Sebanyak 2 item atau buku ditemukan

Dilema Pendidikan Dimasa Pandemi Covid-19

Penulisan buku ini dilakukan secara berkolaborasi yang ditulis selama kurang lebih sebulan sejak 3 Mei sampai dengan 5 Juni 2021. Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, beberapa dosen dari berbagai institusi yang menuangkan tulisannya sesuai latar belakang kelimuan masing-masing penulis. Pandemi belum berakhir hingga saat ini dan beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah salah satunya adalah pembelajaran online biasa dikenal dengan SEKOLAH/KULIAH DARING. Penerapan pola pembelajaran daring atau Pembelajaran Jarak Jauh tentu sangat berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Proses pembelajaran daring sebenarnya tidak mudah diberlakukan di Indonesia. Di satu sisi, proses pembelajaran harus berjalan. Dan, di sisi lain, pelbagai problematika mengiringi proses pelaksanaannya alhasil menimbulkan berbagai macam dilema yang dirasakan para pengajar selama proses pembelajaran daring di masa Pandemi Covid-19 maka dari itu kami para penulis menuangkannya dalam buku dan besar harapan kami agar tulisan ini bisa menjadi referensi bacaan bagi masyarakat luas dan kalangan akademisi serta peneliti. Buku ini membahas tentang: 1. METODE PEMBELAJARAN ONLINE 2. MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE 3. ONLINE LEARNING 4. MUTU PENDIDIKAN ERA REVOLUSI 4.0 DITENGAH COVID 19 5. PROKES DAN JARINGAN INTERNET 6. SOSIALISASI MENGENAI PJJ YANG BELUM MAKSIMAL 7. DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF PEMBELAJARAN JARAK JAUH SELAMA PANDEMI COVID-19 8. TANTANGAN PPENDIDIKAN KARAKTER DI ERA PANDEMI COVID 19 9. CERITA TENAGA PENGAJAR HADAPI TANTANGAN PENDIDIKAN DI TENGAH PANDEMI 10. PRO KONTRA PEMBUKAAN SEKOLAH TATAP MUKA

B. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter Pendidikan karakter terdiri dari pendidikan nilai, budi pekerti, moral dan watak yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku berkarakter pada anak. Kementerian Pendidikan Nasional (2012) mencetuskan ...

Evaluasi Sistem Pemilu di Indonesia 1955-2019

Sebuah Perspektif Pluralisme Hukum

Hari Rabu, (8/1/2020), operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap Komisioner KPU, Wahyu Setiawan. Wahyu dibawa penyidik KPK dengan barang bukti suap 600 juta rupiah dari Harun Masiku, seorang bekas caleg yang mengincar kursi PAW dari Riezky Aprilia, anggota DPR F-PDIP dapil Sumatera Selatan I. Harun hanya bermodal perolehan 5.878 suara untuk menggeser Riezky dengan 44.402 suara. Order PAW diatur dari fraksi dengan jalur personal kepada Wahyu, sekalipun tersirat tanya, bagaimana mungkin 5 ribu suara akan menggantikan 44 ribu suara? Atas dasar penafsiran sepihak fatwa Mahkamah Agung, Masiku mengincar kursi Senayan. 'Siap mainkan' adalah kata sandi Wahyu saat menyanggupi “projek” dengan total mahar 900 juta rupiah. Selain Harun Masiku, kasus serupa juga terjadi di Gerindra. Tanggal 16 September 2019 Mulan Jameela bersama tiga calon legislatif lainnya diloloskan ke Senayan. Semula Mulan cs tidak lolos karena memang kalah perolehan suara. Manuver kemudian bergerak terstruktur mulai dari Dewan Pimpinan Pusat. Kandidat yang lolos, lebih dahulu dipecat dari partai sebelum penetapan resmi KPU sehingga mereka kehilangan legal standing. Jadilah Mulan, Katherine, Yan Parmenas Mandenas, dan Sugiono vi EVALUASI SISTEM PEMILU DI INDONESIA 1955-2019 sebagai caleg terpilih versi partai. Status keterpilihan empat caleg sebelumnya lenyap, sekalipun mereka mendapat legitimasi dari rakyat.

Realitas ini dimanfaatkan “caleg kapitalis” untuk mendekati pemilih. Pada akhirnya semua caleg akan melakukan hal yang sama. Agus Riwanto meneliti bahwa sebanyak 200.000 caleg DPR, DPD dan DPRD di seluruh Indonesia, ...