Sebanyak 10915 item atau buku ditemukan

Sixties Radicalism and Social Movement Activism

Retreat or Resurgence?

This book’s four main aims are to examine: firstly, why movements happened in the socio-historical context of sixties’ radicalism; secondly, its distinctive legacy of crucial, cultural, societal and political interconnections; thirdly, continuing links between seminal ideas and movements and socio-political activism today; fourthly little-discussed national instances and divergent impacts of sixties radicalism, in relation to contemporary 'global' social movements. A conclusion traces all these dimensions from current social movements back to sixties radicalism’s pioneering upheavals.

This book’s four main aims are to examine: firstly, why movements happened in the socio-historical context of sixties’ radicalism; secondly, its distinctive legacy of crucial, cultural, societal and political interconnections; thirdly, ...

Social Movements

Social movements around the world have used a wide variety of protest tactics to bring about enormous social changes, influencing cultural arrangements, public opinion, and government policies in the process. This concise yet in-depth primer provides a broad overview of theoretical issues in the study of social movements, illustrating key concepts with a series of case studies. It offers engaging analyses of the protest cycle of the 1960s, the women's movement, the LGBT movement, the environmental movement, right-wing movements, and global social justice movements. Author Suzanne Staggenborg examines these social movements in terms of their strategies and tactics, the organizational challenges they faced, and the roles that the mass media and counter-movements played in determining their successes and failures.

Author Suzanne Staggenborg examines these social movements in terms of their strategies and tactics, the organizational challenges they faced, and the roles that the mass media and counter-movements played in determining their successes and ...

Gerakan Pemuda Ansor

Dari Era Kolonial hingga Pascareformasi

Ansor bersama-sama dengan induknya, NU, adalah garda depan dalam melawan kecenderungan menguatnya politikidentitas yang mengatasnamakan agama, tatkala elemen-elemen lain dari bangsa ini seperti maju-mundur atau bahkan takut untuk menghadapinya. Pemikiran aswaja mendorong Ansor untuk menjadi moderat dan fleksibel baik dalam bidang politik maupun sosial. Sikap fleksibel itu memungkinkan Ansor dapat mempertahankan eksistensinya dalam berbagai situasi kekuasaan. Dalam bidang sosial, fleksibilitas itu membuat Ansor dapat membangun relasi dengan berbagai elemen masyarakat, seperti gerakan pemuda lainnya, beragam kelompok Islam, dan khususnya dengan kelompok minoritas. Di bidang ekonomi, fleksibilitas Ansor dapat menentukan pilihan untuk berkiprah dalam ekonomi kerakyatan di pedesaan sekaligus membangun jejaring dengan institusi-institusi besar ekonomi. ... perkembangan Ansor tidak terlepas dari dimensi-dimensi sosial-politik, baik dalam maupun luar negeri. Penggambaran konteks sosial-politik ini memperlihatkan bagaimana Ansor berkembang seiring dengan perjalanan Indonesia, yang juga tak lepas dari berbagai pengaruh luar maupun dalam. Keterkaitan dengan urusan-urusan atau isu-isu luar negeri selama beberapa waktu juga menunjukkan sisi internasional dari organisasi ini. Dengan demikian, Ansor kelihatannya tidak hanya memiliki nilai strategis bagi kekuatan politik di tanah air, tetapi juga berkembang karena hadirnya pengaruh-pengaruh yang bersumber dari perkembangan zaman. Hal inilah yang kemudian membentuk karakter Ansor.

Dalam bidang sosial, fleksibilitas itu membuat Ansor dapat membangun relasi dengan berbagai elemen masyarakat, seperti gerakan pemuda lainnya, beragam kelompok Islam, dan khususnya dengan kelompok minoritas.

Gerakan Mahasiswa Makassar: Gerakan Counter hegemoni negara

Salah satu komponen dan kekuatan politik penting dari gerakan mahasiswa Indonesia adalah gerakan mahasiswa Makassar. Gerakan mahasiswa Makassar merupakan gerakan sosial yang selalu muncul dan cepat mereaksi terhadap berbagai policy Negara. Mahasiswa di berbagai kota masih berdiskusi tentang berbagai isu yang dianggap merugikan masyarakat, mahasiswa Makassar sudah bergerak ke jalan raya melakukan gerakan dengan keras, militant, dan melawan Negara. Gerakan mahasiswa Makassar selalu tampak keras, militan, kasar, dan konsisten melawan Negara. Atas dasar fenomena inilah riset ini dilakukan yaitu mengungkap terus menerus gerakan mahasiswa di Indonesia. Tulisan pendek berbentuk monograf ini mungkin belum bisa mengungkap berbagai aspek gerakan mahasiswa Makassar, tetapi secara analitis bisa menggambarkan gejala keras, militan, dan radikalisme gerakan mahasiswa Makassar. Memang saya berusaha untuk menulis terus berbagai gerakan mahasiswa Indonesia, termasuk gerakan mahasiswa Makassar agar studi gerakan mahasiswa menjadi studi ilmu politik yang penting. Oleh karena itu, keinginan untuk menulis lagi dalam bentuk buku seperti ini tentang gerakan mahasiswa merupakan kebutuhan akademik.

Salah satu komponen dan kekuatan politik penting dari gerakan mahasiswa Indonesia adalah gerakan mahasiswa Makassar.

GERAKAN KOMUNISME ISLAM SURAKARTA 1914-1942

Selama ini orang menganggap bahwa Marxisme-Leninisme atau lebih mudahnya komunisme, berada dalam hubungan diametral dengan Islam. Banyak faktor pendorong kepada tumbuhnya anggapan seperti itu. Secara politis, umpamanya dalam sejarah yang belum sampai satu abad. Marxisme-Leninisme telah terlibat dalam pertentangan tak kunjung selesai dengan negara- negara (dalam artian pemerintahan negara-bangsa atau nation- state), bangsa-bangsa, dan kelompok-kelompok muslim di seluruh dunia. Dalam Peristiwa Madiun, 1948, umpamanya, kaum muslimin Indonesia berdiri berhadapan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) karena dua alasan. Pertama, karena PKI di bawah pimpinan Muso berusaha menggulingkan pemerintahan Republik Indonesia yang didirikan oleh bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kedua, karena banyak pemuka agama Islam dan ulama yang terbunuh, seperti kalangan pengasuh Pesantren Takeran yang hanya terletak beberapa kilometer di luar kota Madiun sendiri. Kiai Mursyid dan sesama kiai pesantren tersebut hingga saat ini belum diketahui di mana dikuburkan.

Dalam penggalan sejarah pergerakan di Indonesia, terdapat komunitas masyarakat yang melakukan aktualisasi ajaran Islam dalam gerakan komunisme.

AJEG BALI

Gerakan, Identitas Kultural, dan Modernisasi

Bali kini tengah mengalami pergolakan identitas. Kebudayaan Bali yang adiluhung perlahan-lahan diperhadapkan dengan modernisasi dan westernalisasi yang meruyak di tengah-tengah kehidupan masyarakat Bali. Sebenarnya, bila dirunut ke latar historisnya, pergolakan identitas Bali telah terjadi jauh sebelum negara Indonesia dideklarasikan pada 17 Agustus 1945. Dalam telaah Darmaputra (Bali Menuju Jagaditha: Aneka Perspektif, 2004) dijelaskan bahwa pada 1917, hampir satu dekade setelah organisasi yang kemudian bersifat nasional Budi Utomo 1908 berdiri, golongan intelektual Bali mendirikan organisasi yang disebut dengan Setiti Bali (Hiduplah Bali). Organisasi sosial ini bergerak di bidang agama (untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang ajaran dan filsafat Hindu), pendidikan, dan kesejahteraan. Organisasi ini juga memiliki motif politik, yakni untuk mengkonter kehadiran Sarekat Islam, yang sebelumnya mendirikan cabang di Singaraja Bali Utara.

makhluk supernatural tidak bisa diabaikan, bahkan harus diperhatikan secara
baik dalam setiap tindakan manusia, baik pada struktur sosial maupun pada saat
mereka berhubungan dengan lingkungan alam, karena makhluk superalamiah ...