Sebanyak 76 item atau buku ditemukan

Pemikiran Guru Besar IPB: Tantangan Generasi Muda dalam Pertanian, Pangan, dan Energi

Awalnya, ketika tanaman transgenik ini baru diproduksi, banyak pihak yang berharap bahwa keberadaan tanaman transgenik dapat menjawab permasalahan hama-hama tanaman. Pada kenyataannya, permasalahan hama sangatlah kompleks.

Kumpulan Cerita Guru Inspiratif Suka Duka Mendidik Generasi Bangsa : Arfan Publisher

Kumpulan Cerita Guru Inspiratif Suka Duka Mendidik Generasi Bangsa : Arfan Publisher

sendiri, setiap peserta harus mencari permasalahan yang ada di instansi tempat bekerja, dalam hal ini sekolah saya SMPN 1 Parigi. Permasalahan tersebut harus bisa dipecahkan selama kegiatan Latsar itu sendiri dan hasil tersebut harus ...

SKGB 019: MISKONSEPSI LITERASI

Mengapa Indonesia dan sebagian besar bangsa yang baru merdeka lainnya mengembangkan program pemberantasan buta huruf atau pengajaran calistung? Bayangkan Anda menjadi pimpinan sebuah negara yang 100% warganya masih buta huruf. Bagaimana Anda menyampaikan pesan Anda pada jutaan warga negara yang berada di berbagai daerah? Tidak ada jalan, Anda harus bicara kepada semua warga negara. Bila hanya pada sebagian warga negara, pesan Anda akan menyebar seperti gosip. Jangankan sebuah negara. Dalam pelatihan, pesan yang disampaikan pada orang paling depan lalu orang tersebut menyampaikan ke orang di belakangnya hingga orang terakhir di suatu barisan. Apa pesan yang dipahami oleh orang di barisan paling belakang? Sama sekali berbeda dengan pesan yang disampaikan di awal. Ada distorsi, ada generalisasi, ada hiperbola, ada dramatisasi. Kalai rantai informasi pada satu baris bisa kacau seperti itu, lalu bagaimana bila terjadi pada suatu negara? Kekacauan! Itulah mengapa calistung menjadi program prioritas pada kebanyakan bangsa yang baru merdeka. Calistung pada masanya adalah mesin penggerak kehidupan sebuah bangsa, mesin konsumsi dan produksi pengetahuan. Kemampuan calistung membuat orang per orang tidak tergantung sepenuhnya pada komunikasi lisan. Calistung membuat orang bisa membaca panduan, brosur, petunjuk dan buku untuk menjalankan mesin, mengoperasikan birokrasi, atau menjalani kehidupan. Calistung membuat orang bisa menuliskan pikirannya, menuangkan pengalamannya dan menggambarkan impiannya untuk disampaikan pada banyak orang. Calistung membuat orang berpikir sistematis, pasar bekerja, pengerjaan bangunan menjadi simetris, penataan kebun menjadi rapi dan desain peralatan menjadi presisi. Calistung adalah bentuk awal literasi yang menggerakkan kehidupan negeri! Tapi kehidupan tidak semudah dan seindah cerita pengantar tidur. Belajar calistung bergerak cepat tapi dihentikan ketika akan memasuki tahap calistung untuk belajar, calistung untuk mengubah kehidupan. Sistem pendidikan mempersempit calistung sebatas sebagai aktivitas konsumsi belaka, calistung untuk mengkonsumsi pengetahuan, tapi tidak bergerak menjadi calistung untuk memproduksi pengetahuan. Orang kehilangan arti penting calistung. Belajar calistung jadi kegiatan di sekolah, lebih tepatnya kegiatan anak pada kelas kecil. Calistung menjadi kegiatan wajib yang membosankan dan kering makna. Pada tingkat global, pendidikan membaca kritis ala Paulo Freire diubah menjadi pengajaran membaca yang mekanis. Sampai sekitar 2 dekade yang lalu, kita mulai memasuki suatu zaman yang memperkenalkan istilah literasi. Lahir kesadaran arti penting literasi dalam kehidupan berbangsa. Kita telah berjalan sebagai negara merdeka lebih dari 70 tahun, tapi tantangan yang kita hadapi tetaplah sama: miskonsepsi literasi. Literasi sebagai tujuan, cara dan kegiatan direduksi sebagai kegiatan membaca. Murid diminta aktif membaca di awal pelajaran, tapi tidak mendapat tantangan yang memadai untuk menggali, memikirkan dan mengemukakan pendapat. Literasi menjadi calistung yang penting pada kelas kecil, sembari lupa bahwa literasi penting dan berguna pada semua tahapan belajar, bahkan bagi pendidikan doktor. Inilah ajakan bagi guru yang merdeka belajar untuk melek literasi tentang makna literasi itu sendiri. Pada Surat Kabar Guru Belajar edisi ini, kita akan bercerita mengenai miskonsepsi literasi sebagai upaya refleksi kolektif terhadap perjalanan kita menghidupkan literasi di ruang kelas, aktivitas sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang merdeka belajar adalah guru yang berani mengakui kekeliruan, keberanian yang akan mengantar pada keberanian yang lain, keberanian memperbaiki, keberanian untuk gagal terus hingga mencapai keberhasilan. Apakah Anda sudah membicarakan miskonsepsi literasi bersama murid Anda? Bersama rekan guru di sekolah dan di Komunitas Guru Belajar? Bersama kepala sekolah atau dinas pendidikan? Bila belum, bergegaslah karena literasi bermakna akan segera menggerakkan negeri.

Saya meminta mereka untuk menuliskan apa yang bisa mereka lihat, dengar, dan rasakan selama tinggal di sekitar kota Tangerang Selatan. Kemudian saya tanyakan hal yang lebih spesifik, “Apa saja permasalahan yang ada di kota ini?

SKGB 021: LITERASI UNTUK BELAJAR

Literasi untuk apa? Banyak guru, sekolah dan penggiat pendidikan mengadakan kegiatan literasi di berbagai konteks. Pertanyaan reflektif di Surat Kabar Guru Belajar ini adalah buat apa literasi? Dalam sebuah Temu Pendidik Mingguan, saya terlibat percakapan dengan seorang guru yang bingung merancang pengajaran literasi. Selidik punya selidik, kebingungan tersebut berakar pada asumsi kegiatan literasi diadakan sebatas pada 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Asumsi yang memisahkan antara pengajaran literasi dengan “pengajaran biasanya”. Pengajaran literasi dipisahkan dari pengajaran yang dilakukan setiap harinya. Bukan hanya pemisahan cara pengajaran, pengajaran literasi pun dipisahkan tujuannya. Pengajaran literasi mengejar suatu tujuan tertentu, pengajaran biasa mengejar tujuan yang lain. Ketika tujuan berbeda, penilaian keberhasilannya pun berbeda. Pada ujungnya, pengajaran literasi justru menjadi beban bagi guru, tanpa paham sebenarnya pengajaran literasi untuk apa. Diskusi tersebut menarik perhatian tim Surat Kabar Guru Belajar sehingga lahirlah usulan untuk memaparkan keterkaitan antara pengajaran literasi dengan “pengajaran biasanya”. Kami berharap paparan tersebut dapat menyebarkan pesan bahwa pengajaran literasi adalah pondasi dari keseluruhan pengajaran dan pendidikan yang kita lakukan. Pengajaran literasi bukan sekedar mematuhi kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh pusat. Pengajaran literasi hendaknya menunjang tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan pendidikan. Pengajaran literasi akan membantu murid dalam mencari, mendapatkan, mengolah dan menggunakan informasi untuk mencapai suatu tujuan atau untuk menyelesaikan masalah. Kompetensi literasi yang berkembang akan membuat murid lebih lancar dalam mencapai tujuan pengajaran. Lebih mudah memahami tujuan pengajaran, lebih mandiri dalam mencari dan mengolah informasi, lebih tangguh dalam menghadapi kesulitan dalam penggunaan informasi dan tentu saja, lebih mudah melakukan refleksi proses dan hasil belajar pada suatu mata pelajaran. Lebih jauh lagi, murid dengan kemampuan literasi pun lebih mampu menghadapi tantangan dan menyelesaikan persoalan hidupnya. Jadi buat apa pengajaran literasi? Untuk membantu murid lebih merdeka belajar dan menjalani hidup sebagai pelajar merdeka. Pelajar sepanjang hayat. Bila kita bersepakat bahwa tujuan pengajaran literasi menunjang tujuan pengajaran dan pendidikan secara menyeluruh, maka konsekuensinya semua pelajaran adalah pelajaran literasi, semua media belajar adalah media literasi dan pada akhirnya, semua guru adalah guru literasi. Semua pihak di sekolah mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan literasi murid. Bukan untuk menjalankan aturan, namun kesadaran bahwa pengajaran literasi pada dasarnya membantu guru mencapai tujuan pengajaran dan membantu murid mencapai tujuan pelajaran. Pengajaran literasi menunjang tujuan kita semua, tujuan pendidikan. Pernyataan tersebut bukan pernyataan omong kosong. Silahkan Anda baca Surat Kabar Guru Belajar Edisi ke-21 ini. Anda akan mendapatkan bagaimana pengajaran literasi bisa terintegrasi dengan berbagai macam pengajaran. Pengajaran literasi bukan monopoli pengajaran bahasa, juga pengajaran kewarganegaraan, pendidikan inklusi, pengajaran matematika, pengajaran budaya dan semua pengajaran yang lain. Inilah seruan yang diusung Komunitas Guru Belajar, pahami esensinya, pahami tujuannya, sehingga kita bisa mendapatkan beragam cara yang mungkin untuk mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan. Mari kita renungkan kembali, apa tujuan pengajaran literasi. Dan temukan cara pengajaran yang relevan dan bermakna, bagi murid maupun bagi guru. Selamat melakukan pengajaran literasi dengan cara berbeda!

Jadi pertanyaan dalam kaus Guru Belajar Esensial “Apakah murid Anda merasa dipahami?” sudah bisa terjawab dari apa yang guru lakukan di atas. Penulis Dari empati tersebut guru diajak mencari permasalahan yang dialami murid.

Surat Kabar Guru Belajar Edisi Khusus: Wardah Inspiring Teacher 2021 - Jilid 4

Surat Kabar Guru Belajar Edisi Khusus Wardah Inspiring Teacher menampilkan praktik baik pembelajaran dan pendidikan untuk menularkan kegemaran belajar pada komunitas guru. Kolaborasi Mewujudkan Merdeka Belajar Tantangan mewujudkan Merdeka Belajar memang tidak mudah. Tantangan itu semakin besar ketika upaya mewujudkan Merdeka Belajar baru berada pada tahap awal dan, pada saat yang sama, Pandemi Covid-19 datang mengguncang kehidupan kita. Semua terdampak, tak terkecuali dunia pendidikan. Namun, tantangan ini tak sedikitpun menyurutkan semangat Cerita Guru Belajar untuk terus berupaya mewujudkan Merdeka Belajar di Indonesia. Sebab, kepentingan kita untuk mewujudkannya jauh lebih berharga dari pada tantangan yang dihadapi. Pada konteks inilah Cerita Guru Belajar berkolaborasi dengan Wardah Inspiring Teacher untuk mendukung para guru di Indonesia belajar bersama dan berbagi praktik baik agar semakin banyak guru yang menjadi Guru Merdeka Belajar. Kami dipertemukan oleh visi yang sama, misi yang sama, dan kepentingan yang sama: melakukan transformasi pendidikan ke arah pendidikan yang lebih memerdekakan murid. Dalam mewujudkan Merdeka Belajar di tengah Pandemi Covid-19, peran media pembelajaran tentu saja sangat krusial. Apakah pembelajaran jarak jauh akan memberikan dampak pada murid atau sekadar menjadi rutinitas, salah satunya ditentukan oleh media pembelajaran yang diaplikasikan di kelas. Melalui Surat Kabar Guru Belajar edisi Wardah Inspiring Teacher 2021 ini, kami ingin membagikan berbagai Media Pembelajaran Merdeka. Semoga dari berbagai cerita praktik baik yang tersaji dalam Surat Kabar Guru Belajar edisi ini dapat menginspirasi para guru di Indonesia, dan kemudian terjadi perubahan di dunia pendidikan kita. Selamat membaca!

Setelah itu, saya lanjutkan dengan memberi permasalahan yang kedua. “Mengapa dalam rangkaian listrik lampu hias, jika satu lampu mati atau putus maka semua lampu akan ikut mati?” Permasalahan yang saya sampaikan melalui media video ...

Surat Kabar Guru Belajar Edisi Khusus: Kolaborasi Literasi Bermakna

Tentang Kolaborasi Literasi Bermakna Kampus Guru Cikal berkolaborasi dengan Keluarga Kita, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) dan IniBudi membentuk Kolaborasi Literasi Bermakna (KLB) sebagai mitra dari INOVASI. Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) merupakan program kemitraan antara pemerintah Australia dengan pemerintah Indonesia yang bertujuan memahami dan menemukan cara-cara untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa di sekolah-sekolah yang ada di berbagai kabupaten di Indonesia, terutama dalam hal kemampuan literasi dan numerasi. Kolaborasi Literasi Bermakna sebagai kolaborasi menggarap bidang dan bekerja bersama dengan berbagai pemangku kepentingan mulai guru, orangtua, komunitas dan pengambil kebijakan di Kota Batu dan Kabupaten Probolinggo. Kampus Guru Cikal sendiri bertanggung jawab mengelola program yang berkaitan dengan praktik pengajaran literasi dan numerasi di ruang kelas melalui program pengembangan guru. Kampus Guru Cikal melakukan pengembangan guru mengacu pada 4 kunci yaitu Kemerdekaan, Kompetensi, Kolaborasi dan Karier. Pada kunci kemerdekaan, Kampus Guru Cikal memberi kesempatan pada kepala sekolah dan guru untuk memilih terlibat dalam program melalui kegiatan sosialisasi dan rekrutmen guru penggerak. Kami percaya bahwa belajar tidak bisa dipaksa. Belajar efektif justru ketika pelajar, guru maupun murid, sadar akan tujuan dan paham bahwa belajar merupakan bagian dari kebutuhan. Pada kunci kompetensi, Kampus Guru Cikal mengadakan tiga pelatihan yaitu Penggerak Kelas Merdeka Belajar, Pengajaran Literasi Bermakna dan Dokumentasi Praktik Pengajaran. Ketiga pelatihan tersebut dirancang untuk memastikan setiap guru dapat mengembangkan kompetensi yang sesuai kebutuhan murid dan kondisi ruang kelas masing-masing. Kunci Kolaborasi melahirkan kegiatan berupa Temu Pendidik Daerah dan Surat Kabar Guru Belajar. Kami percaya bahwa perubahan pendidikan terjadi ketika guru saling berbagi praktik pengajaran yang terbukti berhasil melalui beragam kanal. Guru belajar dari sesama guru untuk menghasilkan praktik pengajaran yang membumi sekaligus menghasilkan terobosan inovasi. Kunci Karier melahirkan kegiatan berupa penerbitan buku dan pameran karya guru pada Pesta Pendidikan yang akan diadakan pada akhir program. Kampus Guru Cikal percaya bahwa karier guru bukan didasarkan pada SK atau penunjukkan melainkan melalui kontribusi dan karya nyata yang mendapat pengakuan dari masyarakat guru maupun masyarakat luas. Tentang Surat Kabar Guru Belajar Surat Kabar Guru Belajar adalah terbitan berkala dua bulanan dari Komunitas Guru Belajar yang berisi praktik baik pengajaran dan pendidikan. Pada sejumlah program, kami menerbitkan Surat Kabar Guru Belajar edisi khusus yang memuat tulisan dari guru yang menjadi peserta program. Surat Kabar Guru Belajar ini berisi tulisan dari guru yang terlibat dalam program Kolaborasi Literasi Bermakna - INOVASI. Topik yang diusung pada Surat Kabar Guru Belajar edisi ini adalah Membangun Kemerdekaan Belajar melalui Kesepakatan Kelas. Tulisan yang dimuat adalah hasil perjuangan guru dalam menerapkan pelajaran dari Pelatihan Penggerak Kelas Merdeka Belajar. Berbeda dengan pendekatan lain, meski mempunyai kesamaan fokus program pada literasi, tapi Kampus Guru Cikal percaya bahwa inovasi pengajaran literasi tidak akan efektif bila ruang kelas belum merdeka belajar. Kelas Merdeka Belajar adalah prasyarat untuk mewujudkan pengajaran literasi yang bermakna. Kenyataannya, persoalan mendasar di ruang kelas bukanlah inovasi pengajaran, penerapan kurikulum atau pun pencapaian prestasi murid. Persoalan mendasar yang sering muncul adalah pengelolaan kelas yang tidak efektif. Tidak efektifnya pengelolaan kelas menghasilkan dampak seperti murid terpaksa belajar, murid tidak paham tujuan belajar, suasana kelas yang tidak kondusif, serta sulit terbentuknya relasi saling percaya antara guru dengan murid maupun sesama murid. Gejala yang mudah dikenali, murid tidak termotivasi belajar, suasana belajar terjadi ketika guru hadir, dan suasana ramai ketika guru meninggalkan ruang kelas. Berdasarkan hasil asesmen pra Pelatihan Penggerak Kelas Merdeka Belajar, guru di Kota Batu pada dasarnya sudah cukup memadai dalam mengelola ruang kelas. Guru di Kota Batu sudah menggunakan sejumlah strategi untuk membangun ruang kelas yang kondusif. Meski demikian, seringkali penerapan strategi manajemen kelas masih belum konsisten mengarah pada tujuan esensial, kemerdekaan belajar. Masih ditemui penerapan strategi pengajaran sebatas untuk melancarkan tugas guru dalam melakukan pengajaran. Apa itu Kelas Merdeka Belajar? Kelas yang mempunyai komitmen terhadap tujuan belajar, mandiri terhadap cara belajar dan melakukan refleksi terhadap proses dan capaian belajar. Jadi merdeka belajar itu jauh artinya dari pemahaman kebanyakan orang, bebas belajar. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru untuk membicarakan, menetapkan dan berkomitmen terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai. Guru dan murid samasama sadar tujuan kehadiran mereka di ruang kelas. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru dalam menentukan dan melakukan cara belajar mengacu pada tujuan, kondisi kelas, profil dan kebutuhan belajar murid. Ada beragam cara belajar yang sama efektifnya secara teori, namun secara praktis, cara-cara belajar tersebut penting untuk dibicarakan dan disepakati bersama. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru dalam melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses dan capaian belajar. Murid mendapat kesempatan untuk menilai capaiannya. Seberapa puas mereka dengan capaiannya? Apa cara belajar yang sudah efektif? Apa cara belajar yang masih perlu diperbaiki? Kebiasaan melakukan refleksi akan melejitkan kemampuan belajar baik per individu murid maupun per kelas sebagai sistem sosial. Tulisan guru yang dimuat di Surat Kabar Guru Belajar ini sangat kental dengan upaya mereka untuk membangun kemerdekaan belajar melalui kesepakatan kelas. Ini terkait dengan asesmen sumatif pelatihan yang meminta peserta pelatihan membuat laporan penerapan kesepakatan belajar untuk membangun kemerdekaan belajar. Anda akan menemui beragam tulisan yang renyah, enak dibaca dan tetap mempertahankan esensi, upaya membangun kemerdekaan belajar melalui kesepakatan kelas. Silakan nikmati tulisan di Surat Kabar Guru Belajar! Temukan praktik baik yang bisa dipelajari dan dikembangkan di ruang kelas Anda. Lakukan modifikasi sesuai gaya dan kondisi Anda. Mari jadikan ruang kelas kita menjadi ruang kelas merdeka belajar! Sekali merdeka, tetap merdeka belajar! Bukik Setiawan

Namun, sebagian guru beranggapan bahwa tingkah laku anak yang berbeda dari teman pada umumnya sering menimbulkan permasalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Saya mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama.

Celoteh Guru SMA

Titah Surya Yogjakarta

Ada banyak pengalaman bagi guru ketika di sekolah (kelas), di masyarakat, dan setidaknya ketika berhadapan dengan siswa-siswanya. Pengalaman itu dituangkan dalam bentuk tulisan yang menarik: penuh iba, perjuangan, tantangan, dan sederet persoalan, yang kadang menggelikan, menarik, dan membosankan. Artikel ini merupakan sejenis pemikiran guru ketika berhadapan dengan persoalan itu. Menarik dibaca, dan layak dimiliki.

Semua permasalahan yang muncul dalam kehidupan harus bisa kita urai agar dapat dipecahkan. Dalam mengurai permasalahan-permasahan yang muncul tidaklah mudah seperti kita membalik telapak tangan. Di situ harus membutuhkan perjuangan, ...

Surat Kabar Guru Belajar Edisi II Program Pendidikan Untuk Semua Yogyakarta

MENDAKI LEBIH TINGGI Senyum bahagia anak adalah hadiah terbaik atas kerja keras pendidikan. Terlebih senyum itu berasal dari murid penyandang disabilitas yang optimis untuk melanjutkan pendidikan tinggi. --- Saya bisa menyetir mobil itu termasuk lambat dibandingkan kebanyakan teman. Saya mengendarai mobil setelah bekerja sekian tahun. Setelah bisa, saya mengurus surat ijin mengemudi. Gara-gara itu saya akhirnya tahu bahwa surat izin mengemudi ternyata ada levelnya. Surat Izin Mengemudi (SIM) yang saya miliki berada pada level paling rendah, level penguasaan yang paling sedikit tantangannya. Hanya bisa mengendarai kendaraan yang tergolong kecil. Setelah mempunyai SIM jenjang terendah sekian bulan, saya baru bisa mengajukan SIM pada jenjang yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang, semakin kompleks tantangannya dan semakin banyak penyesuaian perilaku yang dibutuhkan. Begitu juga menjadi guru. Pada dasarnya menguasai kompetensi yang sama namun dengan jenjang penguasaan yang berbeda-beda. Saya selalu membayangkan guru pada pendidikan inklusi dan pendidikan luar biasa menempati jenjang yang lebih tinggi dibandingkan guru pada umumnya. Saya membayangkan guru pada pendidikan khusus sama seperti guru pada umumnya hanya saja tantangan yang dihadapi lebih kompleks. Guru pada umumnya menghadapi murid yang beragam kondisinya. Guru pendidikan khusus menghadapi keragaman murid yang lebih intensif. Guru pada umumnya dituntut kreatif melakukan pembelajaran. Guru pendidikan khusus dituntut lebih kreatif lagi. Wajar bila kita respek dan perlu belajar dari guru pendidikan khusus. Itulah mengapa menjadi kehormatan bagi Kampus Guru Cikal ketika dipercaya Nusantarun untuk mengelola program Pendidikan untuk Semua di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Program ini bertujuan menyediakan dukungan dan kesempatan bagi murid penyandang disabilitas mendapatkan akses pendidikan tinggi. Guru pendidikan khusus, bagaimana pun, menjadi penggerak utama program yang berinteraksi langsung dengan murid penyandang disabilitas. Program Pendidikan untuk Semua sendiri termasuk kompleks. Banyak pihak yang dilibatkan, mulai guru, murid penyandang disabilitas, orangtua, pemerintah daerah hingga perguruan tinggi yang mempunyai program bagi murid penyandang disabilitas. Variasi program dan konten pembelajarannya pun relatif kompleks. Setelah lebih dari satu tahun berjalan, program Pendidikan untuk Semua ini sebenarnya sudah pada fase akhir program. Sayangnya, kondisi darurat COVID-19 membuat pelatihan bagi murid penyandang disabilitas di Yogyakarta yang berpotensi mendapatkan beasiswa harus tertunda. Saat ini kami tengah menyiapkan program belajar daring (online) pengganti untuk memastikan kualitas pembelajaran yang setara dengan pelatihan yang dilakukan di Jawa Tengah. Surat Kabar Guru Belajar edisi ini menampilkan perjalanan dan pelajaran sepanjang perjalanan program dari awal hingga akhir. Pada akhirnya, keyakinan awal semakin menguat bahwa murid penyandang disabilitas layak mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi. Sebagaimana ditegaskan pada tulisan guru Sri Wahyuni, murid penyandang disabilitas tidak butuh perlakuan istimewa. Mereka butuh perlakuan yang sama, sebagaimana kita memperlakukan semua murid secara istimewa. Terima kasih Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas dukungannya. Terima kasih untuk IAIN Sunan Kalijaga, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas 11 Maret dan Universitas Dian Nuswantoro atas komitmennya terhadap kesempatan yang setara bagi murid penyandang disabilitas melanjutkan pendidikan tinggi. Terima kasih Nusantarun yang telah memberi kepercayaan dan menjadi teman seperjalanan untuk mewujudkan pendidikan untuk semua. Telah panjang perjalanan kita, tapi masih panjang perjalanan yang harus ditempuh untuk mendampingi murid penyandang disabilitas yang mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi. Mari terus melangkah bersama, menemani mereka mendaki lebih tinggi! Bukik Setiawan Kampus Guru Cikal

Sebagai guru bimbingan dan konseling di sekolah saya sering menjumpai berbagai macam permasalahan murid dalam proses pemenuhan tugas-tugas perkembangannya. Saya menyadari bahwa satu masalah saja dalam diri murid dapat berpengaruh ...

Surat Kabar Guru Belajar Edisi Khusus: #TerusBelajar Daerah Blitar

Surat Kabar Guru Belajar spesial ini merupakan hasil kerjasama dengan Yayasan Lari Nusantara dalam program NusantaRun 8. Berisi tentang praktik baik perubahan pembelajaran setelah mengikuti program #TerusBelajar Sekolah Merdeka Belajar. Surat Kabar Guru Belajar spesial ini terdiri dari empat edisi berbeda yang berasal dari 5 daerah di Jawa Timur.

Siti Afida Namun, guru belum terbiasa menyampaikan permasalahan pembelajaran kepada kepala sekolah. Saya bertanya kepada teman kepala sekolah dan mempelajari ulang pendekatan coaching yang pernah Mereka menganggap hal seperti itu sangat ...

SKGB 003: DISIPLIN POSITIF

Kesadaran & Disiplin Kita seringkali terlalu cepat menuntut kedisiplinan, tapi terlalu lambat menumbuhkan kesadaran pada anak. Sadar atau tidak, kita sebagai pendidik seringkali banyak dan sering menuntut anak-anak untuk berdisiplin. Hari pertama masuk kelas, kita sudah berharap anak- anak tahu dan paham peraturan. Karena itu kita menuntut mereka untuk berperilaku sesuai aturan.Kita menuntut anak-anak seolah anak adalah robot yang sekali diberi instruksi akan langsung jalan. Kita seringkali abai dan tidak sabar membangun kesadaran anak-anak tentang pentingnya berdisiplin. Anak-anak itu manusia sebagaimana juga kita yang butuh waktu untuk belajar mengembangkan suatu perilaku. Kita, anak-anak maupun pendidik, belajar bila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan kehidupan kita. Kita belajar bisa merasa berdaya untuk melakukan tindakan. Kisah-kisah guru pada Surat Kabar Edisi Ketiga ini menceritakan berbagai upaya menumbuhkan kedisiplinan dari kesadaran dalam diri anak. Disiplin bukan karena patuh pada perintah, takut kena hukuman atau mengejar ganjaran. Disiplin yang tumbuh dari kesadaran anak-anak kita. Itulah Disiplin Positif. Dengan disiplin positif, anak-anak akan lebih mencintai belajar, lebih tangguh menghadapi kesulitan, keterampilan berpikirnya berkembang hingga bisa mencapai prestasi akademik lebih baik. Lebih jauh lagi, disiplin positif mendukung terbentuknya interaksi dan budaya sekolah yang positif. Semoga kisah-kisah pada edisi kali ini dapat memicu kesadaran kita untuk membangun kesadaran anak-anak sejak dini. Mari belajar bersama!

Selain dalam membuat kesepakatan bersama di dalam dan di luar kelas, disiplin positif ini juga sangat membantu saya dalam menyelesaikan beberapa permasalahan antar peserta didik seperti : rebutan mainan, bertengkar akibat ada yang usil ...