Sebanyak 2 item atau buku ditemukan

Pemikiran Guru Besar Universitas Gadjah Mada Menuju Indonesia Maju 2045: Bidang Sains dan Teknologi

Buku ini merupakan pemikiran secara individual berdasarkan kompetensi masing-masing guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM). Dewan Guru Besar (DGB) menginisiasi penerbitan buku ini karena seorang guru besar UGM mempunyai nilai strategis bagi kemajuan bangsa. Seorang guru besar mempunyai kewajiban khusus membuat karya ilmiah dan menyebarluaskan gagasan pembangunan Indonesia atas dasar ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena jabatan guru besar merupakan jabatan akademik tertinggi diharapkan pemikirannya sudah sangat mendalam dan visioner. Dalam kaitan itulah, DGB memrogramkan penulisan buku “Pemikiran Guru Besar UGM Menuju Indonesia Maju 2045”. Tahun 2045 bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka, dari sekarang tinggal 24 tahun lagi. Suatu tahun pencapaian yang sangat urgen. Timbul pertanyaan kritis, apakah Indonesia sudah betul-betul merdeka dan berdaulat, tidak terjajah lagi oleh kekuatan asing? Apakah Indonesia sudah maju dan tidak tertinggal negara lain? Apakah kita sudah menikmati keadilan dan kemakmuran dari hasil kekayaan dan pengolahan sumber daya yang kita miliki? Apakah kita sudah baldatun toyyibatun warobbun ghofur? Judul buku tersebut mengacu pada visi Indonesia 2045. Seperti diketahui, keseluruhan visi Indonesia 2045 diarahkan pada perwujudan Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan makmur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi tersebut menginginkan Indonesia menuju tahun 2045 menjadi negara maju dan salah satu dari lima kekuatan ekonomi dunia dengan kualitas manusia yang unggul serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi, kesejahteraan rakyat yang jauh lebih baik dan merata, serta ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan yang kuat dan berwibawa. Pencapaian visi Indonesia dibangun dengan empat pilar pembangunan, yaitu pembangunan manusia serta penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan. Masing-masing pilar berisi bidang-bidang pembangunan dari pendidikan hingga politik luar negeri yang harus dibangun dan dipercepat hingga tahun 2045 untuk mewujudkan visi Indonesia 2045. Secara keseluruhan, visi Indonesia 2045 mewujudkan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang lebih baik dan merata dengan kualitas manusia yang lebih tinggi, ekonomi Indonesia yang meningkat menjadi negara maju dan salah satu dari lima kekuatan ekonomi terbesar dunia, pemerataan yang berkeadilan di semua bidang pembangunan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat dan demokratis. Pemikiran GB dilakukan oleh seluruh anggota GB, baik anggota DGB maupun yang bukan anggota DGB secara individual sesuai dengan kompetensi masing-masing. Penulisan buku ini sejalan juga dengan tugas khusus seorang GB, yaitu menulis buku, menyebarluaskan gagasan, dan membuat karya ilmiah. Buku ini juga merupakan oleh-oleh DGB periode 2016-2021 karena masa baktinya akan berakhir bulan Juli 2021. Penulisan buku ini dimaksudkan untuk mengaktualisasikan karya semi ilmiah atau ilmiah populer berisi pemikiran-pemikiran para guru besar sesuai dengan kompetensi masing-masing dalam kerangka untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045. Semoga buku ini dapat dijadikan titik awal perangkuman pemikiran DGB UGM secara sistematis untuk mewujudkan Indonesia Maju di tahun 2045 Bidang Sains dan Teknologi.

Miccciancio dan Goldwasser (2012) memaparkan permasalahan kriptografi yang dipandang dari kacamata latis. Konsep pada sistem kriptografi ini adalah menyembunyikan pesan di sekitar suatu titik pada latis yang dipandang menggunakan basis ...

Modal Sosial dalam Manajemen Bencana

Buku ini terdiri dari lima bab yang masing-masing membahas mengenai pemulihan kondisi pasca bencana dilihat dari aspek sosial ekonomi. Secara geografis, Indonesia terletak pada wilayah yang rentan terhadap ancaman bencana alam, mulai dari letusan gunungapi, banjir, gempa bumi, hingga tsunami. Keadaan ini membuat masyarakat harus dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut mengingat dampak dari bencana tersebut sangat luas, baik dari segi fisik maupun sosial ekonomi. Buku Modal Sosial dalam Manajemen Bencana berisi tentang kumpulan penelitian berupa studi kasus yang telah dilakukan dengan memfokuskan pada perilaku dan cara masyarakat dalam beradapatasi terhadap dampak bencana. Secara detil buku ini menjelaskan bagaimana masyarakat pesisir maupun yang tinggal di gunung melakukan manajemen sosial untuk memulihkan penghidupan ekonomi kembali. Aspek sosial ekonomi merupakan faktor yang penting dalam kajian manajemen kebencanaan, disamping aspek fisik. Manusia memegang peranan penting untuk terciptanya kembali kondisi penghidupan seperti sediakala sebelum terjadi bencana (disaster resilience). Manusia sebagai pelaku objek dalam kajian kebencanaan serta pemulihan perekonomian pasca bencana yang dilakukan manusia, menjadi topik utama dalam buku ini. Nilai-nilai kebersamaan dan saling tolong-menolong antar masyarakat, khususnya masyarakat terdampak bencana, tercermin dari masih mengakarnya budaya gotong royong di kawasan pedesaan. Belajar dari bencana gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006, erupsi Gunungapi Merapi 2010, serta banjir rob yang yang rutin terjadi di Demak., gotong royong menjadi senjata yang ampuh dalam komunitas masyarakat menanggulangi akibat yang ditimbulkan suatu bencana karena gotong royong merupakan kombinsi antara solidaritas dan kerjasama antar sesama. Kajian bencana tidak dapat terlepas dari pemulihan kondisi ekonomi. Dalam proses pemulihan kondisi ekonomi ,modal sosial dalam masyarakat merupakan salah satu summberdaya yang penting untuk dimaksimalkan efektifitasnya. Modal sosial bagi masyarakat di kawasan rawan bencana merupakan jenis strategi adaptasi untuk bertahan hidup. Sumberdaya lokal dan kearifan lokal menjadi dasar dan bentuk dari modal sosial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa modal sosial menjadi faktor yang penting dalam penanggulangan bencana. [UGM Press, UGM, Gadjah Mada University Press]

Beberapa sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, dan tempat ibadah mengalami kerusakan fisik dan tidak dapat dipergunakan. Sebuah Puskesmas pembantu ...