Sebanyak 3 item atau buku ditemukan

Teknik Penyusunan Laporan Evaluasi Diri Program Studi

Penyusunan buku ini didasarkan atas keinginan penulis untuk ikut serta berkontribusi dalam mewujudkan penguatan akreditasi Program Studi apalagi instrumen yang digunakan adalah instrumen baru yaitu Instrumen 9 Kriteria. Bagi banyak orang yang pernah penulis tanya, instrumen baru 9 Kriteria yang digunakan untuk akreditasi sangat sulit dibanding dengan instrumen lama, yaitu Instrumen 7 Standar. Oleh karena itu, dengan terbitnya buku ini diharapkan dapat membantu para penyusun Laporan Evaluasi Diri (LED) dalam rangka akreditasi Program Studi yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Buku ini disusun berdasarkan pemahaman penulis terhadap Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 5 Tahun 2019 tentang Instrumen Akreditasi Program Studi beserta Lampiran-lampirannya. Buku ini bukanlah panduan resmi BAN-PT untuk penyusunan LED Program Studi (LED PS) melainkan pendapat pribadi penulis yang didasarkan atas pengalaman selama menjadi asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan pengalaman menjadi Pembimbing Teknis Penyusunan Instrumen 9 Kriteria untuk akreditasi Program Studi maupun akreditasi Institusi (Perguruan Tinggi) di beberapa Perguruan Tinggi dan Program Studi. Contoh-contoh yang ada dalam buku ini bukanlah model baku melainkan hanya sekedar pengantar dan alternatif. Selain membaca buku ini, para penyusun LED PS hendaknya langsung berpedoman kepada Panduan dari BAN-PT baik berupa Panduan Penyusunan Laporan Evaluasi Diri maupun Matriks Penilaiannya serta lainnya agar tidak salah sasaran. Melalui buku ini, para pembaca diperkenalkan Rambu-rambu Umum Penyusunan Laporan Evaluasi Diri (LED) Program Studi, Contoh Penyusunan Ringkasan Eksekutif, Pengisian Dasar Penyusunan, Pengisian Tim Penyusun dan Tanggung Jawabnya, Pengisian Mekanisme Kerja Penyusunan LED, Pengisian Kondisi Eksternal UPPS, Pengisian Kebijakan masing-masing Kriteria, Pengisian Strategi Pencapaian Standar, Pengisian Indikator Kinerja Utama (IKU), Pengisian Indikator Kinerja Tambahan (IKT), Pengisian Evaluasi Capaian Kinerja, Penjaminan Mutu, Pengisian Kepuasan Pengguna, Pengisian Simpulan Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut, serta Analisis dan Penetapan Program Pengembangan Unit Pengelola Program Studi Terkait Program Studi yang Diakreditasi. Semua hal tersebut disajikan dalam bentuk pengantar. Contoh-contoh yang ada masih sangat banyak kekurangan dan ketidaklengkapan sehingga masih banyak perlu diisi dan dilanjutkan. Teknik Penyusunan Laporan Evaluasi Diri Program Studi ini adalah untuk LED PS dalam rangka mempersiapkan akreditasi program studi jenjang 1) Sarjana, 2) Magister, 3) Doktor, 4) Diploma Tiga, 5) Sarjana Terapan, 6) Magister Terapan, dan 7) Doktor Terapan. Oleh sebab itu, para penyusun agar memperhatikan secara teliti perintah yang ada dari panduan. Perbedaan utamanya adalah pada aspek penilaian. Perbedaan penilaian dapat diperiksa lebih lanjut pada masing-masing Matriks Penilaian setiap jenjang. Selain itu, perlu dimaklumi bahwa oleh karena format instrumen akreditasi Perguruan Tinggi dan Program Studi dengan Instrumen 9 Kriteria sama maka dalam beberapa hal, isi contoh yang ada dalam buku ini dan buku Teknik Penyusunan Laporan Evaluasi Diri Program Studi ada kesamaan. Hal ini dimaksudkan agar para penyusun LED PS dan LED PT mudah memahaminya. Semoga buku ini bermanfaat untuk membantu para penyusun LED PS dalam rangka akreditasi Program Studi yang menggunakan 9 Kriteria. Penulis sangat mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan penerbitan selanjutnya. Terima kasih.

Teknik Penyusunan Laporan Evaluasi Diri Program Studi ini adalah untuk LED PS dalam rangka mempersiapkan akreditasi program studi jenjang 1) Sarjana, 2) Magister, 3) Doktor, 4) Diploma Tiga, 5) Sarjana Terapan, 6) Magister Terapan, dan 7) ...

Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa Autis pada Sekolah Inklusif

Setiap siswa yang sedang bersekolah mempunyai potensi mengalami permasalahan dalam belajar, masalah yang mereka alami bervariasi ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari guru dan ada pula yang berat sehingga siswa ini harus mendapatkan perhatian terutama dari guru yang bersangkutan. Siswa berkebutuhan khusus tidak selalu mengalami masalah dalam belajar, kadangkala mereka dapat belajar seperti siswa-siswa lain pada umumnya, hanya saja mereka membutuhkan perhatian yang lebih khusus dari guru dan mereka butuh pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi mereka agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan guru, orangtua dan sekolahKelainan pada siswa-siswa berkebutuhan khusus ini memiliki tingkatan dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dari yang mengalami kelainan tunggal, ganda, hingga yang kompleks dan biasanya berhubungan dengan emosi, fisik, psikis dan sosial. Mereka tersebar baik di daerah perkotaan, pedesaan bahkan di daerah-daerah terpencil. Tidak memandang suku, etnis maupun bangsa. Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa siswa berkebutuhan khusus mesti dikasihani dan dianggap sosok yang tidak berdaya sehingga perlu dibantu. Pandangan seperti ini tentu saja sangat tidak benar dan dapat merugikan siswa-siswa berkebutuhan khusus. Setiap siswa mempunyai kekurangan, namun pasti disamping itu mempunyai kelebihan. Oleh karena itu kita selayaknya melihat siswa-siswa berkebutuhan khusus ini baik dari segi kemampuan mereka maupun ketidakmampuannya. Dengan begitu kita dapat mengembangkan potensi yang tersimpan dalam diri mereka secara optimal

Sehingga siswa dapat belajar satu sama lain karena hal itu akan mereka hadapi
pada dunia nyata yang akan mereka hadapi kelak.56 Beberapa aspek yang
perlu diperhatian dalam menyelenggarakan sekolah inklusif antara lain; pendidik
 ...