Sebanyak 1617 item atau buku ditemukan

Pinar Ibadah

Dilengkapi : Tuntunan Shalat Wajib, Shalat Sunat, Zakat, Puasa, Haji, Shalawat, Doa-doa

Buku PINTAR IBADAH ini disajikan hal-hal di antaranya pembahasan akidah, rukun islam, tata cara shalat, serta tata cara ibadah lainnya. Pembahasan yang jelas dan lugas dalam buku ini akan lebih mempermudah kita untuk mempelajari serta mengenal agama Islam lebih mendalam. Bahkan yang membedakan buku ini dengan buku-buku yang lain, bahwa buku PINTAR IBADAH yang ada di tangan anda ini dilengkapi dengan kumpulan shalawat dan doa-doa maqbul. Semoga setelah membaca serta mengamalkan isi buku ini, akan menambah keimanan, wawasan serta kecerdasan kita dan pada gilirannya akan menemukan kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah SWT.

Buku PINTAR IBADAH ini disajikan hal-hal di antaranya pembahasan akidah, rukun islam, tata cara shalat, serta tata cara ibadah lainnya.

Fatwa Kontemporari Jilid 1, Siri 4 (Hubungan Kemasyarakatan)

Antara persoalan menarik dalam buku Fatwa Kontemporari Jilid Satu, Siri Empat adalah: 1. Adakah riba terdapat pada wang kertas? 2.Apakah hukum makan ayam dan daging yang disembelih dan di import dari luar negara? 3.Apakah hukam mengharapkan kematian di saat kita berputus asa untuk meneruskan kehidupan? 4.Apakah hukum bekerjasama dengan musuh demi menyelamtkan diri sendiri? 5.Hukum merokok menurut pandangan Al-Quran, sunnah dan kaedah syariah. 6. Benarkah hukum menonton televisyen, mendengar lagu adalah haram? 7.Apakah pandangan islam berkaitan kamera dan fotografi?

Kesilapan utama kita adalah meminta fatwa Islam dalam permasalahan yang
tidak diwujudkan oleh agama ini. Kita menghendaki daripada Islam cara-cara
merawat penyakit yang datang dari tempat lain dan kita tidak mengikut cara
Islam ...

Iman

Kumpulan Tulisan Agus Nizami di Internet Selama 17 Tahun

Alhamdulillah setelah bertahun2 ada juga penerbit yang mau menerbitkan buku saya yang merupakan kumpulan tulisan2 saat saya dakwah di internet selama 17 tahun. Buku ini bisa dipesan pracetak via FB ke: Penerbit Sakata https://www.facebook.com/profile.php?id=100006991984052 Catatan: Harga Rp 49.500 harus ditambah ongkos kirim dari Ciputat ke alamat pembeli. Biaya kirim bisa dicek di: http://www.jne.co.id Berikut kata pengantar dari Ustad Ahmad Zarkasih (Penulis RumahFiqih.com): Alhamdulillah, allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala Ali sayyidina Muhammad. Saya mengikuti update web media islam yang diampuh oleh ust. Agus Nizami ini, juga web kabar islam yang baru belakangan ini. Alhamdulillah banyak manfaat yang didapatkan untuk jiwa sebagai asupan informasi agama yang berimbang dan bisa dipertanggungjawabkan. Dan saya semakin senang ketika mendapat naskah artikel-artikel tersebut akan dibukukan. Semoga apa yang dikerjakan ini menjadi tambahan pahala bagi penulisnya, dan kemanfaatan bagi pembacanya. Di antara tulisannya adalah Bukti Tuhan itu Ada. Ini menjawab keraguan kita akan adanya Tuhan sehingga kita terhindar dari Atheist. Ini beberapa komentar pembacanya: [email protected]: Terima kasih , akhirnya saya mendapatkan jawabannya yang bilamana ada pertanyaan serupa, khususnya dari putra – putri kami. Subhanallah. GanryuKG Subhanallah … tulisan yang sangat bagus … thanks udah share … ==== Kemudian ada Sifat 20 yang menjelaskan Sifat-sifat yang harus ada pada Tuhan yang sejati dan sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada Tuhan. Ini dijelaskan dalam bahasa yang amat sederhana sehingga mudah dipahami oleh orang2 awam. Misalnya Tuhan sejati itu pasti Hidup. Jika Mati, maka dia bukan Tuhan. Dengan memahami ini, insya Allah iman kita kepada Allah akan mantap dan tidak akan goyah. Apalagi jika Dajjal mendekati kita di akhir zaman yang penuh fitnah ini. Ini komentar pembacanya: Miftah Terima kasih semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk memperkuat ke imanan kita, dan bisa meyakinkan pada orang – orang yang belum kuat imannya === Ini komentar pembaca lainnya: Virdha Rachma Sari July 18, 2011 at 9:50 pm · Reply · Edit Astaghfirullah, aku sempat beniat untuk pindah agama . Ya Allah ampuni aku . Setelah membaca ini semua aku sadar bahwa tiada Tuhan selain Engkau . Ampuni akuuu :( nda yuri July 19, 2011 at 6:16 am · Reply · Edit alhamdulillah ada tulisan bagus yang rasional, base on data, dan penuh etika. kadang banyak tulisan yg messagenya bagus tapi kalimatnya mengobarkan benci dan permusuhan antar agama. tulisan ini `sejuk` dan rasional. ga bikin marah, mengolok atau mengumpat. trims!!! Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2008/03/17/perbandingan-agama-yahudi-kristen-dan-islam/ Dan masih banyak bab-bab lainnya seperti Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern, Keutamaan Ilmu, Perbandingan Agama, dsb yang mudah2an bermanfaat untuk menjaga iman kita dan keluarga kita. Aamiin.. Kenapa saya menulis buku tentang “IMAN”? yang kelihatannya remeh dan pasaran? Iman adalah nikmat Allah yang paling utama. Tanpa dilandasi Ilmu, Iman kita akan rapuh. Turunnya prosentasi Muslim di Indonesia dari 92% di tahun 1960-an jadi kurang dari 80% saat ini karena Imannya tidak punya fondasi ilmu yang kuat sehingga mudah dimurtadkan. Mudah2an Buku ini bisa sedikit memberi landasan ilmu agar iman kita dan keluarga kita lebih kuat. Mudah2an bisa jadi amal ilmu yang bermanfaat. Aamiin. Mohon sebarkan ke yang lain. Ini adalah 1 contoh tulisannya: Bukti Tuhan itu Ada Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata. Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka. Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu?” Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut. “Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata. Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh. Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?” Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri. “Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada. Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan. “Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh. Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?” “Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya. “Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak. Orang banyak berkata, “Tidak!” “Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim berkata. Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru. Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada? Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada? Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakan benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat kuat). Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada. Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya. Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta! Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya. Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks. Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 9 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya. Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya. Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain: “Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61] Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas. Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada. “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5] “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40] Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada: “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2] “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191] Terhadap manusia-manusia yang sombong dan tidak mengakui adanya Tuhan, Allah menanyakan kepada mereka tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang menciptakan, atau Tuhan yang Maha Pencipta: “Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah:58-59] “Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?”[Al Waaqi’ah:63-64] “Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah:72] Di ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk menciptakan lalat jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa membuat robot dari bahan-bahan yang sudah diciptakan oleh Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat dari tiada menjadi ada serta makhluk yang bisa bereproduksi (beranak-pinak), tak ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali Allah: “…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [Al Hajj:73] Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2015/11/11/buku-membangun-iman-di-zaman-modern-oleh-agus-nizami/

Islam,. dan. Ihsan. Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Iman, Islam dan Ihsan.
Dasarnya adalah hadits sebagai berikut: Niat: Awal dan Penentu Semua Amal
Shaleh Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) 46 Iman 4. Iman,
Islam ...

Tanya Jawab Bersama Nabi; Kitab Iman

Nabi Muhammad saw., adalah teladan kita, umat muslim. Jika kita ingin mengetahui puncak aplikasi ajaran Islam, maka tiada guru terbaik selain beliau. Kepribadian, akhlak, dan apa yang beliau sampaikan adalah Islam itu sendiri. Karena alasan tersebut buku ini diterbitkan, dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang seolah dijawab langsung oleh beliau, menjadikan buku ini memiliki daya tarik tersendiri yang dapat memudahkan kita semua untuk memahami apa arti sesungguhnya dari iman secara lebih utuh. Buku yang pembaca pegang ini merupakan kitab pertama yang membahas tentang Iman. Kitab Iman ini membahas tanya-jawab seputar iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, dan takdir. Semoga kita semua diberi kesabaran dan keteguhan hati agar mau dan mampu belajar tentang ajaran islam secara lebih baik lagi. Sehingga nikmat agama islam yang telah ada dalam diri kita akan terasa semakin nikmat dari hari ke hari. Amin. Semoga bermanfaat

Buku ini dibagimenjaditiga kitab, yaitu: Iman, Islam, dan Ihsan. Kitab Iman
membahastanya-jawab seputar iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab,
para rasul, hari akhir, dan takdir. Kitab Islam membahas tanya-jawab seputar
syahadat, ...

Qiyas Sumber Hukum Syariah Keempat

Banyak orang kurang menyadari bahwa di hampir semua istimbat hukum syariah, ternyata penggunaan metode qiyas banyak dilakukan oleh para ulama. Malahan qiyas jsutru selalu terdapat di hampir semua bab dalam fiqih. Mulai dari thaharah, shalat, zakat, puasa,

Banyak orang kurang menyadari bahwa di hampir semua istimbat hukum syariah, ternyata penggunaan metode qiyas banyak dilakukan oleh para ulama.

Al Quran sebagai sumber hukum

AL QUR’AN merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada nabi Muhammad saw., karena Alqur’an adalah suatu mukjizat yang dapat disaksikan oleh seluruh ummat manusia sepanjang masa. Tak ada yang mampu menandinginya, walaupun dengan satu surat saja. Kehujjahan Alqur’an tidak terbantahkan lagi, dengan bukti-bukti kebenaran dan kemukjizatannya membawa Alqur’an menjadi satu-satunya kitab suci yang layak sebagai pedoman dan petunjuk dalam mengarungi kehidupan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan menjadikan Alqur’an sebagai pegangan hidup, dan sebagai sumber dari segala sumber hukum, akan membawa kepada keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini disebabkan Alqur’an bukan hanya membahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dan akhirat saja, tetapi Alqur’an juga memberikan petunjuk dalam menjalankan kehidupan di dunia.

Studi Ilmu-Ilmu Qur'an. Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa. Faridl, Drs. Miftah.
1989. Alqur'an; Sumber Hukum Islam yang Pertama. Bandung: Penerbit Pustaka.
Kholil, KH. Moenawar. 1994. Alqur'an Dari Masa Ke Masa. Solo: Ramadhani.

3 Sumber Najis

Judul : 3 Sumber Najis Penulis : Isnan Ansory, Lc, MA Terbit : Fri, 3 January 2020 Halaman : 49 hlm. Kategori : Thaharah Views: 17.764 views Share: | 525

Wasathiyyah Islam: Membaca Pemikiran Sayyid Quthb Tentang Moderasi Islam.
2. Jika Semua Memiliki Dalil: ... Ahkam al-Haramain fi al-Fiqh al-Islami (Hukum-
hukum Fiqih Seputar Dua Tanah Haram: Mekkah dan Madinah). 8. Thuruq Daf'i ...

Menyelami Spiritualitas Islam: Jalan Menemukan Jati Diri

Kehidupan modern yang didominasi materialisme dan hedonisme sering kali menyisihkan ruang spiritual, keheningan batin, dan kejernihan pikiran manusia. Nilai-nilai substansial agama, yang menjadi energi dan daya hidup jiwa manusia, justru dicampakkan dan dianggap sebagai sesuatu yang asing, usang, mengganggu bahkan membahayakan. Kebahagiaan, misalnya, tak lagi diukur dari seberapa besar kesyukuran, keikhlasan, ketakwaan pada Tuhan, dan kepedulian pada sesama, melainkan dari seberapa besar materi duniawi yang diperoleh atau ditargetkan. Lewat buku ini, dengan gaya tutur ringkas tetapi berbobot dan penuh makna, ar-Razi, ulama besar sekaligus tokoh sufi agung abad ke-7 H, seperti tengah menyerukan dan mengingatkan kita untuk kembali menyelami spiritualitas Islam sebagai jalan menemukan jati diri. Pesan-pesan religiusnya yang lembut mampu mengisi kehampaan spiritual dalam jiwa kita, bahkan menuntun dan melatih kita untuk menghindari krisis spiritual yang potensial terjadi sekaligus melewati nya dengan baik saat krisis itu terlanjur menyergap dan melumpuhkan kita.

Jundub bin Junadah bin Sufyan bin Ubaidah berasal dari Bani Ghifar, salah satu
pemuka sahabat dan orang pertama yang diberikan salam penghormatan
dengan cara Islam oleh Rasulullah, tidak peduli celaan para pencela. Ia hijrah ke
 ...

Krisis Spiritualitas di Era Teknologi dan Informasi

Majalah Tebuireng Edisi 44

Akankah Problematika Modernisme Terselesaikan? Assalamualaikum Wr. Wb. Masyarakat dunia sedang gan drung menuju modernisme yang berujung pada materialistik, di mana ilmu sains dan teknologi seolah kuda terbang yang melesat begitu cepatnya, sehingga tidak bisa dikejar oleh bidang keilmuan yang lain. Padahal ilmuilmu modern itu, dalam pandangan Abdul Kadir Riyadi, telah kehilangan sense of science-nya. Seringkali mereka menganggap dirinya paling benar dan sakti hingga terkesan sangat dogmatis. Sedangkan ilmu-ilmu yang berorientasi pada pengetahuan keberadaan jiwa masyarakat itu sendiri menjadi sempit, kesadaran akan pribadinya hilang sedikit demi sedikit. Lunturnya kesadaran akan diri sendiri ini, lebih banyak menghinggapi masyarakat di lingkungan perkotaan, di mana masyarakat cenderung mudah berpikiran materialis. Dengan hiruk pikuk keduniaannya, semua menjadi ada pada batasan angka-angka. Agama, ajaran ketuhanan, peribadatan dan spiritualitas semakin tergerus sejalan dengan semakin tingginya laju modernitas. Namun sebetulnya, materialisme, anak dari modernitas itu tidak hanya menjangkiti masyarakat perkotaan saja, tetapi juga masyarakat pedesaan yang terbawa arus dan terus mengikuti pola modern hingga ke hilir krisis spiritual, meskipun kondisinya tidak sebesar masyarakat kota. Bagi masyarakat kota, kegersangan semacam ini bisa disebabkan karena pencapaian kemakmuran materi sedemikian rupa dengan perangkat teknologi yang serba mekanis dan otomatis. Sedangkan dalam konteks masyarakat desa, lebih karena kecemburuan terhadap prestasi besar masyarakat kota, yang membuatnya berusaha mati-matian mengejar ketertinggalan, atau sekedar hanya untuk mempertahankan hidup. Kemajuan teknologi, kemudahan dalam penyelenggaraan kehidupan seharihari, dan kompetisi yang makin ketat telah melahirkan tekanan yang terkadang tidak tertahankan. Gaya hidup instan dan serba cepat, kekurangan waktu untuk memelihara kebersamaan dengan keluarga dan bersosialisasi, kerusakan ekologis, dan sebagainya justru mengakibatkan manusia modern terasingkan dari diri mereka sendiri. Seperti yang dideskripsikan Albert Camus, dalam menyebut kegersangan pribadi sebagai fenomena absurditas dalam potret masyarakat modern, di mana manusia merasa asing di alam ini. Sebagaimana ia menggambarkan sosok Sisyphus yang dihukum oleh para dewa untuk mendorong batu ke atas gunung, namun ketika hampir mencapai puncak, batu tersebut menggelinding ke bawah, dan begitu seterusnya. Namun di sisi lain, dari akibat berlarutlarutnya situasi seperti itu, tidak jarang kebosanan dan kegersangan atas keriuhan yang terjadi, membawa masyarakat kota pada keingintahuan lebih jauh akan tuhan. Mencari tuhan hingga ke mana saja mereka anggap ada. Mereka menjadi butuh akan sesuatu yang mampu meredam rasa ada yang kurang dalam dirinya, yakni sesuatu yang dirasa lebih dahsyat dari sekedar memenuhi kebutuhan materi. Maka munculnya beberapa majlis dzikir, majlis taklim, dan ustadz-ustadz muda di tengah masyarakat kota, seperti cahaya di malam gelap gulita, yang kemudian oleh Julia Day Howell dikatakan sebagai fenomena urban sufism. Urban sufism ini hadir dikala masyarakat mengalami kejenuhan terhadap pengejaran materi yang tidak ada tuntasnya. Muncullah fenomena Aa Gym, Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Haryono, dan majlis shalawat pimpinan para habaib. Ahmad Najib Burhani, penulis buku Sufisme Kota, beranggapan bahwa kegiatan spiritual yang sedang terjadi pada masyarakat kota sebagai bentuk tarekat, hanya saja ia membedakannya menjadi dua jenis, tarekat urban dan tarekat konvensional. Tarekat urban diartikan sebagai tempat pencarian minum masyarakat kota sejenak di sela-sela kesibukan bekerja seperti yang disebutkan di atas, sedangkan sufisme konvensional adalah tarekat eksklusif yang tidak hanya berusaha mendekatkan diri pada Tuhan, tapi sampai pada taraf kemakrifatan dan fana, yang kita kenal beberapa di antaranya seperti Qodiriyah-Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Rifa’iyah, Masyisyiyah, Tijaniyah, Syattariyah, dan lain sebaginya. Pertanyaanya, apakah sufisme urban adalah bentuk gejala biasa yang terjadi di lingkungan perkotaan? Sebatas mana perbedaan sufisme urban ini dengan sufisme konvensional atau tarekat yang bertahun-tahun berkembang? Bagaimana kredibilitas para pengampuh sufisme urban, apakah ia betul-betul sebagai guru sufi atau apa? Bagaimana sebenarnya krisis spiritual yang terjadi di masyarakat kota? Seberapa besar peran sufisme urban dalam mengimbangi arus modernitas dan materialisme masyarakat? Lalu, apa yang harus dilakukan? Majalah Tebuireng edisi 44 yang berada di tangan pembaca sekalian ini, mencoba mengupas berbagai permasalahan menganai krisis spirutual masyarakat perkotaan dan fenomena urban sufisme yang berkembang. Dalam rubrik sajian utama, kami menyajikan tulisan-tulisan hangat nan segar dari beberapa tokoh, sebut saja KH. Agus Sunyoto yang mengupas bagaimana para sekuleris juga mengakui bahwa krisis spiritual juga mampu menghancurkan peradaban manusia. Kemudian ada Ali Usman, M.Phil yang menulis tentang fenomena sufisme urban apakah sebagai tarekat ataukah bukan. Beberapa tokoh, semisal KH. Fahmi Amrullah, KH. Djamaluddin Ahmad, dan Gus Rofi’ul Hamid, juga memberikan varian sudut pandang yang menyejukkan tentang bagaimana mengatasi krisis spiritual yang melanda masyarakat disamping artikel-artikel lain yang tak kalah menarik untuk dibaca dan jadi teman diskusi. Selamat membaca! Wassalam.

Perhatikan angka-angka di atas. Aktivitas yang sifatnya hiburan dan konsumsi, rata-rata menempati rangking pertama. Sedangkan aktivitas yang bersifat produktif seperti jual-beli online dan transaksi perbankan, mendu- duki posisi ...