• Bolehkah disambung balik tangan yang dipotong kerana hukum hudud • Bila najis jadi suci? • Bolehkah mengubat di negara orang kafir dan mengambil upah daripada mereka? • Bolehkah kita berubat dengan dadah? • Bagaimana kalau saya sentiasa terkentut? • Adakah orang yang menderma organ menanggung dosa si penerima? Itu baru enam daripada begitu banyak hukum-hukum yang diceritakan dalam buku ini.
Menurut Imam Abu Hanifah, ada tiga laporan, iaitu paling sahih sekurang-kurangnya adalah setitik, 11 hari dan 25 hari. Paling lama: Menurut mazhab Maliki dan Syafi'i: 60 hari kebiasaannya Menurut mazhab Hanafī dan Hanbali: 40 hari ...
Perkara mana yang lebih utama? Menunaikan ibadah haji setiap tahun ataupun menyumbangkan dana tersebut kepada mangsa perang? Memberi makanan kepada fakir miskin ataupun membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang tetap? Membantu orang yang dizalimi ataupun menghalang orang yang melakukan kezaliman? Meninggalkan perkara yang dilarang ataupun melaksanakan perkara yang diperintahkan? Menjadi seorang kaya yang bersyukur ataupun miskin yang sentiasa bersabar? Bercampur gaul dengan orang ramai ataupun mengasingkan diri ketika tersebarnya kerosakan? Mengutamakan hafalan semata-mata ataupun berusaha memahami ilmu yang dipelajari? Mengutamakan amalan menggunakan hati ataupun menggunakan anggota badan? Dalam menjalani ibadah yang pelbagai, kita selalu berdepan dengan pilihan dan keputusan. Ibadah mana yang perlu diberi keutamaan pada tangga pertama dan diberi keistimewaan untuk didahulukan. Apatah lagi perkara tersebut berkaitan hukum hakam, kepentingan individu ataupun masyarakat, amalan kebaikan, pendirian mahupun susunan gerak kerja harian. Semua ini perlu disusun mengikut keutamaan yang betul. Fiqh Keutamaan karya Dr. Yusuf Al-Qaradhawi memberi garis panduan dalam memilih ibadah mana yang perlu didahulukan. Buku ini padat dengan panduan, kajian dan sumber rujukan daripada Al-Quran dan sunnah serta konteks semasa.
Kemudian Hasan Al-Banna berkata, “Saya akan solat sebagai imam, sementara kedua-dua lelaki ini menjadi makmum. Apa yang kamu akan lakukan pada bacaan surah Al-Fatihah, wahai orang yang bermazhab Hanafi?” Lelaki itu menjawab, “Saya hanya ...
Keindahan teknik penulisan hadis oleh Ibnu Hajar nampak jelas dalam penulisan buku ini. Seringkali beliau menampilkan hadis yang sahih dan kuat, meringkaskan hadis yang panjang, membahas panjang lebar tentang penisbatan periwayat hadis, memberi keterangan darjat hadis dengan memberikan isyarat daripada ilalnya.
Bagaimanakah hubungan antara Islam dan negara? Adakah konsep negara Islam? Apakah Pancasila sesuai dengan Islam? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap menjadi perdebatan di dunia intelektual Islam, seiring dengan munculnya gerakan Islam trans-nasional yang mengusung gagasan negara khilafah. Perdebatan tersebut dapat dimengerti lantaran Islam memang tidak memiliki konsep baku (fixed) dan detail menyangkut bentuk negara dan konsep pemerintahan. Islam banyak berbicara soal negara dan pemerintahan secara makro dan universal, sebagaimana tercermin dalam prinsip-prinsip umum tentang asy-syura (permusyawaratan), al-'adalah (keadilan), al-musawah (persamaan), dan al-hurriyyah (kebebasan). Oleh karena itu, teknis penyelenggaraan negara diserahkan kepada umat dengan tetap mengacu pada dalil-dalil universal ajaran agama dan prinsip maqashid asy-syari'ah. Dengan demikian, landasan teologis dalam penyelenggaraan negara berupa seruan moral untuk mengapresiasi kemaslahatan dan kepentingan masyarakat. Buku ini membahas hubungan Islam dan negara. Melalui perspektif fiqh yang mendalam dengan tetap mempertimbangkan realitas Indonesia sebagai negara Pancasila, buku ini berusaha menjembatani hubungan antara Islam dan negara. Selamat membaca!
Ibadah sholat adalah salah satu ibadah yang paling utama. Hal yang pertama kali dinilai dalam perhitungan amal manusia nanti adalah sholatnya. Buku ini mengupas seluk-beluk tentang sholat disertai dalil al-Quran dan Sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam. Dikuatkan juga dengan atsar para Sahabat Nabi maupun pendapat Ulama Ahlussunnah seperti 4 Imam Madzhab Fiqh, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, al-Lajnah ad-Daaimah, Syaikh Bin Baz, Syaikh al-Albaniy, dan Syaikh Ibn Utsaimin. Tidak ketinggalan pembahasan tentang Fiqh Bersuci yang merupakan elemen persyaratan sahnya sholat seseorang, seperti: Air dan Penggunaannya, Najis dan Cara Menghilangkannya, Berwudhu, Mandi Wajib, Tayammum, dan semisalnya. Pemaparan dalam buku ini menggunakan metode tanya-jawab yang diharapkan memudahkan pembaca dalam memahaminya. Semoga bermanfaat
Al - Imam asy - Syafi'i rahimahullah menyatakan dalam kitab alUmm : والتي لا تقوم مقام الكبير ولا تحزيه اله إلا أن تكون مع الكبير لا تتقدم الكبير ولا تكون بعده Niat itu tidak bisa menggantikan takbir . Tidak sah niat kecuali dilakukan ...
Imam Syafi'i adalah contoh yang menarik , selain karena kedudukannya sebagai murid langsung Imam Malik ( dalam pola pikir konservatif , perbedaan pendapat di antara keduanya tak terbayangkan ) , juga karena beliau merilis pendapat baru ...
Kontribusi Asbab al-Wurud dalam Pemahaman Hadis secara Kontekstual
Hadis adalah sumber ajaran Islam yang menduduki posisi kedua setelah al-Quran. Posisi hadits menjadi sangat signifikan ketika ia berfungsi sebagai penjelas (bayan) al-Quran, bahkan menetapkan hukum-hukum yang tidak diatur dalam al-Quran. Dalam memahami sebuah hadits, tidak cukup hanya lewat teksnya, tetapi lebih dari itu, dibutuhkan perangkat-perangkat lain yang dapat membantu terhadap pemahaman sebuah hadits. Salah satunya adalah yang dikenal dalam ilmu hadits dengan asbab al-wurud. Lewat tinjauan asbab al-wurud ini, dapat diketahui latar belakang sosiologis-historis lahirnya sebuah hadits, faktor-faktor yang mendorongnya disamping orang-orang yang secara spesifik menjadi sebab lahirnya sebuah hadits. Tinjauan terhadap asbab al-wurud dalam pemahaman hadis (fiqh al-hadis) dilakukan agar generalisasi yang mewarnai pemahaman hadis dapat dihindari. Sebab memahami hadis tanpa membedakan struktur dan karakteristiknya akan terjebak pada pemahaman yang bukan merupakan pesan dari hadis itu sendiri. Asbab al-wurud berfungsi sebagai media dalam mengaktualisasikan pesan hadis terhadap realita yang berkembang pada setiap waktu dan tempat. Karena itu, memahami asbab al-wurud tidak hanya berhenti pada penetapan sebab atau latar belakang hadis, tapi harus dilanjutkan dengan menariknya kepada realita kekinian untuk kemudian menyimpulkan suatu pemahaman baru terhadap hadis dalam bingkai kontekstualisasi. Buku ini secara sistematis membahas teori asbab al-wurud dan aplikasinya dalam pemahaman hadis Nabi Saw sekaligus menawarkan model kontekstualisasi hadis yang diharapkan dapat memperkaya khazanah dalam studi hadis. Selamat membaca... Penulis
Lihat:Yunahar Ilyas dan M. Mas'udi (Ed.), Pengembangan Pemikiran terhadap Hadits, Cet. ke2, Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), Yogyakarta, 1996, h. 208. 40 Imam al-Syafi'i (w.204 H) dan Imam Abu Hanifah (150 Dr. Muhammad ...
Imam Malik berkata, “Andaikata seorang janda berkata kepada walinya nikahkanlah aku dengan lelaki yang engkau sukai, lalu ia nikahkan denga dirinya sendiri, atau lelaki lain yang dipilih oleh perempuan yang bersangkutan, ...
Krisis yang melanda bangsa Indonesia semakin hari semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan bangsa. Secara kronologis, krisis yang melanda bangsa ini bermula dari krisis keimanan (kepercayaan kepada Allah SWT) kemudian menyebabkan terjadinya krisis moralitas, kemudian diikuti krisis ekonomi, politik, sosial dan budaya. Secara ideologi bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal memiliki kesadaran tinggi tentang keberagamaan. Sebab, sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang ada dalam Pancasila merupakan sila yang menyinari dan menjiwai sila-sila yang lain. Meskipun demikian, tidak dapat diingkari bahwa kejadiankejadian itu telah menjadi kenyataan yang tidak dapat dibantah keberadaannya. Pengamalan tasawuf yang terorganisir dalam sejarah Islam dikenal dengan tarekat. Salah satu tarekat yang relatif banyak pengikutnya di Indonesia dan ASEAN adalah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN), yang salah satu pusatnya adalah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Oleh karena itu, perlu untuk meneliti bagaimana hukum pengamalan fiqh, kalam dan tasawuf. Dalam hal ini penulis mencoba melakukan penelitian tentang hubungan pengamalan fiqh, kalam dan tasawuf dalam kehidupan keberagamaan komunitas Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.