Sebanyak 17979 item atau buku ditemukan

Buku khutbah Jumat

menebar perdamaian, membumikan Islam rahmatan lil alamin

Paradigma Pendidikan Islam Nusantara

Kajian Nilai-Nilai Pendidikan dalam Serat Wulang Reh

Jika ada pertanyaan, apakah mungkin karya-karya dari leluhur bangsa dapat dijadikan fondasai paradigma pendidikan Islam? Jawabannya iya sangat mungkin. Kita harus punya suara dalam menafsirkan kearifan bangsa sebagaimana negara-negara lain menafsirkan kearifan bangsanya. Bahkan Imam Al-Ghazali, panutan ulama kita, dipengaruhi oleh kultur dan peradaban Persia, karena memang beliau adalah orang Persia. Imam Al-Ghazali mengagumi karakter pemimpin mereka yang adil, yaitu Raja Anusyarwan, yang hidup dan berkuasa di masa Rasulullah Saw terlahir ke dunia. Dalam satu karyanya tentang etika politik berjudul at-Tibru-I-Masbuk fi Nashihati-l-Muluk, menampilkan Raja Persia itu sebagai suri Teladan bagi umat Islam karena keadilannya. Bayangkan, ini adalah ulama selevel Imam Al-Ghazali sendiri yang menampilkan ilmu Persianya, ilmu negerinya, dalam membicarakan etika dan moral politik. Pengalaman Persia yang memiliki pengalaman keadilan dalam politik juga patut disuarakan karena memang sesuai dengan misi Islam di dunia, yakni menyebarkan keadilan dan kebaikan (Islam rahmatan lil’alamin). Nah, dari sini dapat dipahami bahwa mengapa ulama-ulama kita, raja-raja nusantara dulu, menampilkan ilmu nusantara, suara-suara peradaban nusantara untuk diangkat dalam membicarakan berbagai persoalan kehidupan, salah satunya adalah pendidikan.

Jika ada pertanyaan, apakah mungkin karya-karya dari leluhur bangsa dapat dijadikan fondasai paradigma pendidikan Islam?

Etika Islam

Kajian Etika Sosial dan Lingkungan Hidup

Buku ini membahas Islam rahmatan lil’âlamîn sebagai basis etika Islam. Titik tekan kajiannya adalah etika sosial kemanusiaan Islam dan ekologi/lingkungan hidupnya sebagai pendekatan yang dipakai dalam membahas isu sosial dan lingkungan hidup, juga etika praktis/konkret, yaitu etika Islam yang dipahami dan dipraktikkan umat Islam saat ini. Dalam bidang etika sosial kemanusiaan, yang dibahas adalah nilai-nilai Islam terkait keadilan, meritokrasi, kejujuran, akuntabilitas, transparansi, kontrol kebijakan, kemaslahatan, anti kekerasan/perdamaian, humanisme, feminisme/emansipasi wanita, keragaman dan kerukunan beragama, juga keikhlasan. Adapun, terkait nilai-nilai Islam rahmatan lil’âlamîn dalam bidang etika ekologi/lingkungan hidup adalah tanggung jawab manusia sebagai khalifah terhadap kelestarian alam, hormat terhadap alam, solidaritas kosmis, kasih sayang dan kepeduliaan terhadap alam, no harm (tidak merugikan alam), pola hidup sederhana, hidup selaras dengan alam, demokrasi bumi, pluralisme makhluk hidup, dan keadilan ekologis. Etika sosial Islam yang menjadi rahmat sosial Islam, dalam konteks Indonesia kontemporer, merupakan isu yang relevan. Alasannya, karena negara kita masih harus menghadapi dan menyelesaikan agenda yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Buku ini, karenanya, merupakan salah satu ikhtiar untuk ikut dalam perbaikan bangsa dan negara Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar. Buku ini ditujukan menjadi bahan ajar matakuliah tertentu di UIN/IAIN (Uiniversitas Islam Negeri/Institut Agama Islam Negeri) atau perguruan tinggi Islam swasta se-Indonesia, terutama mata kuliah Akhlak-Tasawuf di FIDKOM (Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi) dan Fakultas Psikologi. Namun, buku ini juga dimungkinkan menjadi bacaan umum bagi para peminat atau pembaca yang ingin belajar/mendalami ajaran Islam dalam konteks isu-isu sosial kontemporer dan juga lingkungan hidup. Tentu saja, layak dibaca juga oleh para aktivis sosial dan lingkungan hidup, jika mereka ingin melihat isu-isu yang mereka perjuangkan dalam perspektif Islam. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup

Buku ini membahas Islam rahmatan lil’âlamîn sebagai basis etika Islam.

Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara? Untuk memulai memahami Islam Nusantara, kita harus membedakan antara Islam di Nusantara dan Islam Nusantara. Islam di Nusantara konotasinya penggambaran existing Islam di wilayah Nusantara, termasuk di dalamnya sejarah perkembangan, populasi, dan ciri khas Islam di kawasan Nusantara. Sedangkan Islam Nusantara lebih kepada keunikan sifat dan karakteristik Islam di kawasan Nusantara. Dengan demikian, orang yang ahli tentang Islam di wilayah Nusantara belum tentu memahami konsep Islam Nusantara itu sendiri. Islam Nusantara melibatkan berbagai disiplin keilmuan, seperti ushul fikih, dan penafsiran terhadap nash atau teks agama. Islam Nusantara lebih banyak berhubungan dengan fenomena Islam "as the Islam" ketimbang Islam "as an Islam". Hampir setiap Negara yang berpenduduk mayoritas muslim memiliki istilah khusus untuk mencirikan kekhususan umat Islam di negerinya. Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad, pernah memperkenalkan Islam Hadharah, Pak SBY sering menyebut Islam Rahmatan lil Alamin, Mantan PM Benazir Bhutto memperkenalkan Islam inklusif. Maka, istilah Islam Nusantara juga merujuk pada pola keberagamaan muslim Indonesia yang hidup berdampingan dalam keberagaman berbangsa dan bernegara. Islam memiliki ajaran dasar dan non-dasar. Ajaran dasar bersifat absolut, universal, dan eternal, seperti seperti rukun iman dan rukun Islam. Sedangkan ajaran non-dasar bersifat fleksibel, kontemporer, dan umumnya berbicara tentang hal-hal yang bersifat cabang (furu'iyyah). Wacana Islam Nusantara berada di dalam ranah ajaran non-dasar. Selama Islam Nusantara masih tetap di dalam wacana ajaran non-dasar maka tidak perlu dikhawatirkan akan adanya kerancuan ajaran, karena Islam sebagai agama akhir zaman selalu membuka diri untuk menerima dan diterima oleh nilai-nilai lokal, sepanjang masih sejalan atau tidak bertentangan dengan ajaran dasarnya. Islam Nusantara merupakan gerakan moderasi beragama yang berkelanjutan, terus bergerak menuju bentuk terbaiknya bagi setiap zaman. Untuk setiap zaman dengan ragam tantangan dan problematikanya, Islam Nusantara bergerak menempatkan agama sebagai panduan untuk mengkreasi model kehidupan berbangsa yang penuh dengan nilai-nilai toleransi, gotong royong dan rukun sejahtera.

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara?

99 Cahaya di Langit Eropa

"""Aku mengucek-ucek mata. Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus itu terlihat biasa saja. Jika sedikit lagi saja hidungku menyentuh permukaan lukisan, alarm di Museum Louvre akan berdering-dering. Aku menyerah. Aku tidak bisa menemukan apa yang aneh pada lukisan itu. ''Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum,'' ungkap Marion akhirnya. *** Apa yang Anda bayangkan jika mendengar ""Eropa""? Eiffel? Colosseum? San Siro? Atau Tembok Berlin? Bagi saya, Eropa adalah sejuta misteri tentang sebuah peradaban yang sangat luhur, peradaban keyakinan saya, Islam. Buku ini bercerita tentang perjalanan sebuah ""pencarian"". Pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua ini. Dalam perjalanan itu saya bertemu dengan orang-orang yang mengajari saya, apa itu Islam rahmatan lil alamin. Perjalanan yang mempertemukan saya dengan para pahlawan Islam pada masa lalu. Perjalanan yang merengkuh dan mendamaikan kalbu dan keberadaan diri saya. Pada akhirnya, di buku ini Anda akan menemukan bahwa Eropa tak sekadar Eiffel atau Colosseum. Lebih...sungguh lebih daripada itu. ""Buku ini berhasil memaparkan secara menarik betapa pertautan Islam di Eropa sudah berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Cara menyampaikannya sangat jelas, ringan, runut, dan lancar mengalir. Selamat!"" -M. Amien Rais (Ayahanda Penulis) ""Pengalaman Hanum sebagai jurnalis membuat novel perjalanan sekaligus sejarah ini mengalir lincah dan indah. Kehidupannya di luar negeri dan interaksinya dengan realitas sekulerisme membuatnya mampu bertutur dan berpikir 'out of the box' tanpa mengurangi esensi Islam sebagai rahmatan lil alamin."" -Najwa Shihab (Jurnalis dan Host Program Mata Najwa, Metro TV) ""Karya ini penuh nuansa dan gemuruh perjalanan sejarah peradaban Islam Eropa, baik pada masa silam yang jauh maupun pada masa sekarang, ketika Islam dan Muslim berhadapan dengan realitas kian sulit di Eropa."" -Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN, Jakarta) ""Hanum mampu merangkai kepingan mosaik tentang kebesaran Islam di Eropa beberapa abad lalu. Lebih jauh lagi, melihat nilai-nilai Islam dalam kehidupan Eropa. Islam dan Eropa sering ditempatkan dalam stigma 'berhadapan', sudah saatnya ditempatkan dalam kerangka stigma 'saling menguatkan'."" -Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina dan Ketua Indonesia Mengajar)"""

''Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum,'' ungkap Marion akhirnya. *** Apa yang Anda bayangkan jika mendengar ""Eropa""? Eiffel? Colosseum? San Siro? Atau Tembok Berlin?

Geliat Islam di Amerika Serikat

Sejak kedatangannya, para imigran muslim berperan besar terhadap perjalanan bangsa Amerika. Ada banyak deretan nama, tokoh, dan organisasi keislaman yang berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa dan negara. Di tengah heterogenitas bangsa Amerika, umat muslim tegak berdiri mengampanyekan Islam rahmatan lil’alamin, hingga wajah Islam kini semakin nyata sebagai pilar kerukunan dan harmoni. Kaum muslim pun kini semakin merata masuk dalam berbagai sektor, seperti pemerintahan, swasta, bisnis hingga pendidikan dan bahkan militer. Geliat Islam di Amerika merupakan pesan bahwa Islam adalah sumber penggerak peradaban manusia yang humanis dan progresif.

Sejak kedatangannya, para imigran muslim berperan besar terhadap perjalanan bangsa Amerika.

Menapak Jalan Dakwah Imam Shamsi Ali; Islam dan Moralitas

Hikmah, pelajaran yang baik, dan mendebat dengan cara yang baik. Tiga kaidah itulah yang diajarkan Al-Qur'an (QS. An-Nahl: 125) dalam menyampaikan dakwah dan kebaikan Islam pada masyarakat. Imam Shamsi Ali, sebagai salah seorang tokoh yang mempromosikan Indonesia dan Islam Rahmatan lil'aalamiin khas Nusantara selama puluhan tahun di Amerika Serikat, telah membangun citra seorang tokoh warga negara Indonesia dan Islam yang sangat disegani di sana. Beliau bersama Yayasan Nusantara Foundation bahkan tengah merintis pembangunan pesantren khas Indonesia pertama di Negeri Paman Sam. Buku ini menyajikan pemikirannya yang orisinil tentang keindonesiaan, keislaman, dan masa depan dunia. *** Imam Shamsi Ali adalah seorang tokoh yang memiliki pengetahuan agama sangat mendalam dan wawasan global. Ia menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris sangat baik. Lebih dari itu, ia memahami budaya Barat, khususnya Amerika tempat ia mengembangkan dakwahnya. Dan yang paling penting, ia mewakili wajah ulama Indonesia yang rendah hati, santun, moderat, dan toleran. Karena itu ia bukan hanya diterima di kalangan ummat Islam yang berasal dari berbagai negara dengan mazhab dan budaya yang berbeda-beda, akan tetapi juga mempunyai banyak teman dari tokoh-tokoh agama lain. Dr. (HC). H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. (Ketua MPR RI 2014 -- 2019

Hikmah, pelajaran yang baik, dan mendebat dengan cara yang baik.