Sebanyak 1638 item atau buku ditemukan

RENUNGAN TASAWUF

Sepuluh karangan dan ceramah Buya Hamka terkumpul di buku ini. Soal-soal mendasar yang memerlukan perenungan dan pendalaman, dibahas Buya Hamka dengan bahasa yang sederhana melalui pendekatan tasawuf. Dengan sangat indah Buya menjelaskan soal akal, “Jangan ditangkis kemegahan akal dengan kemegahan akal pula. Keduanya sama-sama akan bertemu jalan buntu. Barat telah bangkrut karena tamadun yang semacam ini.” Dalam hal kewajiban seorang muslim kepada negara Buya berpesan; “Menurut akhlak kewajiban kaum muslim kepada negaranya yaitu bekerja…Pertama beriman kepada Allah Swt. Kedua, bekerja dengan amal shaleh. Di situ akan tercapai “Baldatun thayyibatun warabbun ghafur”. Buku persembahan Republika Penerbit [Republika, bukurepublika, Penerbit Republika, sufisme]

Sepuluh karangan dan ceramah Buya Hamka terkumpul di buku ini. Soal-soal mendasar yang memerlukan perenungan dan pendalaman, dibahas Buya Hamka dengan bahasa yang sederhana melalui pendekatan tasawuf.

Agama Cinta: Memasuki Kedamaian Islam dari Lorong Tasawuf

Sepak terjang kaum teroris dan berbagai gerakan Islam radikal yang kian marak dewasa ini telah membuat kaum pembenci Islam semakin merasa mantap untuk menjustifikasi tudingan lama mereka bahwa Islam adalah agama teroris, ditegakkan dengan pedang, dan ajarannya merupakan sumber pemicu peperangan. Namun, benarkah demikian? Melalui uraiannya di buku ini, sang penulis berusaha menunjukkan bahwa Islam sepenuhnya agama cinta dan secara tidak langsung telah menjawab—sekaligus mematahkan—berbagai tuduhan negatif tersebut. AL-QUR’AN ADALAH KITAB CINTA DAN MUHAMMAD SAW. ADALAH SANG RASUL PEMBAWA RISALAH AGAMA CINTA

Sepak terjang kaum teroris dan berbagai gerakan Islam radikal yang kian marak dewasa ini telah membuat kaum pembenci Islam semakin merasa mantap untuk menjustifikasi tudingan lama mereka bahwa Islam adalah agama teroris, ditegakkan dengan ...

Tasawuf Kultural ; Fenomena Shalawat Wahidiyah

dalam bukunya, Sokhi Huda ingin menerangkan bahwa Shalawat Wahidiyah kini sudah menjadi fenomena baru dalam kultur masyarakat. "Shalawat Wahidiyah merupakan interpretasi ter­hadap Islam yang dilakukan secara genius oleh pendirinya dan di­transformasikan secara terus-menerus sehingga menjadi habituali­sasi di dalam kehidupan sehari-hari. Ia merupakan tasawuf lokal yang menjadi ajang bagi para penganutnya untuk memenuhi gelegak ke­ilahian dan menjadi wadah bagi pemenuhan kebutuhan spiritual yang tidak ada habis-habisnya.

dalam bukunya, Sokhi Huda ingin menerangkan bahwa Shalawat Wahidiyah kini sudah menjadi fenomena baru dalam kultur masyarakat.

Wahdat al-Wujud Ibn ‘Ata’ Allah al-Sakandari Perspektif Tasawuf Falsafi

Dari segi corak ajaran dan pembahasan, Tasawuf terbagi menjadi dua; Tasawuf Amali dan Tasawuf Falsafi. Sebagian orang beranggapan bahwa Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang tidak bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Tentu anggapan ini keliru terlebih jika menjadikan al-Shaykh al-Akbar Ibn ‘Arabi sebagai tokoh Tasawuf Falsafi. Menurut pengakuan Ibn ‘Arabi dalam karya monumentalnya al-Futuhat al-Makkiyah, apa yang dia tulis dalam karyanya tersebut tidak lain adalah hasil pemahamannya terhadap al-Qur’an. Inti Tasawuf adalah tasfiyah wa mushahadah. Penyucian jiwa dan penyaksian kepada Allah Swt. Seseorang yang berhasil menyucikan jiwanya maka dia akan mengenal Allah Swt (makrifatullah). Proses penyucian jiwa (tasfiyah) kadang dibagi menjadi dua, takhalli dan tahalli. Setelah tahap ini dilalui maka seseorang akan mengalami tajalli, nama lain dari mushahadah. Ibn ‘Arabi dianggap sebagai tokoh Sufi yang mengenalkan istilah wahdat al-wujud yang menurut penulis tidak lain adalah bentuk lain dari tajalli, mushahadah, atau makrifatullah yakni maqam spiritual yang dicapai oleh para sufi setelah mengalami fana dan baqa’. Mushahadah atau Tajalli mengambil banyak bentuk dan dijelaskan oleh para sufi dengan berbagai istilah. Al-Hallaj mengenalkan istilah hulul, Rabiah al-Adawiyah dengan konsep mahabbah, Abu Yazid dengan konsep ittihad, Imam al-Ghazali dengan konsep makrifat, Ibn ‘Arabi dengan konsep wahdat al-wujud, Suhrawardi al-Maqtul dengan ishraqiyah, Sirhindi dengan wahdat al-Shuhud, Mulla Sadra dengan Hikmah al-Muta’alliyah, Burhanpuri dengan martabat tujuh, dan Syekh Siti Jenar dengan manunggaling kawula gusti. Buku ini mencoba untuk membahas konsep wahdat al-wujud Ibn ‘Ata’ Allah al-Sakandari dalam kitab al-Hikam. Beberapa ungkapan Ibn ‘Ata’ Allah al-Sakandari dalam kitab al-Hikam dapat dikategorikan dalam wilayah pembahasan wahdat al-wujud.

Dari segi corak ajaran dan pembahasan, Tasawuf terbagi menjadi dua; Tasawuf Amali dan Tasawuf Falsafi.

Hakekat Tasawuf

Hakekat Tasawuf Syaikh Abdul Qadir Isa Sebenarnya, apa perbedaan antara tasawuf dan sufisme? Tasawuf adalah istilah yang berkembang di dunia Arab, sementara sufisme lebih populer di barat, yang dinisbatkan kepada seorang pelaku tasawuf, sufi. Tujuannya pun satu, dan sama dengan tujuan syariat, yaitu kesalehan batin dan perilaku dengan berbagai maqam-nya. Yang menjadikan sufisme menyimpang adalah ketika salah satu maqam-nya, wihdatul wujûd, berkembang ke arah ittihâd atau hulûl, yang kemudian lebih sering berkaitan dengan sinkretisme. Ini, yang menyalahi tauhid. Penulis buku ini mengulas secara detail serangan para orientalis tentang metode memahami tasawuf. Juga, menjelaskan bagaimana tasawuf yang seiring dengan tuntutan syariat; bagaimana menjadi saleh secara batin tapi juga tidak menyimpang dari tauhid. Buku ini, amat fenomenal dan mendapat sambutan yang luar biasa terbukti dengan telah mengalami cetak ulang sebanyak 16 kali di negeri asalnya, Suriah. Buku Persembahan Penerbit QisthiPress

Hakekat Tasawuf Syaikh Abdul Qadir Isa Sebenarnya, apa perbedaan antara tasawuf dan sufisme?

TIPOLOGI ALIRAN-ALIRAN TASAWUF

Buku ini mengungkap berbagai macam aliran sufistik dalam dunia tasawuf yang memiliki corak tersendiri dan sudut pandang yang berbeda dengan tujuan yang sama, yakni untuk mendekatkan diri, mengenal dan mengetahui hakikat Allah swt, dan usaha menjadi seorang hamba yang benar-benar hamba. Benar-benar hamba maksudnya adalah hamba yang memahami eksistensi dan esensi dirinya sebagai seorang ciptaan Tuhan. Adanya aliran-aliran dalam dunia tasawuf ini menjadi bukti bahwa tasawuf tidak hanya dipahami dan dikaji dalam satu sisi, melainkan banyak sisi. Sehingga melahirkan berbagai ragam perbedaan tipologi. Adanya yang menitik beratkan pada aspek ruhaniah, akhlak, akal, rasa (dzauq), amaliah, cinta, sosial, modern (tawazaun; keseimbangan), kebangsaan dan lain sebagainya. Yang pada intinya adalah sama-sama ingin menjadi seorang hamba yang benar, yang dekat dengan Tuhan dan menjadi hamba yang baik, yang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Tipologi-tipologi seperti inilah yang membuat tasawuf kaya, yakni kaya akan model (desain) yang akhirnya membuat tasawuf ini ilmu yang unik. Sehingga, layak untuk terus dikaji, didalami dan diamalkan.

Buku ini mengungkap berbagai macam aliran sufistik dalam dunia tasawuf yang memiliki corak tersendiri dan sudut pandang yang berbeda dengan tujuan yang sama, yakni untuk mendekatkan diri, mengenal dan mengetahui hakikat Allah swt, dan usaha ...

Buku Saku Tasawuf

Sekurangnya selama dua dekade--di negeri-negeri maju bahkan sejak setengah abad--yang lalu, kita menyaksikan kembalinya spiritualisme atau mistisisme ke dalam kehidupan manusia modern. Demikian pula halnya dengan spiritualisme Islam, yakni tasawuf. Keberhasilan peradaban modern dalam memenuhi tuntutan kemakmuran hidup ternyata justru menggarisbawahi dahaga orang pada spiritualisme. Tapi, kenyataan ini tak lantas menghapus kesan di benak banyak orang bahwa tasawuf terkait erat dengan irasionalitas, klenik, bid'ah (mengada-adakan--dan mempersulit--hal-hal yang tak ada dalam sistem kepercayaan Islam), bahkan syirik. Harus diakui bahwa tuduhan-tuduhan itu, meskipun terkadang berlebihan dan bersifat pukul rata, bukannya sama sekali tak punya alasan. Maka, buku kecil ini memiliki fungsi ganda. Pertama, memaparkan tasawuf secara proporsional, ringkas, populer, dan mudah dipahami, tetapi sedapat mungkin juga cukup komprehensif dan tidak dangkal. Kedua, mempromosikan sejenis tasawuf positif--sebagai lawan tasawuf negatif atau eksesif--yang sejalan dengan prinsip tauhid, akhlak Islam, rasionalitas, sikap proporsional terhadap kehiduapn duniawi, dan juga penghargaan terhadap sains. Meskipun ringkas dan populer, pembaca akan mendapati pandangan-pandangan segar yang tak segera bisa didapat dari buku-buku sejenis yang lebih berat. Dengan membaca buku ini, Anda diharapkan dapat mengetahui: * Makna tasawuf * Manfaat bertasawuf * Sejarah aliran-aliran tasawuf * Konsep-konsep kunci tasawuf, khususnya zuhud * Perbedaan tasawuf positif dan tasawuf negatif atau eksesif * Tasawuf dan rasionalitas. Sebuah buku saku yang mencerahkan tentang soal penting dan pelik dengan gaya penyampaian yang simpel dan mengalir. [Mizan, Haidar Bagir, Tasawuf, Sufi, Islam, Indonesia]

Sebuah buku saku yang mencerahkan tentang soal penting dan pelik dengan gaya penyampaian yang simpel dan mengalir. [Mizan, Haidar Bagir, Tasawuf, Sufi, Islam, Indonesia]

Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam

Banyak penulis buku tasawuf yang hanya menonjolkan aspek tertentu tentang tasawuf, terutama aspek positifnya terhadap pengalaman agama. Buku-buku semacam ini tidak bisa memberi pengertian yang utuh tentang tasawuf, tidak banyak manfaatnya bagi pengamat dan peneliti di bidang sufisme, apalagi yang aspek negatifnya. Inilah yang akan menyebabkan kemunduran Islam. Oleh karena itu, satu-satunya cara adalah harus dengan semboyan “pergi ke Makkah melalui London”. Yakni, menguasai dan menerapkan metode analisis ilmiah dari Barat untuk menelaah kitab-kitab kuning dan kehidupan keagamaan umat Islam. Dengan cara ini, pengertian inti cita sufisme, yaitu fana dan kasyaf, dapat diselami secara utuh.

Banyak penulis buku tasawuf yang hanya menonjolkan aspek tertentu tentang tasawuf, terutama aspek positifnya terhadap pengalaman agama.

Ilmu Tasawuf

Tasawuf merupakan salah satu aspek esoterik Islam dan intisarinya adalah kesadaran akan adanya komunikasi rohaniah antara manusia dan Tuhan melalui kontemplasi. Dengan bertasawuf, seseorang akan menjadi lebih bersih hati dan jiwanya, sekaligus dia akan dibimbing oleh cahaya Ilahi secara intens. Dengan demikian, perilaku seorang sufi akan terefleksikan dalam berbagai tindakan dan berkomunikasi secara baik dengan Tuhan sebagai perwujudan hablun minallah (hubungan vertikal) sekaligus berhubungan baik dengan sesama manusia sebagai perwujudan hablun minannas (hubungan horizontal). Buku ini membahas tentang; Apa itu Tasawuf; Posisi Tasawuf dalam Islam; Tujuan Tasawuf; Sejarah Tasawuf; Epistemologi Filsafat dan Tasawuf; Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Tauhid; Filsafat, Fiqh, dan Psikologi; Tasawuf Akhlaki; Tasawuf Irfani; Tasawuf Falsafi; Ajaran-Ajaran Tasawuf; Tokoh-Tokoh Tasawuf dan Pemikirannya; Tarekat dan Sejarah Perkembangannya; Tasawuf dan Tokoh-Tokoh Tasawuf di Indonesia; serta Studi Kritis Terhadap Ajaran Tasawuf. Buku ini menjadi referensi “wajib” bagi Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di berbagai perguruan tinggi agama Islam di UIN, IAIN, STAIN, serta PTAIS khususnya di Fakultas-Fakultas Tarbiyah, Dakwah, Syariah, Ushuluddin, dan Adab. Buku ini juga perlu dibaca bagi siapa saja yang ingin mendalami tasawuf secara mendalam dan komprehensif.

Buku ini menjadi referensi “wajib” bagi Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di berbagai perguruan tinggi agama Islam di UIN, IAIN, STAIN, serta PTAIS khususnya di Fakultas-Fakultas Tarbiyah, Dakwah, Syariah, Ushuluddin, dan Adab.

MENGENAL TASAWUF RASULULLAH

Representasi Ajaran al-Qur'an dan Sunnah

Buku yang ada di hadapan para pembaca ini, beberapa persoalan di antaranya adalah materi-materi yang menjadi fokus kajian dan ungkapan “Gelisah” penulis. Gelisah memikirkan banyak paham aneh yang merebak di masyarakat kita. Gelisah karena semakin minimnya para alim ulama saleh yang patut untuk dijadikan panutan. Gelisah karena banyak orang yang sudah tidak mengenal madzhab hingga banyak yang tidak peduli dengan praktek-praktek ibadah yang sebenarnya. Gelisah dengan merebaknya kesesatan akidah tasybîh (penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya). Gelisah karena banyak ajaran as-Salaf al-Shâlih yang dianggap bid’ah dan menyesatkan. Gelisah karena semakin banyak jargon mengatakan “Kita harus kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah” sementara orang-orang yang meneriakan jargon tersebut sama sekali tidak memahami ilmu agama, bahkan di antara mereka ada yang bersikap apriori terhadap pendapat para ulama saleh terdahulu. Gelisah karena tasawuf banyak dikotori, bahkan dijadikan media untuk meraih dunia. Serta banyak kegelisahan-kegelisahan lainnya yang itu semua “menumpuk” di dalam dada penulis. Akhirnya, dengan banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, buku ini semoga memiliki kelebihan dan dapat memberikan siraman serta pencerahan bagi orang-orang yang selalu memegang teguh akidah tanzîh; akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan selalu mengharap ridla Allah serta perlindungan-Nya. Amin

Buku yang ada di hadapan para pembaca ini, beberapa persoalan di antaranya adalah materi-materi yang menjadi fokus kajian dan ungkapan “Gelisah” penulis.