Buku ajar Ushul Fiqh ini disusun untuk memenuhi kebutuhan referensi bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu ushul fiqh. Kontennya disusun berdasarkan kurikulum dan silabus ushul fiqh yang berlaku di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Keluasan dan keluwesan materi yang terdapat dalam buku Ushul Fiqh ini dapat digunakan oleh semua user baik mahasiswa pada fakultas agama ataupun masyarakat umum. --- Buku persembahan penerbit Prenadamedia Kencana
This book deals with the sources of Islamic jurisprudence and their importance in deducing the religious rulings. It covers the concept of ijtihād (independent reasoning), its conditions and application and illustrates why it is a practice for experts rather than laymen. It also explains the differences in the levels of expertise of the mujtahids. In fact, there are seven distinct classifications of mujtahid. The book also covers the communication of God as Lawgiver with regard to the conduct of liable persons. It details the difference in probative value of communication based on the extent to which it binds an individual be it absolutely binding, a recommendation or mere permissibility. The reader will be able to understand the difference between fiqh (law) and Usūl al-Fiqh (methodology of law). Fiqh is the law itself whereas Usūl al-Fiqh is the methodology utilized to extract the law. The relationship between the two disciplines resembles that of the rules of grammar to a language, or of logic to philosophy. Usūl al-Fiqh in this sense provides the standard criteria for the correct deduction of the rulings of fiqh from the sources of Shari’ah (the Qur’an and Sunnah).
not allow for performing any other wajib in the same category of worship. For example, only the Ramadan fast can be observed by liable people during the month of Ramadan. Optional and make-up fasts are not permissible during this month.
"Melalui buku ini, K.H. Sahal Mahfudz ingin menerangkan bahwa meningkatnya anarki pemaknaan sosial dan politik di Indonesia, memaksa pemikiran fiqih mengalami pergeseran dari fiqih sebagai paradigma ”kebenaran ortodoksi” menjadi paradigma ”pemaknaan sosial”. Jika yang pertama menundukkan realitas kepada kebenaran fiqih, maka yang kedua menggunakan fiqih sebagai counter discourse dalam belantara politik pemaknaan yang tengah berlangsung. "
Misalnya dalam berwdhu; Imam Syafi'i tidak mewajibkan menggosok anggota badan yang dibasuh, sedangkan Imam Malik mewajibkannya. Dalam hal meraba farji, Imam Syafi'i berpendapat, hal itu membatalkan wudhu secara mutlak, sedangkan Imam ...
Buku ini berisi tentang materi-materi ushul fiqh dan penerapannya dalam materi fiqh seperti tentang thaharah, shalat, puasa, haji dan umrah, zakat, munakahat, mawaris, muamalat, jinayah, dan siyasah. ----- Persembahan penernit Kencana (Prenadamedia Group)
Buku ini berisi tentang materi-materi ushul fiqh dan penerapannya dalam materi fiqh seperti tentang thaharah, shalat, puasa, haji dan umrah, zakat, munakahat, mawaris, muamalat, jinayah, dan siyasah.
