Sebanyak 59 item atau buku ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN: Teori dan Implementasi

Pembangunan yang sesungguhnya senantiasa menempatkan manusia sebagai titik sentral perhatian atau sebagai subjek yang berperan aktif sehingga pembangunan mempunyai ciri dari rakyat dan untuk rakyat. Dalam kerangka ini maka pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya manusia, baik dari aspek fisik, mental, dan spiritual (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek ekonomi (daya beli), serta aspek moralitas (iman dan taqwa) sehingga pembangunan diselenggarakan dengan pendekatan holistik (menyeluruh) pada seluruh aspek kehidupan. Pengembangan manusia (human development) dibedakan dengan pengembangan sumber daya manusia (human resource development)yang dianggap berkonotasi ekonomi semata. Sebagai sumber daya manusia, manusia semata-mata dipandang sebagai faktor produksi dalam proses ekonomi. Di lingkungan United Nations Development (UNDP) telah berkembang gagasan untuk menekankan pentingnya pengembangan manusia (human development). Dua aspek pengembangan manusia yang perlu dilakukan. Pertama, upaya mengembangkan kemampuan (capability) manusia, yaitu memiliki kemampuan untuk menempuh hidup dengan usia harapan hidup (life expectancy) yang panjang dan sehat, memiliki kesempatan dan kemampuan untuk memperoleh pendidikan agar dapat menanggapi kemajuan zaman, dan memperoleh kesempatan akses dalam mengusahakan sumber-sumber pendapatan, alam, atau pembiayaan pembangunan untuk meningktakan tingkat kehidupan. Kedua, mengembangkan penggunaan kemampuan dan mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial budaya, dan politik.

Pembangunan yang sesungguhnya senantiasa menempatkan manusia sebagai titik sentral perhatian atau sebagai subjek yang berperan aktif sehingga pembangunan mempunyai ciri dari rakyat dan untuk rakyat.

MANAJEMEN KESEHATAN

Teori dan Praktik di Puskesmas

Puskesmas sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan nasional mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sejak diperkenalkannya Puskesmas pada tahun 1969, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) telah berhasil diturunkan. AKI telah dapat diturunkan dari 318 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). AKB telah dapat diturunkan dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Sejalan dengan penurunan AKB, Umur Harapan Hidup (UHH) rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna dari 68,6 tahun (2004) menjadi 70,5 tahun (2007) (Departemen Kesehatan, 2007). Kunci keberhasilan organisasi seperti Puskesmas ditentukan oleh manajemen, dukungan sumber daya, serta komitmen dan dukungan stakeholders Puskesmas. Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen dan menjadi kunci keberhasilan dalam kegiatan organisasional. Kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan yang mempunyai visi dan misi, mempunyai agenda kegiatan sebagai pelaksanaan misi untuk mewujudkan visi, serta mau dan mampu membentuk tim tangguh. Keahlian pemimpin yang mendasar adalah komunikasi dan pemecahan masalah. Sumber-sumberdaya manajemen Puskesmas meliputi man, money, material, machine, method, minute/ time, market dan information dengan akronim 7 M + 1 I. Adapun fungsi-fungsi manajemen yang banyak digunakan di Puskesmas adalah fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan (P1), penggerakan dan pelaksanaan (P2), pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3). Stakeholders Puskesmas di era otonomi daerah terutama adalah Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten/Kota, dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dan pegawai Puskesmas, tokoh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang terhimpun dalam badan penyantun puskesmas (BPP), dan organisasi profesi dibidang kesehatan. Pengembangan Puskesmas di masa depan menitik beratkan pada 4 (empat) hal: (1) penentuan prioritas program Puskesmas yang sesuai situasi, kondisi dan kebutuhan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, (2) pengembangan program menjaga mutu pelayanan kesehatan, (3) pengembangan swadana Puskesmas dan (4) penggerakan dan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.

Puskesmas sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan nasional mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pengembangan UMKM Antara Konseptual dan Pengalaman Praktis

Buku Pengembangan UMKM: Antara Konseptual dan Pengalaman Praktis merupakan salah satu wujud kontribusi UGM dalam mewujudkan visi kerakyatan yang tertuang dalam pengembangan sektor UMKM. Sektor UMKM merupakan pilar perekonomian nasional yang memiliki peran strategis dalam menopang perekonomian rakyat, antara lain dalam hal pemerataan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, serta wadah sosial ekonomi masyarakat. Akan tetapi, pengembangan sektor UMKM masih mengalami berbagai kendala, seperti persoalan klasik dalam hal akses permodalan yang terbatas, pemasaran, dan teknologi, serta persoalan yang menyangkut kebijakan yang kurang memihak sektor UMKM, seperti tarif dasar listrik, pajak UMKM, liberalisasi perdagangan, dan sebagainya. Lemahnya daya saing produk-produk UMKM dengan produk-produk luar negeri menjadi tantangan UMKM di era global. Melihat realitas tersebut, perlu ada peran dari berbagai pihak untuk mengembangkan sektor UMKM sehingga dapat lebih mandiri dan berdaya. Peran dari berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, perbankan, perguruan tinggi, dan berbagai asosiasi bisnis lainnya sangat diperlukan untuk mendorong pemberdayaan sektor UMKM ini. Perguruan tinggi memiliki peran sebagai lembaga inkubasi bisnis yang dapat mendorong dan memberikan produk-produk inovasi teknologi serta pendampingan kepada para pelaku UMKM. Fungsi-fungsi technopreneurship dalam pengembangan UMKM diharapkan mampu dilakukan oleh perguruan tinggi. Sebagai perguruan tinggi, Universitas Gadjah Mada juga dituntut memainkan peran penting di dalamnya. Tulisan dalam buku ini mengupas mengenai kompleksitas permasalahan UMKM dan peran Universitas Gadjah Mada khususnya LPPM dalam pengembangan UMKM. Secara singkat, buku ini memuat definisi UMKM, peran strategis UMKM dalam perekonomian nasional dan tantangan UMKM di era global, permasalahan-permasalahan UMKM, peran technopreneurship dalam pengembangan UMKM di Indonesia, strategi pengembangan UMKM, serta langkah-langkah yang telah dilakukan LPPM UGM dalam pengembangan UMKM. Buku ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan UMKM, memberikan inspirasi dalam pengelolaan UMKM, serta dapat menggugah partisipasi dari berbagai lembaga lain untuk ikut bersama-sama mendorong pengembangan UMKM.

Buku Pengembangan UMKM: Antara Konseptual dan Pengalaman Praktis merupakan salah satu wujud kontribusi UGM dalam mewujudkan visi kerakyatan yang tertuang dalam pengembangan sektor UMKM.

TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN KONVENSIONAL KE DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi otoritas yang mengatur dan mengawasi industri keuangan di ranah microprudential, secara umum rezim lembaga keuangan dibedakan menjadi tiga macam, yakni perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank. Ketiga jenis lembaga keuangan dimaksud berdasarkan pengelolaannya dibedakan menjadi dua, yakni pengelolaan secara konvensional dan pengelolaan berdasarkan prinsip syariah. Lembaga keua ngan syariah pada praktiknya ada yang menggunakan pola syariah sejak awal pendirian sebagai badan hukum. Namun, dalam perspektif hukum di Indonesia, aktivitas syariah juga dapat diberikan oleh lembaga keuangan konvensional melalui pendirian unit usaha syariah di kantor pusat lembaga dimaksud yang difungsikan sebagai kantor pusat dari kantor operasional di tingkat cabang yang dikelola secara syariah. Dimungkinkan pula lembaga keuangan konvensional mendirikan lembaga keuangan syariah sebagai anak perusahaan, baik melalui pendirian langsung maupun melalui akuisisi dan konversi terhadap lembaga keuangan konvensional lainnya, serta melalui mekanisme pemisahan unit usaha syariah yang dimiliki oleh lembaga keuangan konvensional dimaksud. Dengan benchmarking terhadap praktik di lembaga perbankan, penulis mencoba melihat tren yang ada pada industri keuangan nonbank yang secara prinsip mengambil pola yang hampir sama, yakni bahwa regulasi memberikan kesempatan bagi unit usaha syariah dari lembaga keuangan nonbank untuk bertransformasi menjadi lembaga keuangan syariah. Keberadaan unit usaha syariah yang merupakan islamic window bagi lembaga keuangan nonbank bersifat sementara (temporary), ditandai dengan adanya kewajiban memisahkan unit tersebut sehingga pada akhirnya menjadi lembaga keuangan syariah yang secara hukum adalah mandiri (separate legal entity). Selain pemisahan unit usaha syariah, peraturan perundang-undangan juga memberikan pengaturan mengenai perubahan (konversi) lembaga keuangan konvensional menjadi lembaga keuangan syariah.

Setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi otoritas yang mengatur dan mengawasi industri keuangan di ranah microprudential, secara umum rezim lembaga keuangan dibedakan menjadi tiga macam, yakni perbankan, pasar modal, dan industri ...

Aksiologi Sebagai Dasar Pembinaan Kepribadian Bangsa dan Negara Indonesia

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya tidak cukup apabila hanya memperhatikan kemajuan ilmiah di bidangnya masing-masing. Masing-masing cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya perlu selalu memperhatikan landasan filsafatnya, yaitu landasan-landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologinya. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dituntut dapat memberi sumbangan penyelesaian terhadap masalah-masalah konkret yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negara secara kritis, komprehensif, sekaligus evaluatif. Buku ini bagi ilmu pengetahuan dapat menjadi pertimbangan tentang ruang lingkup aktivitasnya, yaitu pada lingkup pengalaman empiris dan pragmatis. Pengertian tentang terbatasnya lingkup ilmu pengetahuan pada pengalaman empiris dan pragmatis diharapkan dapat menjadi pendorong para ilmuwan untuk memperluas dan memperdalam dasar-dasar teorinya hingga tingkat pengetahuan tentang sumber dan hakikat objek ilmiah yang ditekuni, metode hingga pemanfaatannya, yaitu landasan ontologi dan epistemologi sampai dengan landasan nilai aksiologinya. Buku ini diharapkan juga bermanfaat bagi ilmu filsafat, yaitu dapat menjadi pertimbangan bahwa ilmu filsafat sebagai aktivitas pemikiran rasional dapat lebih bermakna fungsional. Konsep teoretis filsafat bukan hanya menjadi konsep-konsep teoretis substantif, melainkan juga dapat bermanfaat untuk kepentingan hidup berbangsa dan bernegara. Aksiologi bersama dengan ontologi dan epistemologi sangat bermanfaat untuk mengembangkan moralitas Pancasila sebagai landasan dinamis pengembangan kebudayaan, sistem pendidikan, dan ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu, melalui buku ini masyarakat dan bangsa Indonesia diharapkan dapat mengantisipasi masa modernisasi dan globalisasi dengan perencanaan pengembangan kepribadian kebangsaan Indonesia dan merumuskan prinsip bernegara yang berpedoman pada nilai-nilai budaya Indonesia, tetapi tidak eksklusif karena dikaitkan pada nilai-nilai aksiologi yang universal. Dengan demikian, hasil analisis buku ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang mendasar dan komprehensif bagi bangsa Indonesia dalam mempersiapkan diri menyongsong masa depan.

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya tidak cukup apabila hanya memperhatikan kemajuan ilmiah di bidangnya masing-masing.

Filsafat, Pemikiran Dasar Pembangunan Kesehatan

Pemikiran dasar pembangunan kesehatan adalah pemikiran yang mendasar, yaitu yang mendalam, luas dan berjangkau ke depan tentang fondasi pembangunan kesehatan. Pemikiran dasar pembangunan kesehatan tersebut pada hakikatnya sama dengan paradigma pembangunan kesehatan. Dengan catatan bahwa paradigma pembangunan kesehatan lebih menekankan pentingnya kerangka berpikir yang mendasar dalam pembangunan kesehatan. Sedangkan pemikiran dasar atau filsafat pembangunan kesehatan menekankan pentingnya proses, perbuatan, dan cara memikir yang seksama tentang fondasi pembangunan kesehatan. Tetapi paradigma dan pemikiran dasar pembangunan kesehatan tersebut berisikan esensi dari substansi yang sama yaitu: 1. Pelaksanaan, 2. Tujuan, dan 3. Dasar pembangunan kesehatan. Permasalahan paradigma pembangunan kesehatan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan pada pokoknya meliputi: 1) kurang diperhatikan pentingnya dasar pembangunan kesehatan, 2) kurang mengacu pada tujuan jangka panjang yang bermakna, 3) kurang bersifat komprehensif, 4) kurang bersifat implikatif, dan 5) kurang fokus pada pentingnya peran manusia dan masyarakatnya sendiri dalam pembangunan kesehatan. Maksud buku ini adalah untuk mengemukakan kejelasan dan pertimbangan pentingnya pemikiran dasar atau filsafat pembangunan kesehatan dan bagaimana perannya dalam meningkatkan akselerasi, pemerataan, dan mutu pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan melandaskan pada landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan landasan operasional peraturan perundangan yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Sesuai ketetapan dalam SKN 2012, bahwa untuk meningkatkan akselerasi dan mutu pelaksanaan SKN, pembangunan kesehatan perlu melandaskan pada pemikiran dasar pembangunan kesehatan. 1. Mempercepat pelaksanaan pembangunan kesehatan dan agar lebih terarah serta lebih meningkatkan sinergi di antara subsistem-subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional. 2. Mendorong pentingnya dan digunakannya makna dari lima unsur-unsur pemikiran dasar pembangunan kesehatan, yaitu: a. Dasar pembangunan kesehatan, b. Tujuan pembangunan kesehatan, c. Hakikat pembangunan kesehatan, d. Perkembangan pembangunan kesehatan, dan e. Kedudukan manusia dalam pembangunan kesehatan. 3. Mendukung penguatan dan percepatan pelaksanaan paradigma sehat dalam pembangunan kesehatan. Manusia dipandang sebagai basis filosofis pembangunan kesehatan. Dalam kaitan ini, pembangunan kesehatan tersebut perlu berdasarkan pada Perikemanusiaan serta Etika Humanitas, Ketuhanan, dan Etika Profesi. Oleh karena itu, dalam pembangunan kesehatan tidak dibenarkan hanya berdasarkan aspek pragmatis, terutama aspek finansial. Dalam buku ini dikemukakan peningkatan pembangunan kesehatan yang melandaskan pada pemikiran dasar pembangunan kesehatan, antara lain: 1. Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional 2012, 2. Penyusunan dan Pelaksanaan RPJPK 2005–2025, 3. Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional, 4. Penguatan Sistem Informasi Kesehatan, 5. Pengembangan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, serta 6. Penyusunan Agenda Post–2015 Bidang Kesehatan.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). b. Keamanan dan Kerahasiaan data. c. ... Etika, integritas dan kualitas. KELIMA : Pusat 266 Filsafat, ...

Filsafat dan Kearifan dalam Agama dan Budaya Lokal

Filsafat, sebagai the mother of knowledge, memiliki peran dalam pengembangan keilmuan dalam berbagai bidang. Pendekatan filsafat dalam pengembangan keilmuan dapat dilakukan dengan menggali dan mengembangkan aspek-aspek filosofis dalam keragaman cabang ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan. Selain itu, pengembangan keilmuan juga dilakukan dengan menerapkan pendekatan filsafat melalui penggalian dan eksplorasi kearifan-kearifan lokal pada aspek-aspek agama dan budaya lokal. Apa yang sudah dihasilkan oleh para peneliti yang menjadi kontributor buku ini merupakan upaya-upaya pengembangan keilmuan dengan menggunakan keragaman objek formal dari ilmu filsafat untuk mengkaji objek material penelitian yang beragam, sesuai dengan minat dan pilihan setiap penulisnya. Pada Bab II, misalnya, berisi dua artikel yang membuktikan peran filsafat dalam pengembangan keilmuan. Bab III terdiri atas empat artikel yang mengkaji filsafat dan kearifan dalam aspek agama. Bab terakhir, yaitu Bab IV, terdiri atas empat artikel yang mengkaji filsafat dan kearifan dalam budaya lokal.

... ekonomi. Daftar. Pustaka. Bunnin, N. dan Tsui-James, E. (eds.), 2003. The Blackwell Companion to Philosophy. John Wiley & Sons. Gordon, D.F. 1956. “Reviewed Work(s): The Failures of Economics: A Diagnostic Study by Sidney Schoeffler ...

Godot di Amerika dan di Indonesia

Suatu Studi Banding

Penelitian Bakdi Soemanto ini mendeskripsikan dan menguraikan proses perkembangan drama Indonesia pada tahun 1960-an dan 1970-an, ketika kecenderungan ke arah teknik penulisan naskah absurd mencapai puncaknya. Naskah-naskah yang diikutkan dalam sayembara penulisan naskah drama yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1970an merupakan bukti yang tidak terbantah. Juga pementasan yang diselenggarakan oleh begitu banyak kelompok teater, tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di kota-kota besar dan kecil lain, merupakan indikasi betapa besar pengaruh teater absurd terhadap perkembangan teater kita. Beberapa naskah drama yang dihasilkan oleh Putu Wijaya, Vredi Kastam Marta, Akhudiat, Yudhistira Ardi Noegraha, dan Noorca Marendra—misalnya—membuktikan bahwa tradisi teater absurd ada di Indonesia. Istilah teater absurd dipergunakan, antara lain oleh Martin Esslin untuk jenis teater yang mengungkapkan kegagalan bahasa sebagai alat komunikasi, seperti yang juga disampaikan oleh Eugene lonesco, salah seorang penulis teater absurd yang drama-dramanya pernah juga diterjemahkan dan dipentaskan di sini. Ketiadaan komunikasi itu dicerminkan dalam alur yang tidak jelas ujung pangkalnya, penokohan yang tidak juntrung perkembangannya, ujung dan pangkal yang ternyata sama atau serupa, dan tentu saja dialog yang tidak menunjukkan adanya saling memahami di antara tokoh-tokohnya. Dalam uraiannya ini, Bakdi Soemanto mengungkapkan bahwa ternyata apa yang telah terjadi di negeri ini mirip dengan yang telah berlangsung di Amerika Serikat. Pementasan Waiting for Godot mendapat sambutan tidak hanya dari khalayak, tetapi juga dari beberapa dramawan. Resepsi dramawan seperti Jack Gelber dan Edward Albee atas karya Beckett itu telah menghasilkan jenis drama baru yang oleh Esslin kemudian juga digolongkan ke dalam teater absurd. Dengan bertumpu pada analisis atas Waiting for Godot, karangan yang ditulis dengan sangat lancar ini telah berhasil memberikan gambaran dan uraian mengenai berlangsungnya proses pengaruh gaya penulisan, reproduksi ideologi, dan usaha untuk mengungkapkan berbagai masalah yang dirasa tidak bisa lagi diungkapkan dengan cara yang sebelumnya telah ada.

Penelitian Bakdi Soemanto ini mendeskripsikan dan menguraikan proses perkembangan drama Indonesia pada tahun 1960-an dan 1970-an, ketika kecenderungan ke arah teknik penulisan naskah absurd mencapai puncaknya.

Manajemen

Para mahasiswa sekarang ini adalah para manajer di masa mendatang. Mendekati permulaan abad baru ini, beberapa nilai dan pendekatan baru terhadap manajemen mulai muncul banyak di antaranya yang sebenarnya sudah ada di depan kita. Dalam abad ke-21, suasana kerja akan berbeda dengan suasana kerja yang ada sekarang. Keanekaragaman budaya, etika dan tanggung jawab sosial, perekonomian global dan kualitas menjadi perhatian penting dalam dunia kerja di abad mendatang. Indeks mulai berubah, baik dalam tingkatan teknologi maupun manusianya. Buku Manajemen ini memperkenalkan dasar-dasar manajemen apabila diterapkan dalam lingkungan kerja sekarang. Tujuan yang pertama adalah berusaha untuk mencakup topik-topik yang tepat yang kedalamannya disesuaikan dengan mahasiswa baru. Tujuan yang kedua adalah menyajikannya dengan suatu cara yang menarik dan praktis, yakni suatu cara yang menuntut perhatian mahasiswa serta mendorong mereka untuk secara aktif mengaitkannya dengan hal-hal yang terdapat di sekitar mereka. Untuk menekankan pentingnya mempelajari peran manajer, terutama dalam lingkungan yang dinamis seperti sekarang ini, setiap dalam buku ini akan diawali dengan: Manajemen Dewasa Ini, yakni suatu gambaran atau pengenalan diri yang menuntut perhatian kita terhadap isu-isu paling akhir yang sesuai dengan suasana kerja baru dalam abad ke-21. Gambaran yang dimaksud adalah apa yang secara nyata terjadi dalam perusahaan, sedangkan pengenalan diri menyangkut isu-isu manajerial yang harus diketahui oleh para mahasiswa agar berhasil sebagai manajer dalam lingkungan bisnis yang dinamis seperti sekarang ini. Kombinasi keduanya diharapkan mampu memberikan pandangan yang berimbang tentang isu-isu yang dihadapi oleh para manajer dewasa ini serta keahlian yang diperlukan bagi para manajer di masa mendatang. Dalam buku ini dibahas pula sejarah perkembangan manajemen, etika dan tanggung jawab sosial, manajer dan peran-perannya, sumber daya manusia, kepemimpinan, konflik, mengelola kelompok dan tim hingga teknologi informasi. Semua topik tersebut merupakan topik-topik yang berkaitan erat dengan aktivitas sehari-hari manajer dan manajemen dalam suatu organisasi.

Indeks mulai berubah, baik dalam tingkatan teknologi maupun manusianya. Buku Manajemen ini memperkenalkan dasar-dasar manajemen apabila diterapkan dalam lingkungan kerja sekarang.

Modal Sosial dalam Manajemen Bencana

Buku ini terdiri dari lima bab yang masing-masing membahas mengenai pemulihan kondisi pasca bencana dilihat dari aspek sosial ekonomi. Secara geografis, Indonesia terletak pada wilayah yang rentan terhadap ancaman bencana alam, mulai dari letusan gunungapi, banjir, gempa bumi, hingga tsunami. Keadaan ini membuat masyarakat harus dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut mengingat dampak dari bencana tersebut sangat luas, baik dari segi fisik maupun sosial ekonomi. Buku Modal Sosial dalam Manajemen Bencana berisi tentang kumpulan penelitian berupa studi kasus yang telah dilakukan dengan memfokuskan pada perilaku dan cara masyarakat dalam beradapatasi terhadap dampak bencana. Secara detil buku ini menjelaskan bagaimana masyarakat pesisir maupun yang tinggal di gunung melakukan manajemen sosial untuk memulihkan penghidupan ekonomi kembali. Aspek sosial ekonomi merupakan faktor yang penting dalam kajian manajemen kebencanaan, disamping aspek fisik. Manusia memegang peranan penting untuk terciptanya kembali kondisi penghidupan seperti sediakala sebelum terjadi bencana (disaster resilience). Manusia sebagai pelaku objek dalam kajian kebencanaan serta pemulihan perekonomian pasca bencana yang dilakukan manusia, menjadi topik utama dalam buku ini. Nilai-nilai kebersamaan dan saling tolong-menolong antar masyarakat, khususnya masyarakat terdampak bencana, tercermin dari masih mengakarnya budaya gotong royong di kawasan pedesaan. Belajar dari bencana gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006, erupsi Gunungapi Merapi 2010, serta banjir rob yang yang rutin terjadi di Demak., gotong royong menjadi senjata yang ampuh dalam komunitas masyarakat menanggulangi akibat yang ditimbulkan suatu bencana karena gotong royong merupakan kombinsi antara solidaritas dan kerjasama antar sesama. Kajian bencana tidak dapat terlepas dari pemulihan kondisi ekonomi. Dalam proses pemulihan kondisi ekonomi ,modal sosial dalam masyarakat merupakan salah satu summberdaya yang penting untuk dimaksimalkan efektifitasnya. Modal sosial bagi masyarakat di kawasan rawan bencana merupakan jenis strategi adaptasi untuk bertahan hidup. Sumberdaya lokal dan kearifan lokal menjadi dasar dan bentuk dari modal sosial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa modal sosial menjadi faktor yang penting dalam penanggulangan bencana. [UGM Press, UGM, Gadjah Mada University Press]

Beberapa sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, dan tempat ibadah mengalami kerusakan fisik dan tidak dapat dipergunakan. Sebuah Puskesmas pembantu ...