Sebanyak 18172 item atau buku ditemukan

Islam Bukan Hanya Teriak Allahu Akbar

Lafal “Allahu Akbar” sejatinya adalah untuk mengagungkan asma Allah, sayangnya kini banyak disalahgunakan. Lafal “Allahu Akbar” sering diikuti dengan aksi-aksi kebrutalan oleh sekelompok militan. Mereka mengaku bahwa sikap mereka adalah jihad untuk menegakkan agama Islam secara benar. Melihat realitas tersebut, banyak orang mengalami ketakutan ketika lafal “Allahu Akbar” disuarakan. Padahal, setiap azan dan iqamah lafal tersebut pasti digaungkan, memulai shalat pun dilantunkan sedemikian khusyuk. Padahal, Islam itu bukan cuma teriakan “Allahu Akbar”. Di dalam Islam, ada pula lafal “Alhamdulillah” untuk bersyukur dan memuji Allah, lafal “Subhanallah” untuk menegaskan kesucian Allah, lafal “Assalamu’alaikum” untuk bertegur sapa dengan sesama, dan lafal-lafal lainnya. Artinya, Islam tidak hanya mengajarkan nilai-nilai perjuangan (jihad), tetapi mengajarkan kasih sayang karena Islam adalah rahmatan lil’alamin. Sementara itu, lafal “Allahu Akbar” yang kemudian diikuti perusakan dan aksi-aksi kebrutalan sungguh tidak berdalil dan hal itu bukanlah jihad. Karena, hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mempunyai misi kasih sayang untuk semesta alam. Tulisan-tulisan dalam buku ini memperbincangkan Islam yang tidak sekadar “Allahu Akbar”. Tulisan-tulisan yang disajikan merupakan refl eksi atas realitas saat ini dengan mempertimbangkan berbagai kisah teladan serta epik moral lainnya. Marilah kita mengamalkan ajaran Islam dalam setiap sendi kehidupan kita. Bukankah Islam untuk hidup kita dan kita hidup untuk mengamalkan Islam?

Lafal _Allahu Akbar_ sejatinya adalah untuk mengagungkan asma Allah, sayangnya kini banyak disalahgunakan.

Islam Transitif: Filsafat Milenial

Konsep Islam Transitif yang ditawarkan dalam buku ini adalah bentuk dari pemikiran akal gerak—mengkaji dan menemukan nilai-nilai maslahat dalam berbagai dimensi kehidupan sosial seperti hukum, ekonomi, politik, teknologi, dan sosial budaya maupun dimensi keilmuan lainnya. Di samping itu, mendorong gerakan berproduksi yang diawali dengan semangat pengembangan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi melalui penelitian, penemuan, kreativitas, imajinasi, dan inovasi perangkat kehidupan yang melahirkan peradaban yang rahmatan lil ‘alamin. Buku persembahan penerbit Prenada Media Group.

Konsep Islam Transitif yang ditawarkan dalam buku ini adalah bentuk dari pemikiran akal gerak—mengkaji dan menemukan nilai-nilai maslahat dalam berbagai dimensi kehidupan sosial seperti hukum, ekonomi, politik, teknologi, dan sosial ...

Kontestasi Merebut Kebenaran Islam di Indonesia

Buku ini menganalisis secara kritis-apresiatif argumen para pemikir muslim yang tergabung dalam pemikiran Islam eksklusif, inklusif, dan pluralis di Indonesia tentang esensi Islam dan sikap al-Qur'an terhadap penganut Yahudi dan Nasrani. Selain itu, penulis juga menawarkan argumen pemikiran Islam sendiri tentang kedua masalah tersebut dengan menggunakan metode berpikir pluralis dan humanis. Hasilnya, buku kritis ini menawarkan konsep Islam tunggal universal dan plural. Semua agama Samawi yang disebut Yahudi, Nasrani, dan Islam adalah satu esensi, yakni Islam, sebagai sikap kepasrahan total manusia kepada Allah. Buku ini juga menawarkan penyikapan yang humanis kepada pihak-pihak lain yang satu esensi itu, terutama dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika ini. Dengan metode berpikir tersebut, nilai-nilai luhung rahmatan lil 'alamin Islam akan memancar luas ke pelbagai aspek kehidupan umatnya sendiri sekaligus umat agama lain: sebuah bangunan berbangsa dan bernegara yang menjadi dambaan semua orang.

Buku ini menganalisis secara kritis-apresiatif argumen para pemikir muslim yang tergabung dalam pemikiran Islam eksklusif, inklusif, dan pluralis di Indonesia tentang esensi Islam dan sikap al-Qur'an terhadap penganut Yahudi dan Nasrani.

ISLAM MODERAT

Islam dengan misi rahmatan lil’alamin yang diembannya sering kali dikontraskan antara idealisme ajarannya dengan realitas umatnya. Tak hanya itu, Islam juga sering didikotomisasi antara dimensi sakral dengan dimensi profan ajarannya; antara teosentris dengan antoposentris kandungannya; bahkan antara aspek religiositasnya yang paling asasi dengan perkembangan peradaban bangsa yang paling terkini. Buku ini mencoba merekonstruksi pemaknaan Islam sebagai agama samawi terakhir yang sempat terlahir di muka bumi ini. Kita menyadari, di tengah derasnya arus globalisasi dan pesatnya teknologi informasi dan komunikasi seperti saat ini posisi Islam sering diperdebatkan. Apakah Islam harus takluk mengikuti irama perubahan yang niscaya atau sebaliknya, setiap perubahan mesti memiliki acuan formal berupa nilai-nilai mashlahah dalam ajaran suci? Kemunculan wahyu sebagai sumber inspirasi ajaran mempunyai nilai kebenaran mutlak dan absolut. Tetapi pemahaman terhadap teks wahyu itu sendiri bersifat nisbi dan relatif. Melalui kerangka pemahaman wahyu yang kreatif dan dinamis (istinbath) diharapkan Islam dapat memantulkan nilai-nilai eternal dan universal. Dalam tataran praksisnya, Islam sering memadukan dua titik ekstrimitas yang saling berlawanan: antara esoteris dan eksoteris; antara konstan dan elastis; antara pokok dan cabang; antara otoritas wahyu dan kapasitas akal-budi; dan seterusnya. Dengan pemaknaan seperti ini Islam diharapkan tampil dengan performanya yang inklusif, moderat dan kosmopolit menghadapi tuntutan perubahan tanpa harus bergeser dari titik orbitnya.

Dengan pemaknaan seperti ini Islam diharapkan tampil dengan performanya yang inklusif, moderat dan kosmopolit menghadapi tuntutan perubahan tanpa harus bergeser dari titik orbitnya.

Keutamaan Etika Islam: Menjadi Manusia Berkarakter & Berkualitas

Islam memiliki ajaran yang bernilai tinggi. Tidak hanya dari sisi pahala atau balasan di akhirat, tapi juga dari sisi efek positif yang ditimbulkannya dalam kehidupan sosial. Efek yang terasa bagi pelakunya, juga bagi masyarakat luas dan lingkungan. Demikianlah adanya, karena Islam tidak sekadar doktrin kaku yang diamalkan lalu selesai tanpa makna. Islam adalah ajaran yang hidup membawa misi abadi: rahmatan lil alamin, menjadi rahmat bagi alam semesta. Inilah buku tentang keutamaan-keutamaan etika Islam yang mendorong manusia untuk menjadi pribadi berkarakter dan berkualitas pada ujungnya. Disampaikan dengan bahasa sederhana, lugas dan penuh dengan eksplorasi dan perenungan tentang kehidupan, serta ditopang oleh sumber-sumber klasik dan autentik Islam: Al-Qur’an dan hadis Nabi, serta pandangan-pandangan dari para ulama besar, saleh, dan bijak bestari yang inspiratif dan motivatif.

Inilah buku tentang keutamaan-keutamaan etika Islam yang mendorong manusia untuk menjadi pribadi berkarakter dan berkualitas pada ujungnya.

Menjadi Islam, Menjadi Indonesia

Kehidupan beragama di Indonesia kian hari kian menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama bagi kalangan muslim. Pasalnya saat ini tidak sedikit yang masih mempertanyakan, "Mengapa Indonesia tidak dibentuk Negara Islam?" Tidak sampai di situ, ada gerakan-gerakan radikal yang berupaya merongrong kedaulatan NKRI dengan melakukan propaganda, misalnya demokrasi sebagai sistem kufur, dan harus diganti dengan sistem khilafah. Ada juga upaya-upaya yang melakukan pembenturan demi merusak keharmonisan bangsa, seperti Pemerintah vs. umat Islam, ormas Islam vs. ormas Islam, umat Islam vs. umat agama lain, bahkan perbenturan antara konsep Islam vs. Pancasila. Tantangan lainnya adalah mulai pudarnya spirit rahmatan lil`alamin dalam diri sebagian muslim. Keragaman Indonesia dianggap hal yang membahayakan, seolah-olah Indonesia dimiliki satu golongan saja, akibatnya intoleransi marak di mana-mana. Dari situ dapat dirasakan bahwa kejernihan berpikir dan kearifan dalam berperilaku kini nampaknya menjadi sesuatu yang mulai langka. Buku ini menyajikan refleksi beragama dan berbangsa sebagai suatu keharusan yang sulit dipisahkan, di mana “Islam” dan “Indonesia” memiliki romantisme yang tidak saling bertentangan, justru saling mengisi. Di tengah pergumulan itu, masih ada kalangan Nahdlatul Ulama (NU), santri, dan pesantren yang sepanjang sejarahnya selalu gigih dan komitmen menanamkan keislaman yang moderat, toleran, mengedepankan perdamaian, dan perhatian dalam melestarikan tradisi Nusantara. Di samping itu, buku kumpulan esai ini juga kaya akan kearifan pemikiran yang bersumber dari sosok Cak Nun, Cak Nur, Gus Mus dan hingga Gus Dur. Mereka sosok guru bangsa yang terus berjasa mencerahkan dan mendidik masyarakat, sehingga tidak hanya berproses menjadi Islam yang taat, tetapi juga menjadi warga Indonesia yang baik.

Mereka sosok guru bangsa yang terus berjasa mencerahkan dan mendidik masyarakat, sehingga tidak hanya berproses menjadi Islam yang taat, tetapi juga menjadi warga Indonesia yang baik.

Islamku Islammu Islam Kita

“Tidak ada agama yang namanya menunjukkan visinya, kecuai Islam. Dan tidak ada nama Allah yang paling banyak disebut, kecuali al-Rahman dan al-Rahim, yang berarti kasih sayang. Buku cendekiawan muda Islam ini mengurai kedua makna tersebut dengan cara yang bersahaja, tetapi substansial.” K.H. Husein Muhammad “Dan Aku tidak mengutusmu (Wahai, Muhammad) selain sebagai rahmat bagi alam semesta.” (QS. Al-Anbiya’, 107). Buku ini secara khusus saya susun dengan tuturan sederhana untuk memperlihatkan bahwa Islam kita adalah sebenar-benarnya agama yang rahmatan lil ‘alamin. Musykil betul buat siapa pun untuk menciptakan dunia ini, semua umat Islam, berada di bawah satu panji paham, aliran, dan mazhab. Hasrat begitu bukan hanya menentang sunnatullah yang telah menggariskan dunia ini majemuk, tapi sekaligus rawan menjungkalkan kita pada kepongahan hawa nafsu merasa diri paling benar, paling suci, dan paling sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah Saw, hingga terjerembab mengesahkan sikap-sikap negatif kepada orang lain, melukai teladan akhlak karimah Sang Nabi Saw. Sungguh tiada sikap terbaik buat semua kita di tengah khittah kemajemukan Islam ini selain semata mengedepankan akhlak karimah, seperti hormat-menghormati atas pilihan paham dan mazhab setiap kita dan welas-asih sebagai sesama manusia yang sejatinya sedang sama-sama berjuang dan mengharap ridha Allah Swt dan syafaat Rasululah Saw. Ihwal paham dan mazhab siapa yang mutlak benar, biarkanlah ia selalu menjadi Hak Prerogatif Allah Swt. Mari gempalkan Islam yang telah dikaruniakanNya dengan hati cemerlang dan wajah bercahaya: bahwa Islamku dan Islammu, dalam keragaman perbedaannya, adalah Islam kita –Islamnya Allah, Islamnya Rasulullah Saw.

Mari gempalkan Islam yang telah dikaruniakanNya dengan hati cemerlang dan wajah bercahaya: bahwa Islamku dan Islammu, dalam keragaman perbedaannya, adalah Islam kita –Islamnya Allah, Islamnya Rasulullah Saw.