Sebanyak 10 item atau buku ditemukan

SKGB 019: MISKONSEPSI LITERASI

Mengapa Indonesia dan sebagian besar bangsa yang baru merdeka lainnya mengembangkan program pemberantasan buta huruf atau pengajaran calistung? Bayangkan Anda menjadi pimpinan sebuah negara yang 100% warganya masih buta huruf. Bagaimana Anda menyampaikan pesan Anda pada jutaan warga negara yang berada di berbagai daerah? Tidak ada jalan, Anda harus bicara kepada semua warga negara. Bila hanya pada sebagian warga negara, pesan Anda akan menyebar seperti gosip. Jangankan sebuah negara. Dalam pelatihan, pesan yang disampaikan pada orang paling depan lalu orang tersebut menyampaikan ke orang di belakangnya hingga orang terakhir di suatu barisan. Apa pesan yang dipahami oleh orang di barisan paling belakang? Sama sekali berbeda dengan pesan yang disampaikan di awal. Ada distorsi, ada generalisasi, ada hiperbola, ada dramatisasi. Kalai rantai informasi pada satu baris bisa kacau seperti itu, lalu bagaimana bila terjadi pada suatu negara? Kekacauan! Itulah mengapa calistung menjadi program prioritas pada kebanyakan bangsa yang baru merdeka. Calistung pada masanya adalah mesin penggerak kehidupan sebuah bangsa, mesin konsumsi dan produksi pengetahuan. Kemampuan calistung membuat orang per orang tidak tergantung sepenuhnya pada komunikasi lisan. Calistung membuat orang bisa membaca panduan, brosur, petunjuk dan buku untuk menjalankan mesin, mengoperasikan birokrasi, atau menjalani kehidupan. Calistung membuat orang bisa menuliskan pikirannya, menuangkan pengalamannya dan menggambarkan impiannya untuk disampaikan pada banyak orang. Calistung membuat orang berpikir sistematis, pasar bekerja, pengerjaan bangunan menjadi simetris, penataan kebun menjadi rapi dan desain peralatan menjadi presisi. Calistung adalah bentuk awal literasi yang menggerakkan kehidupan negeri! Tapi kehidupan tidak semudah dan seindah cerita pengantar tidur. Belajar calistung bergerak cepat tapi dihentikan ketika akan memasuki tahap calistung untuk belajar, calistung untuk mengubah kehidupan. Sistem pendidikan mempersempit calistung sebatas sebagai aktivitas konsumsi belaka, calistung untuk mengkonsumsi pengetahuan, tapi tidak bergerak menjadi calistung untuk memproduksi pengetahuan. Orang kehilangan arti penting calistung. Belajar calistung jadi kegiatan di sekolah, lebih tepatnya kegiatan anak pada kelas kecil. Calistung menjadi kegiatan wajib yang membosankan dan kering makna. Pada tingkat global, pendidikan membaca kritis ala Paulo Freire diubah menjadi pengajaran membaca yang mekanis. Sampai sekitar 2 dekade yang lalu, kita mulai memasuki suatu zaman yang memperkenalkan istilah literasi. Lahir kesadaran arti penting literasi dalam kehidupan berbangsa. Kita telah berjalan sebagai negara merdeka lebih dari 70 tahun, tapi tantangan yang kita hadapi tetaplah sama: miskonsepsi literasi. Literasi sebagai tujuan, cara dan kegiatan direduksi sebagai kegiatan membaca. Murid diminta aktif membaca di awal pelajaran, tapi tidak mendapat tantangan yang memadai untuk menggali, memikirkan dan mengemukakan pendapat. Literasi menjadi calistung yang penting pada kelas kecil, sembari lupa bahwa literasi penting dan berguna pada semua tahapan belajar, bahkan bagi pendidikan doktor. Inilah ajakan bagi guru yang merdeka belajar untuk melek literasi tentang makna literasi itu sendiri. Pada Surat Kabar Guru Belajar edisi ini, kita akan bercerita mengenai miskonsepsi literasi sebagai upaya refleksi kolektif terhadap perjalanan kita menghidupkan literasi di ruang kelas, aktivitas sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang merdeka belajar adalah guru yang berani mengakui kekeliruan, keberanian yang akan mengantar pada keberanian yang lain, keberanian memperbaiki, keberanian untuk gagal terus hingga mencapai keberhasilan. Apakah Anda sudah membicarakan miskonsepsi literasi bersama murid Anda? Bersama rekan guru di sekolah dan di Komunitas Guru Belajar? Bersama kepala sekolah atau dinas pendidikan? Bila belum, bergegaslah karena literasi bermakna akan segera menggerakkan negeri.

Saya meminta mereka untuk menuliskan apa yang bisa mereka lihat, dengar, dan rasakan selama tinggal di sekitar kota Tangerang Selatan. Kemudian saya tanyakan hal yang lebih spesifik, “Apa saja permasalahan yang ada di kota ini?

SKGB 021: LITERASI UNTUK BELAJAR

Literasi untuk apa? Banyak guru, sekolah dan penggiat pendidikan mengadakan kegiatan literasi di berbagai konteks. Pertanyaan reflektif di Surat Kabar Guru Belajar ini adalah buat apa literasi? Dalam sebuah Temu Pendidik Mingguan, saya terlibat percakapan dengan seorang guru yang bingung merancang pengajaran literasi. Selidik punya selidik, kebingungan tersebut berakar pada asumsi kegiatan literasi diadakan sebatas pada 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Asumsi yang memisahkan antara pengajaran literasi dengan “pengajaran biasanya”. Pengajaran literasi dipisahkan dari pengajaran yang dilakukan setiap harinya. Bukan hanya pemisahan cara pengajaran, pengajaran literasi pun dipisahkan tujuannya. Pengajaran literasi mengejar suatu tujuan tertentu, pengajaran biasa mengejar tujuan yang lain. Ketika tujuan berbeda, penilaian keberhasilannya pun berbeda. Pada ujungnya, pengajaran literasi justru menjadi beban bagi guru, tanpa paham sebenarnya pengajaran literasi untuk apa. Diskusi tersebut menarik perhatian tim Surat Kabar Guru Belajar sehingga lahirlah usulan untuk memaparkan keterkaitan antara pengajaran literasi dengan “pengajaran biasanya”. Kami berharap paparan tersebut dapat menyebarkan pesan bahwa pengajaran literasi adalah pondasi dari keseluruhan pengajaran dan pendidikan yang kita lakukan. Pengajaran literasi bukan sekedar mematuhi kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh pusat. Pengajaran literasi hendaknya menunjang tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan pendidikan. Pengajaran literasi akan membantu murid dalam mencari, mendapatkan, mengolah dan menggunakan informasi untuk mencapai suatu tujuan atau untuk menyelesaikan masalah. Kompetensi literasi yang berkembang akan membuat murid lebih lancar dalam mencapai tujuan pengajaran. Lebih mudah memahami tujuan pengajaran, lebih mandiri dalam mencari dan mengolah informasi, lebih tangguh dalam menghadapi kesulitan dalam penggunaan informasi dan tentu saja, lebih mudah melakukan refleksi proses dan hasil belajar pada suatu mata pelajaran. Lebih jauh lagi, murid dengan kemampuan literasi pun lebih mampu menghadapi tantangan dan menyelesaikan persoalan hidupnya. Jadi buat apa pengajaran literasi? Untuk membantu murid lebih merdeka belajar dan menjalani hidup sebagai pelajar merdeka. Pelajar sepanjang hayat. Bila kita bersepakat bahwa tujuan pengajaran literasi menunjang tujuan pengajaran dan pendidikan secara menyeluruh, maka konsekuensinya semua pelajaran adalah pelajaran literasi, semua media belajar adalah media literasi dan pada akhirnya, semua guru adalah guru literasi. Semua pihak di sekolah mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan literasi murid. Bukan untuk menjalankan aturan, namun kesadaran bahwa pengajaran literasi pada dasarnya membantu guru mencapai tujuan pengajaran dan membantu murid mencapai tujuan pelajaran. Pengajaran literasi menunjang tujuan kita semua, tujuan pendidikan. Pernyataan tersebut bukan pernyataan omong kosong. Silahkan Anda baca Surat Kabar Guru Belajar Edisi ke-21 ini. Anda akan mendapatkan bagaimana pengajaran literasi bisa terintegrasi dengan berbagai macam pengajaran. Pengajaran literasi bukan monopoli pengajaran bahasa, juga pengajaran kewarganegaraan, pendidikan inklusi, pengajaran matematika, pengajaran budaya dan semua pengajaran yang lain. Inilah seruan yang diusung Komunitas Guru Belajar, pahami esensinya, pahami tujuannya, sehingga kita bisa mendapatkan beragam cara yang mungkin untuk mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan. Mari kita renungkan kembali, apa tujuan pengajaran literasi. Dan temukan cara pengajaran yang relevan dan bermakna, bagi murid maupun bagi guru. Selamat melakukan pengajaran literasi dengan cara berbeda!

Jadi pertanyaan dalam kaus Guru Belajar Esensial “Apakah murid Anda merasa dipahami?” sudah bisa terjawab dari apa yang guru lakukan di atas. Penulis Dari empati tersebut guru diajak mencari permasalahan yang dialami murid.

Surat Kabar Guru Belajar Edisi Khusus: Kolaborasi Literasi Bermakna

Tentang Kolaborasi Literasi Bermakna Kampus Guru Cikal berkolaborasi dengan Keluarga Kita, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) dan IniBudi membentuk Kolaborasi Literasi Bermakna (KLB) sebagai mitra dari INOVASI. Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) merupakan program kemitraan antara pemerintah Australia dengan pemerintah Indonesia yang bertujuan memahami dan menemukan cara-cara untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa di sekolah-sekolah yang ada di berbagai kabupaten di Indonesia, terutama dalam hal kemampuan literasi dan numerasi. Kolaborasi Literasi Bermakna sebagai kolaborasi menggarap bidang dan bekerja bersama dengan berbagai pemangku kepentingan mulai guru, orangtua, komunitas dan pengambil kebijakan di Kota Batu dan Kabupaten Probolinggo. Kampus Guru Cikal sendiri bertanggung jawab mengelola program yang berkaitan dengan praktik pengajaran literasi dan numerasi di ruang kelas melalui program pengembangan guru. Kampus Guru Cikal melakukan pengembangan guru mengacu pada 4 kunci yaitu Kemerdekaan, Kompetensi, Kolaborasi dan Karier. Pada kunci kemerdekaan, Kampus Guru Cikal memberi kesempatan pada kepala sekolah dan guru untuk memilih terlibat dalam program melalui kegiatan sosialisasi dan rekrutmen guru penggerak. Kami percaya bahwa belajar tidak bisa dipaksa. Belajar efektif justru ketika pelajar, guru maupun murid, sadar akan tujuan dan paham bahwa belajar merupakan bagian dari kebutuhan. Pada kunci kompetensi, Kampus Guru Cikal mengadakan tiga pelatihan yaitu Penggerak Kelas Merdeka Belajar, Pengajaran Literasi Bermakna dan Dokumentasi Praktik Pengajaran. Ketiga pelatihan tersebut dirancang untuk memastikan setiap guru dapat mengembangkan kompetensi yang sesuai kebutuhan murid dan kondisi ruang kelas masing-masing. Kunci Kolaborasi melahirkan kegiatan berupa Temu Pendidik Daerah dan Surat Kabar Guru Belajar. Kami percaya bahwa perubahan pendidikan terjadi ketika guru saling berbagi praktik pengajaran yang terbukti berhasil melalui beragam kanal. Guru belajar dari sesama guru untuk menghasilkan praktik pengajaran yang membumi sekaligus menghasilkan terobosan inovasi. Kunci Karier melahirkan kegiatan berupa penerbitan buku dan pameran karya guru pada Pesta Pendidikan yang akan diadakan pada akhir program. Kampus Guru Cikal percaya bahwa karier guru bukan didasarkan pada SK atau penunjukkan melainkan melalui kontribusi dan karya nyata yang mendapat pengakuan dari masyarakat guru maupun masyarakat luas. Tentang Surat Kabar Guru Belajar Surat Kabar Guru Belajar adalah terbitan berkala dua bulanan dari Komunitas Guru Belajar yang berisi praktik baik pengajaran dan pendidikan. Pada sejumlah program, kami menerbitkan Surat Kabar Guru Belajar edisi khusus yang memuat tulisan dari guru yang menjadi peserta program. Surat Kabar Guru Belajar ini berisi tulisan dari guru yang terlibat dalam program Kolaborasi Literasi Bermakna - INOVASI. Topik yang diusung pada Surat Kabar Guru Belajar edisi ini adalah Membangun Kemerdekaan Belajar melalui Kesepakatan Kelas. Tulisan yang dimuat adalah hasil perjuangan guru dalam menerapkan pelajaran dari Pelatihan Penggerak Kelas Merdeka Belajar. Berbeda dengan pendekatan lain, meski mempunyai kesamaan fokus program pada literasi, tapi Kampus Guru Cikal percaya bahwa inovasi pengajaran literasi tidak akan efektif bila ruang kelas belum merdeka belajar. Kelas Merdeka Belajar adalah prasyarat untuk mewujudkan pengajaran literasi yang bermakna. Kenyataannya, persoalan mendasar di ruang kelas bukanlah inovasi pengajaran, penerapan kurikulum atau pun pencapaian prestasi murid. Persoalan mendasar yang sering muncul adalah pengelolaan kelas yang tidak efektif. Tidak efektifnya pengelolaan kelas menghasilkan dampak seperti murid terpaksa belajar, murid tidak paham tujuan belajar, suasana kelas yang tidak kondusif, serta sulit terbentuknya relasi saling percaya antara guru dengan murid maupun sesama murid. Gejala yang mudah dikenali, murid tidak termotivasi belajar, suasana belajar terjadi ketika guru hadir, dan suasana ramai ketika guru meninggalkan ruang kelas. Berdasarkan hasil asesmen pra Pelatihan Penggerak Kelas Merdeka Belajar, guru di Kota Batu pada dasarnya sudah cukup memadai dalam mengelola ruang kelas. Guru di Kota Batu sudah menggunakan sejumlah strategi untuk membangun ruang kelas yang kondusif. Meski demikian, seringkali penerapan strategi manajemen kelas masih belum konsisten mengarah pada tujuan esensial, kemerdekaan belajar. Masih ditemui penerapan strategi pengajaran sebatas untuk melancarkan tugas guru dalam melakukan pengajaran. Apa itu Kelas Merdeka Belajar? Kelas yang mempunyai komitmen terhadap tujuan belajar, mandiri terhadap cara belajar dan melakukan refleksi terhadap proses dan capaian belajar. Jadi merdeka belajar itu jauh artinya dari pemahaman kebanyakan orang, bebas belajar. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru untuk membicarakan, menetapkan dan berkomitmen terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai. Guru dan murid samasama sadar tujuan kehadiran mereka di ruang kelas. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru dalam menentukan dan melakukan cara belajar mengacu pada tujuan, kondisi kelas, profil dan kebutuhan belajar murid. Ada beragam cara belajar yang sama efektifnya secara teori, namun secara praktis, cara-cara belajar tersebut penting untuk dibicarakan dan disepakati bersama. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru dalam melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses dan capaian belajar. Murid mendapat kesempatan untuk menilai capaiannya. Seberapa puas mereka dengan capaiannya? Apa cara belajar yang sudah efektif? Apa cara belajar yang masih perlu diperbaiki? Kebiasaan melakukan refleksi akan melejitkan kemampuan belajar baik per individu murid maupun per kelas sebagai sistem sosial. Tulisan guru yang dimuat di Surat Kabar Guru Belajar ini sangat kental dengan upaya mereka untuk membangun kemerdekaan belajar melalui kesepakatan kelas. Ini terkait dengan asesmen sumatif pelatihan yang meminta peserta pelatihan membuat laporan penerapan kesepakatan belajar untuk membangun kemerdekaan belajar. Anda akan menemui beragam tulisan yang renyah, enak dibaca dan tetap mempertahankan esensi, upaya membangun kemerdekaan belajar melalui kesepakatan kelas. Silakan nikmati tulisan di Surat Kabar Guru Belajar! Temukan praktik baik yang bisa dipelajari dan dikembangkan di ruang kelas Anda. Lakukan modifikasi sesuai gaya dan kondisi Anda. Mari jadikan ruang kelas kita menjadi ruang kelas merdeka belajar! Sekali merdeka, tetap merdeka belajar! Bukik Setiawan

Namun, sebagian guru beranggapan bahwa tingkah laku anak yang berbeda dari teman pada umumnya sering menimbulkan permasalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Saya mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama.

SKGB 003: DISIPLIN POSITIF

Kesadaran & Disiplin Kita seringkali terlalu cepat menuntut kedisiplinan, tapi terlalu lambat menumbuhkan kesadaran pada anak. Sadar atau tidak, kita sebagai pendidik seringkali banyak dan sering menuntut anak-anak untuk berdisiplin. Hari pertama masuk kelas, kita sudah berharap anak- anak tahu dan paham peraturan. Karena itu kita menuntut mereka untuk berperilaku sesuai aturan.Kita menuntut anak-anak seolah anak adalah robot yang sekali diberi instruksi akan langsung jalan. Kita seringkali abai dan tidak sabar membangun kesadaran anak-anak tentang pentingnya berdisiplin. Anak-anak itu manusia sebagaimana juga kita yang butuh waktu untuk belajar mengembangkan suatu perilaku. Kita, anak-anak maupun pendidik, belajar bila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan kehidupan kita. Kita belajar bisa merasa berdaya untuk melakukan tindakan. Kisah-kisah guru pada Surat Kabar Edisi Ketiga ini menceritakan berbagai upaya menumbuhkan kedisiplinan dari kesadaran dalam diri anak. Disiplin bukan karena patuh pada perintah, takut kena hukuman atau mengejar ganjaran. Disiplin yang tumbuh dari kesadaran anak-anak kita. Itulah Disiplin Positif. Dengan disiplin positif, anak-anak akan lebih mencintai belajar, lebih tangguh menghadapi kesulitan, keterampilan berpikirnya berkembang hingga bisa mencapai prestasi akademik lebih baik. Lebih jauh lagi, disiplin positif mendukung terbentuknya interaksi dan budaya sekolah yang positif. Semoga kisah-kisah pada edisi kali ini dapat memicu kesadaran kita untuk membangun kesadaran anak-anak sejak dini. Mari belajar bersama!

Selain dalam membuat kesepakatan bersama di dalam dan di luar kelas, disiplin positif ini juga sangat membantu saya dalam menyelesaikan beberapa permasalahan antar peserta didik seperti : rebutan mainan, bertengkar akibat ada yang usil ...

SKGB 008: KOMITMEN PADA TUJUAN

kompetensi merdeka belajar KOMITMEN PADA TUJUAN Pengamatan dan pengalaman kita sebagai pendidik menunjukkan bahwa pendidikan tidak semudah membalik tangan. Pendidikan bukan agenda sehari dua hari, sebulan dua bulan, bahkan bukan pula agenda setahun dua tahun. Pengalaman perubahan pendidikan di negara lain seperti Finlandia menunjukkan perubahan pendidikan adalah agenda 25 tahun. Kesadaran bahwa pendidikan adalah agenda jangka panjang menuntut perubahan cara memperjuangkan pendidikan. Bukan lagi sebagai pelari jarak pendek yang melesat cepat, tapi pelari jangka panjang yang tekun merawat semangat. Bukan lagi sendiri dan berkompetisi, tapi bersama dalam sebuah kolaborasi.

kompetensi merdeka belajar KOMITMEN PADA TUJUAN Pengamatan dan pengalaman kita sebagai pendidik menunjukkan bahwa pendidikan tidak semudah membalik tangan.

Surat Kabar Guru Belajar 29: Asesmen Formatif sebagai Upaya Merawat Kemerdekaan Belajar

Asesmen sebagai belajar menjadi kunci dalam merawat kemerdekaan belajar. Asesmen sebagai belajar, atau dalam kesehariannya disebut asesmen formatif, menjadi penting karena hasilnya menunjukkan kemajuan belajar bagi guru maupun bagi murid. Dengan pemahaman terhadap kemajuan belajar tersebut, guru dan murid dapat melakukan penyesuaian strategi belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

Praktik Baik Pembelajaran Students' Movie Project: Sarana Asesmen Formatif Guru dan Pameran Karya Murid Menerapkan pembelajaran yang dapat membangun dan mengembangkan kompetensi serta kreativitas murid merupakan tujuan keberlanjutan ...

SKGB 002: ASESMEN OTENTIK

Belajar Tanpa Ujian? Benarkah belajar bisa tanpa ujian? Atau justru ada yang bertanya, buat apa belajar bila tidak ada ujian? Pepatah lama yang sering dilontarkan tentang perbedaan sekolah dan kehidupan. Di sekolah, siswa belajar kemudian ujian. Di kehidupan, siswa ujian kemudian belajar. Pepatah itu adalah sindiran terhadap praktik belajar di sekolah yang mengkeramatkan ujian sebagai segala-galanya. Tanpa ujian, buat apa belajar? Padahal belajar adalah kemauan dan kemampuan alami manusia, yang telah ada sejak kita lahir. Jadi tanpa ada ujian pun, kita secara alami tetap belajar. Justru ketika ujian menjadi motivasi belajar, maka kita kehilangan kenikmatan belajar. Belajar jadi terpaksa semata mengejar nilai ujian. Selesai ujian, semua materi pelajaran dilupakan. Pada edisi ini, para guru berbagi praktik cerdas melakukan asesmen otentik. Proses ujian yang bermakna dan menyenangkan sebagaimana proses belajar itu sendiri. Bila membaca tulisan dan melihat fotonya, anda akan menyaksikan anak-anak yang bergembira mengikuti ujian. Seolah mereka tidak sedang ujian. Seolah mereka belajar tanpa ujian. Pada akhirnya, mari membaca dan belajar. Bila memang ada hal baik dari surat kabar ini, praktikkan dan sebarkan ke rekan guru yang lain.

... dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar . ... Pendidikan mengarahkan pendidik untuk melaksanakan penilaian autentik.

Surat Kabar Guru Belajar 028 - Asesmen Untuk Personalisasi Belajar

Merayakan Asesmen, Mendesain Ekosistem Merdeka Belajar Apa makna dari topik tersebut? Merayakan Asesmen. Sebuah pesan untuk mengubah persepsi asesmen sebagai sesuatu yang menakutkan menjadi asesmen sebagai sesuatu yang layak dirayakan. Pesan untuk membongkar miskonsepsi asesmen, membangun pemahaman asesmen yang utuh dan mendorong lahirnya praktik-praktik asesmen merdeka belajar. Mendesain Ekosistem yang Merdeka Belajar. Tahun 2021 adalah tahun kelima semenjak peluncuran gerakan Merdeka Belajar yang dicanangkan pada Temu Pendidik Nusantara ke III pada tahun 2016. Pada tahun kelima ini, penting untuk merefleksikan gerakan Merdeka Belajar, apa yang sudah efektif dan apa yang perlu diperbaiki, sekaligus memperluas cakupan merdeka belajar. Guru, kelas, dan sekolah/madrasah merdeka belajar menjadi penggerak untuk membangun ekosistem merdeka belajar dengan pelibatan orangtua, komunitas, dan dinas pendidikan daerah. Asesmen untuk personalisasi belajar Sebagaimana dokter, penting bagi guru melakukan asesmen untuk belajar seperti asesmen diagnosis sebagai dasar dalam merancang strategi pembelajaran yang merdeka belajar. Sub topik ini mengundang guru berbagi praktik pembelajaran yang terkait merancang dan melakukan asesmen untuk belajar di kelasnya, sekaligus mengundang pemimpin sekolah/madrasah berbagi praktik kepemimpinan yang memfasilitasi guru melakukan asesmen diagnosis dan merancang program sekolah berdasarkan hasil asesmen untuk belajar kolektif.

tes, dan penilaian lain yang ditetapkan oleh satuan pendidikan menjadi ide pembuka Bu Ida dalam melaksanakan asesmen yang berbeda dari sebelumnya.

Surat Kabar Guru Belajar 025: Teknologi Untuk Memahami Konsep

Teknologi untuk Masa Depan Teknologi untuk Masa Depan telah diluncurkan pada Temu Pendidik Nusantara 2019 sebagai fokus belajar di Komunitas Guru Belajar. Apa itu teknologi? Teknologi adalah sejumlah kompetensi, metode dan proses menghasilkan produk atau layanan untuk mencapai suatu tujuan. Teknologi bukan barang baru, telah dikenal sejak manusia zaman purbakala. Lukisan di dinding gua purba dan alat pembuat api bisa menjadi contoh teknologi purba. Dalam pendidikan pun teknologi pun bukan barang baru, batu sabak dan tatanan ruang kelas bisa menjadi contohnya. Apakah teknologi yang dimaksud adalah teknologi canggih? E. F. Schumacher dalam bukunya Kecil itu Indah menegaskan teknologi madya (intermediate technology) yang bisa mentransformasikan masyarakat menjadi berdaya. Teknologi madya berpusat pada masyarakat. Teknologi yang memfasilitasi masyarakat bukan hanya menjadi konsumen tapi juga produsen. David Kelley dan Tim Brown kemudian mengenalkan Berpikir Desain (design thinking) yang mengembalikan teknologi sebagai jawaban atas kebutuhan manusia. Dalam dunia pendidikan, pembuatan dan penggunaan teknologi sudah menjangkau beragam bentuk dan tujuan. Kita mengenal strategi pengajaran, panduan aktivitas belajar, permainan papan, alat peraga interaktif, media belajar digital, hingga aplikasi belajar digital. Ada banyak guru yang berpihak pada anak telah melahirkan beragam teknologi yang memanusiakan pendidikan.

“Dengan Program SLC ini menjadikan saya punya bahan dan dasar untuk meyakinkan teman-teman melaksanakan pembelajaran yang bermakna tak lagi ... Beliau adalah ibu Anna Christi Mahanani,S.Psi dari TK PAUD Negeri Merah Putih Surakarta.

SKGB-24: TEKNOLOGI UNTUK MEMANUSIAKAN HUBUNGAN

Teknologi untuk Masa Depan telah diluncurkan pada Temu Pendidik Nusantara 2019 sebagai fokus belajar di Komunitas Guru Belajar. Apa itu teknologi? Teknologi adalah sejumlah kompetensi, metode dan proses menghasilkan produk atau layanan untuk mencapai suatu tujuan. Teknologi bukan barang baru, telah dikenal sejak manusia zaman purbakala. Lukisan di dinding gua purba dan alat pembuat api bisa menjadi contoh teknologi purba. Dalam pendidikan pun teknologi pun bukan barang baru, batu sabak dan tatanan ruang kelas bisa menjadi contohnya. Apakah teknologi yang dimaksud adalah teknologi canggih? E. F. Schumacher dalam bukunya Kecil itu Indah menegaskan teknologi madya (intermediate technology) yang bisa mentransformasikan masyarakat menjadi berdaya. Teknologi madya berpusat pada masyarakat. Teknologi yang memfasilitasi masyarakat bukan hanya menjadi konsumen tapi juga produsen. David Kelley dan Tim Brown kemudian mengenalkan Berpikir Desain (design thinking) yang mengembalikan teknologi sebagai jawaban atas kebutuhan manusia. Dalam dunia pendidikan, pembuatan dan penggunaan teknologi sudah menjangkau beragam bentuk dan tujuan. Kita mengenal strategi pengajaran, panduan aktivitas belajar, permainan papan, alat peraga interaktif, media belajar digital, hingga aplikasi belajar digital. Ada banyak guru yang berpihak pada anak telah melahirkan beragam teknologi yang memanusiakan pendidikan.

Keempat, melakukan aksi nyata yang bermakna sebagai hasil dari apa yang telah dibaca sebagai bentuk lain dari literasi. agar semua anggota kelompok dapat memasukkan, mengedit, dan membaca informasi bersama-sama pada waktu yang ...