

Metode Kritik Filsafat Ibnu Rusyd

Perbincangan apa pun tentang filsafat Islam atau rasionalisme Islam bila tidak menyertakan kiprah intelektual Ibnu Rusyd, tokoh dari Andalusia, adalah sama dengan omong kosong. “Bullshit!” Demikian kira-kira ungkapan yang sangat tepat untuk menggambarkan urgensi kontribusi filsafat Ibnu Rusyd—sebagaimana begitu pentingnya meletakkan sosok R.A. Kosasih dalam jagat perkomikan Indonesia. Apa gerangan sesungguhnya yang telah disumbangkan Ibnu Rusyd? Pelik memang, namun bukannya mustahil untuk dipetakan. Apa yang telah dilakukan dengan baik oleh Muhammad Atif al-Iraqi dalam buku yang kini ada dalam genggaman pembaca ini merupakan satu bukti esensial yang berhasil mendudukkan eskalasi filsafat Ibnu Rusyd di antara percaturan filsafat Islam khususnya, dan bahkan filsafat dunia umumnya. Kita seolah-olah dihidangi “metode kritik” Ibnu Rusyd yang sangat komprehensif, mencakup dimensi teologis/kalam hingga sufistik, yang berhasil memetakan dengan baik bagaimana sebenarnya cara penalaran Ibnu Rusyd dalam melihat setiap dimensi Islam. Penelitian yang sangat serius dari seorang pakar sejarah filsafat di Cairo University ini menghadirkan nuansa baru dalam melihat ketajaman dan keberanian Ibnu Rusyd.

Apa yang telah dilakukan dengan baik oleh Muhammad Atif al-Iraqi dalam buku yang kini ada dalam genggaman pembaca ini merupakan satu bukti esensial yang berhasil mendudukkan eskalasi filsafat Ibnu Rusyd di antara percaturan filsafat Islam ...

Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam

Seyyed Hossein Nasr merupakan salah seorang tokoh dan “orang pertama” yang paling otoritatif dalam membicarakan kajian-kajian Timur, utamanya disiplin filsafat dan mistisisme Islam. Oleh karenanya, kita patut bersyukur bahwa Ach. Maimun Syamsuddin telah meluangkan waktu untuk menerjemahkan salah satu teks kunci filsafat Islam ini ke dalam bahasa kita secara bernas. Buku yang pada mulanya disampaikan sebagai bahan kuliah di Harvard University ini penting kita baca jika kita hendak memahami lebih mendalam tentang korpus filsafat Islam. Penulis buku ini punya hipotesis menarik. Ia menyatakan bahwa filsafat Islam, pada prinsipnya, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga madzhab utama: Madzhab Ibnu Sina, Madzhab Suhrawardi, dan Madzhab Ibnu ‘Arabi. Adapun percikan-percikan filsafat dari filsuf-filsuf Islam lainnya tak lebih hanyalah “catatan kaki” dari ketiganya. Maka, untuk mendalami filsafat Islam secara lebih detail, orang terlebih dahulu memahami secara benar buah pikiran ketiga filsuf tersebut. Dan, melalui karya ini, penulis hendak menuntun pembaca bertamasya ke taman filsafat Islam yang sesungguhnya yang lebih kompleks, rumit, dan membahagiakan.

Seyyed Hossein Nasr merupakan salah seorang tokoh dan “orang pertama” yang paling otoritatif dalam membicarakan kajian-kajian Timur, utamanya disiplin filsafat dan mistisisme Islam.

Bagaimana Saya Menulis

Buku ini merupakan kumpulan esai Russell dalam The Basic Writings of Bertrand Russell. Pentingnya buku ini terletak pada uraian tentang minat Russell yang luas dan beragam. Minat Russell yang luas itu berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Dalam studinya di Cambridge, ia mengembangkan bakatnya di bidang matematika, filsafat, dan ekonomi. Beberapa esai di dalam buku ini, antara lain “Kenang-Kenangan Religius Saya”, “Perkembangan Mental Saya”, “Adaptasi: Sebuah Ringkasan Autobiografis”, “Kenapa Saya Memilih Filsafat”, “Bagaimana Saya Menulis”, “Pemujaan Seorang Manusia Bebas”, “Mimpi Buruk Sang Metafisikawan: Retro Me Satanas”, dan “Menyanjung Kemalasan”, dan lain sebagainya. *** “Saya tidak bisa berpura-pura mengetahui bagaimana menulis itu seharusnya dilakukan, atau apa yang oleh seorang kritikus yang bijak akan disarankan kepada saya agar dilakukan untuk meningkatkan tulisan saya.” Petikan di atas merupakan pernyataan Russell terkait bagaimana ia menulis. Sebagaimana diketahui, minat Russell itu sangat luas dan beragam, yang berkembang dari tahun ke tahun. Di Cambridge, ia mengembangkan bakatnya di bidang matematika, filsafat, dan ekonomi. Tetapi, bagaimana gaya tulisan Russell? Bagaimana pula struktur kalimatnya, dan caranya mengembangkan sebuah pokok bahasan? Buku ini menceritakan semuanya, semua tentang bagaimana Russell menemukan gaya tulisannya. Bahkan, ia akan menghabiskan berjam-jam dalam mencoba menemukan jalan paling ringkas untuk mengucapkan sesuatu tanpa ambiguitas. Ia rela mengorbankan semua usaha mencapai kegemilangan estetis.

Buku ini merupakan kumpulan esai Russell dalam The Basic Writings of Bertrand Russell. Pentingnya buku ini terletak pada uraian tentang minat Russell yang luas dan beragam.

Paradigma Teoantroposentris dalam Konstelasi Tafsir Hukum Islam

“Metodologi neomodernisme tafsir Fazlur Rahman bisa dikatakan sebagai eksemplar tafsir al-Qur’an yang tetap sesuai dengan kebutuhan masyarakat kontemporer. Karena itu, metodologinya terus dikembangkan dan diapresiasi oleh gerenasi setelahnya, utamanya oleh Abdullah Saeed dengan tafsir kontekstualnya. Spirit tafsir ini kemudian menjalar ke buku yang ada di depan sidang pembaca ini. Selamat membaca pemikiran-pemikiran bernas dalam buku ini!” Dr. Aksin Wijaya, Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo. * * * Fragmentasi dan diferensiasi ilmu-ilmu keislaman, khususnya teologi dan hukum Islam, terus mengemuka hari ini. Dampaknya, hukum Islam mengalami krisis epistemologis dan paradigmatis. Hukum Islam dipahami secara normatif belaka, dijauhkan dari moralitas, dan tercerabut dari realitas kehidupan. Problem ini berbanding lurus dengan merunyaknya fenomena keberagamaan yang mengarah pada puritanisme dan radikalisme di Indonesia. Seyogianya, sangat dibutuhkan gerakan reorientasi paradigmatis penalaran hukum Islam dari teosentris dan antroposentris ke teoantroposentris. Paradigma ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan wahyu dan akal, agama dan kehidupan, serta norma dan nomos. Kerangka paradigmatis inilah yang kelak mesti menjadi basis pengembangan dan rekayasa hukum Islam masa depan. Buku ini meneliti dengan saksama mengenai metode progresif-integratif teoantroposentris tersebut dengan menjadikan pemikiran Fazlur Rahman dan Abdullah Saeed sebagai model risetnya.

nya terhadap alQur'an menitikberatkan pada muatan ethico-legal alQur'an.142 Hazara, tempat kelahirannya, terkenal bagus dalam pendidikan keislaman. Ayahnya bernama Mawlana Shihab adDin, seorang ilmuwan hasil pendidikan Deoband Seminary, ...

Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer

Pertanyaan yang akan selalu aktual dikemukakan seiring dengan bergulirnya era disrupsi dan era industri 4.0 adalah apa yang harus dilakukan lembaga pendidikan Islam untuk menghadapi era tersebut? Pun, seperti apa peran dan peluang lembaga pendidikan Islam menghadapi era industri 4.0? Era disrupsi merupakan era terjadinya perubahan-perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang dimulai dengan digunakannya perangkat-perangkat digital menggantikan cara-cara manual. Era industri 4.0 merupakan nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Adanya revolusi ini ditandai dengan terjadinya perubahan secara besar-besaran di berbagai bidang melalui perpaduan teknologi, termasuk bidang pendidikan. Menghadapi situasi demikian, pendidikan Islam tentu harus merencanakan strategi tepat dalam pengelolaannya sehingga tidak mengalami ketertinggalan dan tidak ditinggalkan oleh masyarakat. Nah, untuk tujuan itulah, buku ini hadir agar dapat memberikan sumbangsih bagi strategi pengelolaan dan pemasaran lembaga pendidikan Islam menghadapi era industri 4.0. Selamat membaca! *** Sinopsis Pertanyaan yang akan selalu aktual dikemukakan seiring dengan bergulirnya era disrupsi dan era industri 4.0 adalah apa yang harus dilakukan lembaga pendidikan Islam untuk menghadapi era tersebut? Pun, seperti apa peran dan peluang lembaga pendidikan Islam menghadapi era industri 4.0? Menghadapi situasi demikian, pendidikan Islam tentu harus merencanakan strategi tepat dalam pengelolaannya sehingga tidak mengalami ketertinggalan dan tidak ditinggalkan oleh masyarakat. Nah, untuk tujuan itulah, buku ini hadir agar dapat memberikan sumbangsih bagi strategi pengelolaan dan pemasaran lembaga pendidikan Islam menghadapi era industri 4.0.

Pertanyaan yang akan selalu aktual dikemukakan seiring dengan bergulirnya era disrupsi dan era industri 4.0 adalah apa yang harus dilakukan lembaga pendidikan Islam untuk menghadapi era tersebut?