Sebanyak 17 item atau buku ditemukan

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Pemahaman Dasar dan Teori - Jejak Pustaka

Buku ini hadir untuk membantu pembaca yang ingin memahami komunikasi antarbudaya secara sederhana. Buku ini disusun dengan sistematis serta ditulis dengan memberikan gambaran kondisi yang berkaitan dengan budaya yang ada di sekitar kita. Penulis juga mencoba menganalogikan penjelasan materi melalui studi kasus yang sederhana agar pembaca lebih mudah memahami dan memetakan komunikasi antarbudaya.

Buku ini hadir untuk membantu pembaca yang ingin memahami komunikasi antarbudaya secara sederhana.

Stereotip dan Prasangka dalam Komunikasi Antarbudaya Muslim Pribumi dan Etnis Cina

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis, sehingga disebut sebagai masyarakat majemuk (plural society). Kemajemukan tentu saja merupakan nilai positif, dengan kemajemukan komponen masyarakat Indonesia dapat menghimpun dan mengembangkan berbagai potensi bangsa. Berbagai budaya yang ada di tanah air misalnya; merupakan kekayaan yang tiada tara dan harus disyukuri. Namun di sisi lain keberagaman tradisi dan agama mudah sekali menimbulkan gesekan antar berbagai kelompok etnis. Masing-masing etnis memiliki karakter yang berbeda, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahpahaman antaretnis. Dengan beragamnya etnis dan kebudayaan yang ada merupakan masalah dalam komunikasi antarbudaya. Perbedaan nilai-nilai, norma-norma dan persepsi dari masing-masing etnis yaitu dalam bentuk stereotip dan prasangka seringkali menyebabkan adanya kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Anugrah yang diberikan Allah Swt kepada manusia melalui akal dalam ...

Mengembangkan Kompetensi Komunikasi Antarbudaya berbasis Kearifan Lokal untuk Membangun Keharmonisan Relasi Antar Etnis dan Agama

Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................................... v Daftar Isi..................................................................................... xvii BAB I BUDAYA, KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN KOMPETENSI BUDAYA ............................................................ 1 1.1 Relevansi Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya ...................................................................... 1 1.2 Kompetensi Komunikasi Antarbudaya ....................... 11 1.2.1 Pengertian Kompetensi Komunikasi Antarbudaya ......................................................... 11 1.2.2 Komponen-komponen kompetensi komunikasi antarbudaya (Samovar, dkk., 2017: 61-62) ............................................................ 14 1.2.3 Model Kompetensi Budaya Deardorff .............. 19 1.2.4 Masalah-masalah umum yang dapat mengurangi kompetensi komunikasi ................ 20 1.3 Kearifan Lokal dan Kompetensi Komunikasi Antarbudaya .................................................................... 23 1.4 Pengelolaan Citra Diri untuk Resolusi Konflik: Sebuah Model Rujukan Teoritis .................................... 28 Catatan Akhir Bab BAB II ARGUMEN TELEOLOGIS KERAGAMAN BUDAYA ....... 33 2.1 Pendahuluan .................................................................... 33 2.2 Pandangan Keragaman Budaya (Cultural Diversity) Dunia Barat ..................................................... 35 2.2.1 Menyoal Relativisme Budaya: “Budaya yang berbeda memiliki kode moral yang berbeda”................................................................. 37 2.2.2 Ragam Pengertian ‘Keragaman Budaya’ yang berbasis Diskursus Identitas ..................... 43 2.2.3 Keragaman Budaya = Merayakan Perbedaan? ............................................................ 45 2.2.4 Keragaman Budaya menurut Teori Interaksionisme Simbolis (TIS) ........................... 47 2.3 Pandangan Dunia Non-Barat tentang Keragaman Budaya .............................................................................. 50 2.4 Dialog Barat dan Non-Barat tentang Keragaman Budaya .............................................................................. 58 2.4.1 Mengembangkan paham Multikulturalisme Kritis ....................................................................... 58 2.4.2 Kajian Komunikasi Media Baru Antarbudaya (INMS) ........................................... 66 2.5 Perjumpaan Keragaman Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya.............................................. 72 Catatan Akhir Bab BAB III STRATEGI FACE NEGOTIATION BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN KOMPETENSI BUDAYA DALAM RESOLUSI KONFLIK ANTARETNIS: STUDI KASUS ETNIS BALI DAN LAMPUNG DI DESA BALINURAGA, LAMPUNG ..................................................... 81 3.1 Konflik Antaretnis dan Agama di Indonesia .............. 81 3.2 Resolusi Konflik berbasis Kearifan Lokal dan Kompetensi Budaya ........................................................ 90 3.3 Cultural setting Balinuraga, Kearifan Lokal, dan Kompetensi Budaya Etnis Lampung dan Etnis Bali ..................................................................................... 91 3.4 Konflik Etnis Bali-Hindu di Balinuraga dengan Etnis Lampung ................................................................ 92 3.4.1 Kronologis konflik, bentuk konflik, pohon konflik dan stake-holders konflik ......................... 92 xix 3.4.2 Bentuk–bentuk face atau citra diri etnis Bali dan etnis Lampung .............................................. 97 3.5 Kesimpulan .................................................................... 110 Catatan Akhir Bab BAB IV MANAJEMEN RELASI ANTARETNIS DAN AGAMA MASYARAKAT PAGAYAMAN DALAM MEMBANGUN KEHARMONISAN ..................................... 113 4.1 Konflik Antaretnis Di Indonesia ................................. 113 4.2 Budaya Dan Kearifan Lokal ......................................... 115 4.3 Pengaruh Budaya Dalam Konflik ............................... 118 4.4 Kompetensi Komunikasi Antarbudaya ..................... 120 4.5 Peran Budaya Dalam Membangun Toleransi Dan Keharmonisan Pada Masyarakat Pagayaman ........... 124 4.5.1 Setting Sosio-kultural Masyarakat Pagayaman .......................................................... 125 4.5.2 Kearifan Lokal Masyarakat Desa Pagayaman .......................................................... 126 4.5.3 Kearifan Lokal dan Kompetensi Budaya Masyarakat Pagayaman Sebagai Modal Sosial Kultural ..................................................... 129 Catatan Akhir Bab BAB V JURNALISME DAMAI DAN ANALISIS FRAMING KONFLIK KEBERAGAMAN: BAGAIMANA MEDIA DARING MELIPUT PERISTIWA KEKERASAN DI GEREJA ST. LIDWINA, YOGYAKARTA ............................ 135 5.1 Pendahuluan .................................................................. 135 5.2 Framing Media dan Publik ........................................... 138 5.3 Jurnalisme Damai .......................................................... 141 5.4 Analisis Framing Pemberitaan Peristiwa di Gereja St. Lidwina, Yogyakarta ............................................... 145 5.5 Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan Peristiwa di Gereja St. Lidwina Yogyakarta ............................... 157 5.6 Simpulan ........................................................................ 163 Catatan Akhir Bab BAB VI STRATEGI AKOMODASI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DALAM RELASI ANTARETNIS DI KAMPUNG SAWAH, JAKARTA Sesilia Sophia Kadita & Veronika ......................................... 165 6.1 Kampung Sawah dan Nilai Toleransinya .................. 165 6.2 Kearifan lokal yang dimiliki Masyarakat Kampung Sawah ........................................................... 170 6.3 Strategi akomodasi konvergensi pada masyarakat Kampung Sawah ........................................................... 172 6.4 Kompetensi Budaya masyarakat Kampung Sawah . 176 6.5 Simpulan ........................................................................ 180 Catatan Akhir Bab BAB VII PERAN KOMPETENSI ANTAR BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL DALAM MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI ANTARBUDAYA DAN ANTAR-AGAMA: STUDI KASUS DI DUSUN BUNENG, DESA BORO, KABUPATEN BLITAR, PROVINSI JAWA TIMUR ......................................................................................... 183 7.1 Pendahuluan .................................................................. 183 7.2 Perumusan Masalah ..................................................... 188 7.3 Teori dan Konsep .......................................................... 189 7.3.1 Teori Akomodasi Komunikasi .......................... 189 7.3.2 Budaya dan Kearifan Lokal .............................. 190 7.3.3 Kompetensi Komunikasi Antarbudaya........... 192 7.4 Jenis dan Metode Penelitian ........................................ 194 7.5 Objek Penelitian............................................................. 197 7.6 Hasil Penelitian .............................................................. 197 7.6.1 Setting Masyarakat Dusun Buneng dan Relasi Antar Etnis dan Antar Agama .............. 197 7.6.2 Penerapan Strategi Akomodasi Komunikasi di dusun Buneng ................................................ 199 7.6.3 Kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki masyarakat di Dusun Buneng ........... 203 7.7 Pembahasan ................................................................... 213 7.8 Kesimpulan .................................................................... 216 Catatan Akhir Bab DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 219 PROFIL TIM PENELITI ........................................................... 231 INDEKS ....................................................................................... 235

Sedangkan umat Islam di Buneng memandang Islam sebagai Rahmatan-lil-alamin: "menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya keselamatan bagi manusia tetapi juga untuk alam lainnya. Islam yang menyelamatkan adalah Islam ...

Dakwah melalui Pendekatan Komunikasi Antarbudaya

Melacak Aktivitas Dakwah Nabi Muhammad pada Masyarakat Madinah

Keanekaragaman budaya manusia merupakan keniscayaan yang tidak dapat dielakkan, namun budaya perlu dicermati karena tidak sepenuhnya budaya yang berkembang dalam masyarakat baik dan membawa kemaslahatan bagi manusia meskipun budaya tersebut sudah ada dan berkembang di tengah-tengah masyarakat seperti kebiasaan pesta dengan minum minuman keras dan sebagainya. Membangun sebuah jembatan antarbudaya (dalam arti ras, kepercayaan, dan sosiokultural), dengan landasan persamaan dan persaudaraan saat ini sangat penting. Karena manusia tidak berdiri sendiri terutama pada kehidupan yang kontemporer dan kompleks seperti dewasa ini. Hubungan kerja sama dengan sesama manusia untuk menghindari fanatisme dan etnosentrisme yang berlebihan, sebab kedua hal tersebut dapat menyebabkan perpecahan di antara manusia. Salah satu ikhtiar manusia untuk memelihara hubungan dengan sesama adalah melalui dakwah antarbudaya seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. pada periode Madinah yaitu dakwah dengan memperhatikan dan mengindahkan nilai-nilai budaya termasuk tradisi agama yang dianut masyarakat. Dakwah dalam hal ini berarti memberi bimbingan tidak mencaci maki budaya orang lain, adat-istiadat, dan tradisi agama yang dianut masyarakat. Bila menyimpang dari agama dapat diluruskan sesuai dengan tuntunan agama itu sendiri, dan pelaksanaannya berpedoman pada prinsip-prinsip dakwah antarbudaya sebagaimana yang akan diuraikan pada buku ini.

Setelah menerima ajaran Islam, kedua suku yang suka berperang ini akhirnya bersatu di bawah panji Islam. Mereka bersama-sama Rasulullah saw. dan umat Islam lainnya berjuang menegakkan syariat Islam. Mereka rela berkorban nyawa dan harta ...

Komunikasi Antarbudaya

Satu Perspektif Multidimensi

Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, dan diwariskan dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya berkesinambungan dan hadir di mana-mana, budaya juga berkenaan dengan bentuk fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Budaya kita, secara pasti memengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati dan bahkan setelah mati pun kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Budaya dipelajari tidak diwariskan secara genetis, budaya juga berubah ketika orang-orang berhubungan antara yang satu dengan lainnya. Artinya budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan. Budaya tidak hanya menentukan siapa bicara siapa, tentang apa, dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut menentukan orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisi untuk mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat tergantung pada budaya kita dibesarkan.

Meskipun TKW dan orang Arab sama-sama muslim, mereka mungkin memahami Islam secara berbeda, termasuk fikihnya. Konon misalnya, sebagian majikan Arab merasa berhak melakukan “pelanggaran seksual” terhadap pembantu wanita (yang mereka ...

Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya

Understanding the culture in intercultural communication in Indonesia.

Understanding the culture in intercultural communication in Indonesia.

Prasangka, Konflik, dan Komunikasi Antarbudaya

Dalam pelbagai perbedaan latar belakang itulah sering muncul “prasangka sosial”, sebagai pikiran, sikap, dan keyakinan dan kepercayaan dan bukan tindakan. Jadi, prasangka tetap sebagai pikiran sedangkan diskriminasi mengarah ke tindakan yang tersistematis. Jika prasangka berubah menjadi tindakan nyata maka dia berubah menjadi diskriminasi, yakni tindakan untuk “menyingkirkan” status dan peran sekelompok orang dari hubungan dan pergaulan serta komunikasi antarmanusia, misalnya dengan cara-cara pengurangan peran dan fungsi, pemisahan tempat tinggal, mengadakan perpindahan penduduk (migrasi, emigrasi, dan imigrasi), resetleman, dan lain-lain. lnilah sebagian bentuk konflik antaretnik yang dilukiskan sebagai clashing of two opposing interests atau pertikaian antara dua kelompok kepentingan.Ketegangan yang meliputi konflik tersebut dapat bertumbuh dari cara memandang sesuatu yang tidak signifikan,apalagi kalau masalah tersebut tidak dapat dipecahkan sehingga membangun argumen yang tiada berakhir, disertai dengan kemarahan, kekerasan fisik yang bersifat permanen sehingga memisahkan relasi antara dua pihak. Tidak terpecahnya konflik itu menimbulkan destruktif sosial, personal, dan perilaku yang sebelumnya profesional menjadi tidak profesional. Buku ini menjawab semua kegalauan tentang konsep etik dan ras, prasangka dan konflik serta jalan keluarnya melalui model-model konflik antaretnik dan antar-ras. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup

bagi Islam itu sendiri. Maka, mulailah hujan sumpah serapah, banjir tudingan dan serangkaian ketidaktertiban dunia pergaulan internasional, diarahkan kepada Islam. Dunia Islam mendadak dijadikan keranjang sampah dunia.