Sebanyak 11 item atau buku ditemukan

HAM & SYARIAT

Menarik dan menantang. Membahas seputar wacana yang bersinggungan dengan Syariat (hukum Islam) dengan Hak Asasi Manusia, merupakan pokok diskusi yang tak pernah ada habisnya, selalu berkembang. Dialog antara Hukum Tuhan dengan Hukum Manusia pun menjadi isu yang sensitif, bahkan seringkali menimbulkan perdebatan, karena kekhawatiran akan produk pemikiran Barat yang dinilai membahayakan eksistensi hukum Islam itu sendiri. Tetapi, apakah sekontras itu? Sebuah pertanyaan sederhana muncul: “Apakah ada keterkaitan satu sama lain antara Syariat dengan HAM?” Tentu pertanyaan kritis ini tak sembarangan dijawab, perlu sumber-sumber serta kajian ilmiah dalam menopangnya secara hati-hati. Pemikiran para peneliti dan reformis Islam kontemporer yang terdapat pada buku ini merupakan gelombang baru dalam menanggapi iklim intelektual dan era politik baru yang muncul pada paruh kedua abad ke-20. Mereka membedah berbagai sistem politik dan perkembangan di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk isu ekonomi, hukum, ilmu kedokteran, imigrasi kaum Muslim ke negara-negara Barat, HAM Internasional, bahkan kesetaraan gender. Berbagai aktor reformis menunjukkan spektrum sikap yang demikian luas tentang reformasi, mulai dari yang hanya terbatas pada usulan norma baru menyesuaikan dengan keadaan baru, hingga keinginan untuk mereformasi penggunaan konsep serta metode secara serempak. [Mizan, Bentang Pustaka, Agama, Islam, Hukum, Hak Asasi Manusia, Indonesia]

Sebuah pertanyaan sederhana muncul: “Apakah ada keterkaitan satu sama lain antara Syariat dengan HAM?” Tentu pertanyaan kritis ini tak sembarangan dijawab, perlu sumber-sumber serta kajian ilmiah dalam menopangnya secara hati-hati.

Ketika Nonmuslim Membaca Al-Quran

Richard Bonney, seorang pendeta dari Leicester, Inggris, mencoba memahami ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang jihad. Ia tertarik menelitinya lantaran tema jihad menjadi tema yang berwajah dua: positif dan negatif. Bahkan, media Barat menganggap doktrin jihad sebagai akar penyebab tindakan terorisme. Doktrin jihad memang merupakan salah satu ajaran dalam Islam. Segala derivasinya terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran. Nah, bagaimana pembacaan Richard—yang notabene-nya seorang pendeta—mengenai jihad? Apakah temuannya sama dengan apa yang dikatakan media-media Barat, atau justru sebaliknya? Kesimpulannya sungguh mencengangkan.

nafsihi wa mu'ashiran lana (menjadikan Al-Quran relevan untuk konteksnya di masa lalu dan untuk kita di masa kontemporer). Teori tersebut hendak “menjembatani kesenjangan antara konteks masa lalu dan masa kini.

Muhammad

Lelaki Penggenggam Hujan

Kasvha pergi dari Suriah, meninggalkan Khosrou sang penguasa Persia tempatnya mengabdikan hidup demi menemukan lelaki itu: Muhammad. Al-Amin yang kelahirannya akan membawa rahmat bagi semesta alam, pembela kaum papa, penguasa yang adil kepada rakyatnya. Kehidupan Kashva setelah itu berubah menjadi pelarian penuh kesakitan dan pencarian yang tiada henti terhadap sosok yang dijanjikan. Seorang Pangeran Kedamaian yang dijanjikan oleh semua kitab suci yang dia cari dari setiap ungkapan ayat-ayat Zardusht sampai puncak-puncak salju di perbatasan India, pegunungan Tibet, biara di Suriah,istana Heraklius, dan berakhir di Yatsrib sang Kota Cahaya. Hasrat dalam diri Kashva sudah tak terbendung lagi. Keinginannya untuk bisa bertemu dengan Muhammad demikian besar hingga tak ada sesuatu pun yang membuatnya jerih. Bahkan maut yang mengintai dari ujung pedang tentara Khosrou tak juga menyurutkan kerinduannya bertemu Muhammad. Kisah pencarian Kashva yang syahdu dalam novel ini akan membawa kita menelusur Jazirah Arab, India, Barrus, hingga Tibet. [Mizan, Bentang Pustaka, Novel, Inspirasi, Indonesia, Tokoh, Pahlawan]

Sang Guru membuka lagi kitab di tangannya, “Seorang Malechha; guru spiritual akan datang bersama para sahabatnya. Raja,setelah memandikan Maha Dev Arab didalam Pachgavya danSungai Gangga, menawarkan hadiah kepadanya atas pengabdiannya ...

Muhammad #2

Sang Pengeja Hujan

"Paman, tolong aku! Tolong aku, Paman!" Suara Xerxes selalu mengiang di telingan Kashva setiap terbangun dari tidurnya. Anak dari perempuan pujaan yang dititipkan kpadanya ketika terjadi penyerangan oleh pasukan Raja Khosrou itu, kini terpisah darinya. Minggu demi minggu dilalui Kashva di Tibet dengan mendaki 13 gunung suci bersama Biksu Tashidelek. Ia pun tenggelam dalam lautan peziarah di tempat berkumpulnya segala doa itu, demi satu tujuan. Menemukan kembali Xerxes! Peristiwa hilangnya Xerxes membuat pikiran Kashva hanya tertuju untuk menemukan cara agar mereka dapat bertemu kembali. Kashva bahkan hampir lupa dengan tujuan utama dari pelariannya kali ini. Sebuah perjalanan panjang untuk mencari Astvat-ereta, Sang Al-Amin, guna menyucikan ajaran Zardust, sebelum akhirnya Tashidelek memberinya sutra-sutra Budha. Kehilangan yang hampir membuat rasa putus asa juga dirasakan oleh 'Umar bin Khattab. Ia harus menggantikan Abu Bakar yang telah meninggal untuk berangkat ke medan jihad di Irak dan Syam. Rasa ragu dan takut sempat menghampirinya. 'Umar merasa tidak mampu menjadi pemimpin bagi banyak umat, sebab Nabi Muhammad dan Abu Bakar tidak bisa dijumpainya lagi untuk meminta bimbingan. Perjalanan pencarian Kashva dan perjuangan para mujahid pada zaman pasca kenabian akan membawa kita kembali ke Jazirah Arab ribuan tahun lalu untuk merasakan hidup bersama Muhammad, Sang Manusia Pilihan. Akankah suasana khusyuk di Tibet yang membuat Kashva belajar banyak makna kehidupan dapat memberikan jawaban mengenai Al-Amin yang sedang dicarinya? [Mizan, Bentang Pustaka, Novel, Biografi, Muhammad, Islam, Tasaro GK, Indonesia]

Sudah siapkah Abu Bakar menerima kabar yang paling menyedihkan setelah wafatnya sang Nabi? ... Paling lama enam bulan lalu, kehilangan besar hampir membuatnya limbung, ketika sang Nabi, sang guru tercinta, kembali ke Penciptanya.

Muhammad 4

Dalam perjalanannya mencari jejak Elyas, Vakhshur mendapati dirinya terjebak di tengah-tengah kemelut kekhalifahan kaum Muslimin. Sejak 'Umar wafat, umat Islam seakan terbelah menjadi dua, pendukung 'Utsman bin Affan dan pendukung Ali bin Abi Thalib. 'Utsman, sebagai khalifah terpilih, menyadari bibit-bibit perpecahan mulai tumbuh. Dan, demi mencegah kobaran api konflik, 'Utsman dan Ali berusaha untuk menyatukan dan mendamaikan kembali hati umat Islam. Sementara itu, perjalanan Vakhshur berlanjut kendati yang dia temukan lagi-lagi hanya jalan buntu. "Jejak Tuan Elyas telah lenyap ...." kata Vakhshur putus asa. Namun, di sebuah desa pinggir sungai Nil, Vakhshur akhirnya mendapati kembali jalan menuju Elyas lewat seorang biarawati bernama Maria. Dari sang biarawati pula, Vakhshur mengetahui fakta mengejutkan perihal Elyas dan Kashva, sekaligus menguak tabir tentang apa yang tengah dicari keduanya. "Maria, jadi maksudmu ... Tuan Elyas kemungkinan sedang belajar Islam?" "Itu jawaban yang aku cari selama belasan tahun ini." Islam, agama yang dibawa oleh seorang nabi bernama Muhammad. Itulah keping petunjuk terakhir bagi Vakhshur untuk menemukan Elyas. Lalu, bagaimana akhir pencarian Kashva dan Elyas? Di saat tunas-tunas fitnah tengah bersemi di tubuh Islam, adakah hujan karunia yang menunggu di ujung jawaban? Inilah babak akhir dari perjalanan Kashva mencari kebenaran agama sang Nabi yang terus digemakan oleh para pengikutnya. [Mizan, Bentang Pustaka, Novel, Tasaro, Muhammad, Biografi, Indonesia]

Hari itu, setelah habis masa tiga hari yang dijanjikan oleh sang Khalifah, dan belum ada satu pun kesanggupan 'Utsman mewujud dalam kenyataan, Ibnu Abbas menemui sepupu yang juga sang Guru, di rumahnya yang bersahaja.

Rencana Besar

Rifad Akbar. Pemimpin Serikat Pekerja yang sangat militan dalam memperjuangkan kesejahteraan rekan-rekannya. Amanda Suseno. Pegawai berprestasi yang mendapat kepercayaan berlebih dari pihak manajemen. Reza Ramaditya. Pegawai cerdas yang tiba-tiba mengalami demotivasi kerja tanpa alasan jelas. Lenyapnya uang 17 miliar dari pembukuan Universal Bank of Indonesia menyeret tiga nama itu ke dalam daftar tersangka. Seorang penghancur, seorang pembangun, dan seorang pemikir dengan motifnya masing-masing. Penyelidikan serius dilakukan dari balik selubung demi melindungi reputasi UBI. Akan tetapi, bagaimana jika kasus tersebut hanyalah awal dari sebuah skenario besar? Keping domino pertama yang sengaja dijatuhkan seseorang untuk menciptakan serangkaian kejadian. Tak terelakkan, keping demi keping berjatuhan, mengusik sebuah sistem yang mapan tetapi usang dan penuh kebobrokan ….

Rifad Akbar.

Ngaji Fikih: Pemahaman Tekstual dengan Aplikasi yang Kontekstual

Jangan Anda bayangkan bahwa buku ini akan mengajarkan ilmu fikih yang kaku dan berat. Dalam buku ini, Nadirsyah Hosen atau akrab disapa Gus Nadir, menuturkan indahnya keilmuan fikih yang dipelajari langsung dari sang bapak, Prof. K.H. Ibrahim Hosen, L.M.L., Ketua Bidang Fatwa di Majelis Ulama Indonesia pada 1980-2000. Buku ini layaknya sebuah persembahan ilmu dari Abah dan anak, dalam mewarnai khazanah kajian fikih di Indonesia. Tak hanya membahas hukum-hukum agama yang sering diperdebatkan banyak pihak, tetapi juga memberikan solusi atas problematika masyarakat Islam zaman now. Melalui kitab-kitab fikih yang jarang diketahui publik, ia mengajak kita berkaca pada cara Rasulullah Saw. dan para sahabat dalam menyelesaikan masalah agama saat itu, yang disesuaikan dengan konteks saat ini. Mulai dari hukum Muslim masuk gereja, penggunaan vaksin, perbedaan mazhab, hingga jawaban soal ayat jilbab, semua dituturkan oleh Gus Nadir secara santai. Bertujuan agar kita tak terjebak dalam liang sesatnya berpikir instan, bahkan dengan mudah menghakimi seseorang berbekal sepenggal ayat maupun hadis saja. [Mizan, Bentang Pustaka, Agama, Religi, Pemahaman, Dewasa, Indonesia]

Kalangan ini percaya bahwa itulah mata uang Islam, yang mereka itu berpatokan bahwa yang menjadi patokan adalah emas, bukan yang lain. Sejauh yang saya tahu, “sistem ekonomi Islam” memang bertumpu pada “emas” sebagai standarnya.

Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications

Riset kualitatif memegang peranan penting sekaligus potensi besar dalam studi hubungan masyarakat serta komunikasi pemasaran. Sebab, riset kualitatif memungkinkan periset untuk terlibat secara erat dengan partisipan riset. Hal ini membantu periset untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang proses sosial, faktor-faktor yang memotivasi tindakan manusia, serta konteks situasi yang melingkupinya. Kepedulian terhadap hal-hal tersebut membantu studi hubungan masyarakat dan komunikasi pemasaran. Salah satunya untuk mengenali sudut pandang subjektif, terutama yang berlaku pada stakholders kunci, demi mengembangkan dialog yang efektif dan kolaboratif. Buku ini adalah panduan yang praktis serta mudah dipahami untuk melakukan riset kualitatif dalam bidang hubungan masyarakat dan komunikasi pemasaran. Diperuntukkan bagi periset pemula, buku ini memerinci tahap demi tahap proses riset, mulai dari memilih topik riset dan menulis proposal, sampai metode menyeleksi kumpulan data dan menganalisis, kemudian menuliskan laporan riset. Buku ini juga diperkaya dengan renungan-renungan etis yang senantiasa menjadi perdebatan sekaligus pijakan periset. Selain itu, perbedaan-perbedaan orientasi dalam riset juga dipetakan, karena masing-masing orientasi akan memiliki dampak yang berbeda pula terhadap bagaimana riset dijalankan dan dimengerti. Apa saja yang dikandung dalam buku ini? * panduan praktis dalam setiap tahap riset * latar belakang teoretis yang berkaitan dengan riset kualitatif serta komunikasi * petunjuk dalam mengguakan internet * contoh-contoh dan ilustrasi yang renyah dan membantu pemahaman * ilham dari pengalaman-pengalaman riset kualitatif * glosarium dan referensi yang kaya "Di antara puluhan penelitian, Christine Daymon dan Immy Holloway memetakan ranah Public relations dan Marketing Communications dengan sangat lengkap sekaligus praktis. Susash mencari buku lain dengan ide sebernas ini." --Rhenald Kasali, Ph.D., ketua program MM UI dan penulis buku-buku bestseller [Mizan, Bentang, Riset, Nonfiksi, Indonesia]

Apa saja yang dikandung dalam buku ini? * panduan praktis dalam setiap tahap riset * latar belakang teoretis yang berkaitan dengan riset kualitatif serta komunikasi * petunjuk dalam mengguakan internet * contoh-contoh dan ilustrasi yang ...

Sejarah Islam di Nusantara

Agama Islam tidak dilahirkan di Indonesia, namun justru negara inilah yang memiliki penduduk muslim dengan jumlah terbesar di dunia. Bagaimanakah cara agama ini masuk dan berkembang di antara suku dan budaya yang beragam di nusantara? Fondasi pertanyaan ini kemudian menggerakkan Michael Laffan, Profesor Sejarah di Universitas Princenton, untuk meneliti proses tumbuh kembangnya Islam di Indonesia yang memiliki corak dan ciri khusus. Dari aneka ragam sumberdaya, Laffan mereka ulang sejarah interaksi dan diskusi ihwal Islam di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Islam di Indonesia kerap digambarkan bersifat moderat berkat peran yang dimainkan Sufisme mistis dalam membentuk pelbagai tradisinya. Menurut para pengamat Barat—mulai dari para administrator kolonial, para cendekiawan orientalis Belanda, hingga para antropolog modern seperti Clifford Geertz—penafsiran Islam yang damai ala Indonesia terus-menerus mendapat ancaman dari luar oleh tradisi-tradisi Islam yang lebih keras dan intoleran. Sejarah Islam Nusantara menawarkan sebuah penilaian yang lebih berimbang terhadap sejarah intelektual dan kultural Indonesia. Michael Laffan menyusuri bagaimana citra populer mengenai Islam Indonesia dibentuk oleh berbagai perjumpaan antara para cendekiawan kolonial Belanda dan para pemikir Islam reformis. Tak berhenti sampai di situ, Laffan juga menyuguhkan peran-peran tradisi Arab, Cina, India, dan Eropa yang telah saling berinteraksi sejak awal masuknya Islam. Hasil perkawinan lintas budaya dan intelektualitas inilah yang kemudian melahirkan Islam Nusantara. "Sejarah Islam Nusantara merupakan kontribusi keilmuan yang mengesankan dan penting, mengandung informasi berlimpah dan sudut pandang kritis bagi para cendekiawan dan peneliti yang sebidang.” —Christina Sunardi, American Journal of Islamic Social Sciences “Terlepas dari gaya berapi-api yang kadang jenaka, buku ini padat dan dapat menjadi bahan diskusi.... Menarik." —Anthony H. Johns, Journal of Southeast Asian Studies "Michael F. Laffan menulis buku yang gembur, sangat informatif, dan sangat inspiratif. Semua orang yang ingin menekuni Islam di Indonesia dan Orientalisme Belanda harus membacanya." —Stephan Conermann, Sehepunkte "Buku ini merupakan sumbangsih besar bagi Islam di Indonesia.” —Barbara Watson Andaya, co-writer A History of Malaysia [Mizan, Bentang Pustaka, Bunyan, Islam, Sejarah, Budaya, Indonesia]

Michael Laffan menyusuri bagaimana citra populer mengenai Islam Indonesia dibentuk oleh berbagai perjumpaan antara para cendekiawan kolonial Belanda dan para pemikir Islam reformis.